Rabu, 27 Oktober 2010

Mbah Maridjan...Rasa Tanggung Jawabmu Itu


Saat tulisan ini dibuat pusat perhatian mass media pemberitaan di tanah air sedang mengarah ke sosok kakek tua yang akrab dipanggil dengan Mbah Maridjan.

Keberadaan Mbah Maridjan tidak dapat dipisahkan dengan "tingkah-polah" gunung Merapi yang terletak di daerah propinsi Yogyakarta dan Jawa Tengah. Dan seperti banyak diberitakan Gunung Merapi meletus, dengan memakan banyak korban termasuk Mbah Maridjan ikut gugur.

Sesungguhnya budaya masyarakat Indonesia dan khususnya sebagian masyarakat jawa. Gunung, benda-benda pusaka termasuk makam orang yang dihormati, harus diperlakukan "istimewa". Dan tidak semua orang dapat "berinteraksi" dengan sesuatu yang harus diistimewakan tersebut.

Agaknya inilah yang menjadikan sosok Mbah Maridjan keberadaannya dianggap penting guna "menjinakkan" gunung Merapi apabila mulai "bergaya".
Bagi ummat Islam, segala yang terjadi di muka bumi ini harus diyakini memiliki pesan-pesan hikmah yang harus ditangkap oleh keimanan dalam dada kita. Termasuk peristiwa meletusnya gunung Merapi itu.

Boleh jadi peristiwa itu merupakan isyarat bahwa kita harus banyak berbenah dari alpa dan dosa kepada Allah Swt, yang harus kita yakini pula Gunung Merapi meletus adalah karena izin serta kehendakNYA.

Melalui tulisan sederhana ini aku hanya bermaksud untuk sama-sama mencermati sosok Mbah Maridjan yang sangat risau akan keselamatan masyarakat yang tinggal di lereng gunung Merapi tatkala Gunung Merapi itu mulai "bertingkah".

Sebagai seseorang yang dianggap "bisa berinteraksi" dengan gunung Merapi laksana seorang pawang, Mbah Maridjan sangat menjunjung tinggi amanah yang diembankan kepadanya yang konon sejak Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX. Disini saya mengajak pembaca budiman untuk secara arif melihat hubungan Mbah Maridjan dan gunung Merapi dalam prespektif budaya sebagian masyarakat Jawa.

Hingga titik darah penghabisan, sebuah kalimat yang pantas untuk melukiskan akan pengorbanan Mbah Maridjan terhadap keselamatan masyarakat di sekitar gunung Merapi. Hingga beliaupun rela mengorbankan jiwanya sebagai wujud rasa tanggung jawab yang diyakini telah diembankan kepadanya oleh Ngarso Dhalem Sri Sultan Hamengkubuwono ke IX.

Kalau saja filosofi rela berkorban demi rakyat banyak, sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Mbah Maridjan, juga dianut oleh banyak pemimpin negeri ini, tentu tidak seperti pemberitaan di mass media akhir-akhir ini. Di mana banyak pejabat atau mantan pejabat berurusan dengan para penegak hukum karena nafsu keserakahan ingin kaya dan kenyang sendiri di atas penderitaan rakyat banyak.

Akhirnya dalam jeritan duka dan pilu di dalam dada kita, melihat potret negeri tercinta ini, mari kita doakan moga arwah Mbah Maridjan dan para korban bencana alam di manapun, semoga diterima disi sang Khaliq Allah Swt...Amiiiin

Moga bermanfaat...

Selasa, 26 Oktober 2010

Mencari Guru Dan Sekolah Terbaik


Setelah pensiun aku bertekad untuk tidak menyerah dengan waktu. Aku tidak ingin menunggu kematian. Maka yang harus aku lakukan adalah mencari pekerjaan dan kuliah lagi. Maka serasa diri ini masih muda. Soal rambut beruban bisa kuatasi dengan menyemir. Soal kebugaran fisik dapat aku atasi dengan rajin olahraga jogging atau main golf.

Pendek kata, aktivitas keseharianku tidak berbeda seperti waktu belum pensiun. Pagi kerja sore hingga malam kuliah lagi. Bila ada waktu senggang aku gunakan untuk menengok cucu atau mencari dan membaca buku terbaru.

Apa yang ada di benak pikiranku adalah berfikir dan terus memikirkan tentang segala yang berhubungan dengan ilmu dunia, tidak ada ruang untuk memikirkan hidup sesudah mati. Telinga ini serasa alergi bila ada yang mengajak bicara tentang Islam apalagi tentang akherat, rasanya aku tutup rapat-rapat.

Istriku berbeda prinsip, dia adalah aktivis pengajian ibu-ibu. Sering sekali rumahku dijadikan tempat pengajian. Sering pula aku diajaknya untuk ikut mendengarkan santapan rohani dari seorang ustadz, namun aku lebih suka pergi main golf atau pergi ke toko buku mencari buku baru.

Bapak sibuk siang malam. Bapak jarang di rumah. Biarpun udah pensiun bapak masih giat bekerja dan kuliah lagi. Inilah kata-kata yang sering dijadikan alasan oleh istri manakala para tetangga menanyakan tentang diriku. Bahkan anak-anakku yang sudah rumah tangga semua dan hidup mapan, untuk dapat berjumpa denganku tidak mudah. Harus membuat janji dulu. Kalaupun ada masalah hanya melalui telpon untuk membicarakannya.

Namun harus aku akui, semakin belajar dan mengejar ilmu dunia rasanya selalu kurang dan kurang terus. Dan makin penasaran untuk mencari tempat kuliah dan guru yang terbaik sesuai disiplin ilmu yang aku pelajari. Pokoknya asal aku tamat program S1 bidang suatu bidang studi akan aku lanjutkan untuk kuliah lagi mengambil bidang studi lainnya. Terus dan terus begitu.

Hingga suatu pagi terbetik berita bahwa tetangga sebelah meninggal dunia. Sebenarnya aku paling alergi dan takut bila datang ke tempat orang kematian. Namun karena yang meninggal ini adalah tetangga dekat, maka terpaksa aku harus mendatanginya.

Dari mulai memndikan mayatnya hingga mengkafani serta menguburkannya tanpa sadar, mataku menyaksikan meski di hati ada rasa takut tapi mau. Rekaman peristiwa itu terus membayang di memory fikiranku. Hingga larut malam saat istriku sholat tahajjud. Aku tidak bisa tidur dalam gelisah tak menentu. Apalagi saat istriku membaca Alqur'an.

Saat subuh tiba aku yang biasanya jarang sholat, hari itu badan dan jiwaku serasa ringan untuk sholat subuh. Aku tersadarkan dalam tafakur seusai sholat, bahwa umurku telah tua. Betapapun aku berusaha menghindari kematian, ternyata kedatangannya makin dekat dan tambah mendekat saja.

Ternyata aku telah menemukan guru dan sekolah terbaik untuk menyadarkan jiwa gersang yang selalu tidak pernah merasa puas ini, yaitu kematian.
Moga bermanfaat....

Senin, 25 Oktober 2010

Bukan Mereka Tapi KIta


Bukan mereka tapi kita, adalah jawabanku saat seorang teman mengeluh, karena hanya kami berdua saja yang peduli terhadap suatu masalah.....
Berikut contoh kasusnya....

1. Pada Saat Ronda Sisikamling. Malam itu hujan cukup lebat di kawasan perumahan kami yang terletak di perumahan BTN Pondok Ungu Permai Bekasi. Namun malam itu aku harus keluar rumah meskipun suhu udara dingin dan matapun berat karena mengantuk. Jam 00.00 tengah malam. Sesampainya di Pos Ronda, hanya kami berdua yang datang memenuhi jadwal giliran jaga. Seharusnya bila regu kami datang semua, akan ada 7 anggota. Setelah ditunggu-tunggu tetap saja kami berdua. Yang lainnya kemana ? Kawanku mengeluh dan berkata," mereka yang tidak datang kok enak sekali".
Lalu kujawab,"Biarkan saja mereka, sesuatu kebaikan tidak usah menunggu mereka tapi kita."

2. Pada saat kerja bakti. Sudah menjadi kewajiban rutin setiap bulan sekali, warga perumahan kami mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan sampah di lingkungan perumahan. Ternyata hanya beberapa warga saja yang datang utuk kerja bakti. Pada saat seperti itu, seorang kawan bertanya," kenapa mereka yang lain tidak datang ?" Dan kujawab," Untuk kebaikan bukan mereka tapi kita".


3. Pada Saat Hiruk Pikuk Kepadatan Lalu lintas. Betapa banyak pengendara motor maupun mobil yang tidak sabar saat mengalami kemacetan dan kepadatan lalu lintas di Jakarta. Sehingga banyak yang melanggar peraturan lalu lintas. Pada saat seperti itu, kawanku mengeluh dan mengajakku unuk berbuat hal yang sama salahnya dengan mereka yang melanggar. Namun kutolak sambil kukatakan, untuk taat peraturan bukan mereka tapi kita.

4. Untuk Sebuah kepedulian sosial. Usai sholat ashar di Masjid. Seperti biasa aku tidak langsung pulang. Kusempatkan diri ini untuk mengobrol dengan sesama jama'ah masjid. Sore itu kami bertiga mengobrol membicarakan berbagai persoalan dan tukar fikiran. Tak lama kemudian, kawanku memberitahu bahwa ada seorang anggota jama'ah Masjid yang sakit dan tidak memiliki biaya untuk berobat serta belum ada satu orangpun yang membezuk di rumahnya. Maka aku putuskan untuk mengajak kawanku untuk menjenguk dan aku ambil inisiatif untuk memulai menggalang dana. Ternyata kawanku ada yang berkata, sebaiknya menunggu mereka para jama'ah yang lainnya. Perkataannya ini langsung aku jawab, untuk kebaikan bukan mereka tapi kitalah yang memulai.

5. Dalam mendidik Anak. Istriku berkata, banyak orang tua yang tidak memperhatikan pendidkan akhlaq seorang anak. Akibatnya bsnysk anak remsjs ysng kecanduan narkoba hingga Nudzubillah tewas over dosis. Mereka para orang tua itu bagaimana kok bisa lalai mendidik moralitas anak ? demikian pertanyaan istriku, dan langsung aku jawab, " bukan mereka tapi kita yang harus pandai dan cermat mendidik moralitas atau Akhlaq anak".

6. Ada kalanya bukan lagi mereka atau kita yang harus mengawali berbuat baik, tapi diri sendiri dulu. Seperti saat Sholat subuh tiba, belum ada yang azan, sebab muazinnya sedang pulang kampung. Maka diri ini yang harus azan.


Semogalah tulisan dan contoh sederhana ini menyadarkan kita, untuk pekerjaan yang tidak ada imbalan materinya amatlah sulit walaupun hal itu suatu kebajikan yang hakiki. Semoga bermanfaat.

Minggu, 24 Oktober 2010

Tetangga Baru Yang Fenomenal


Sudah lebih dari setahun, rumah di sebelah rumah kami kosong. Tapi hari itu akan segera di tempati oleh sebuah keluarga yang baru membelinya.

Hari ahad pagi menjelang zhuhur, ada sebuah mobil truk yang berhenti tepat di samping rumah kami.

Sebagai tetangga dan orang lama yang menetap di kawasan perumahan BTN di Bekasi, aku mencoba mendekat dan menghampiri mereka yang sibuk menurunkan berbagai barang rumah tangga. Ada tempat tidur, lemari, kompor dsb.

Rupanya kedatanganku disambut oleh tuan rumah. Umurnya masih muda sekitar tiga puluhan tahun. Ia memperkenalkan diri dengan nama Tarbawi. Sambil membantu menurunkan barang dari Truk, Mas Tarbawi menjelaskan bahwa rumah ini telah dibeli olehnya. Dan ia pun cerita baru memiliki satu orang anak menjelang dua. Anak pertamanya bernama Nisa.

Hari berganti hari dengan cepatnya. Ada fenomena yang menarik dari tampilan kehidupan tetangga sebelah. Mas Tarbawi itu meski masih muda namun sangat rajin pergi sholat di Masjid yang tidak jauh letaknya. Berbeda dengan diriku. Jangankan pergi sholat di Masjid, di rumahpun aku sering tidak sholat. Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan memperbaiki motor atau menonton televisi ketimbang melangkahkan kaki menuju Masjid terdekat.

Kecuali itu, keluarga Mas Tarbawi ini aneh juga. Anaknya memanggil dirinya sebagai ayah dengan panggilan Abi dan ibunya dengan panggilan Ummi. Sesuatu yang menarik dan asing di telingaku. Bukan hanya itu, istrinya Mas Tarbawi jika keluar rumah membeli sesuatu di warung, selalu memakai tutup kepala dan kakinya selalu memakai kaos kaki. Sesuatu yang betul-betul membuat aku tertawa geli dalam hati. Hal ini sering aku diskusikan dengan istri.

Bahkan saat aku ke rumahnya untuk meminjam gergaji atau apapun, manakala Mas Tarbawi tidak sedang ada di rumah, istrinya agak lama baru keluar untuk membuka pintu. Rupanya ia mesti memakai baju dan penutup kepalanya terlebih dulu.

Di balik keanehan yang melekat pada keluarga Mas Tarbawi, namun sesungguhnya kami warga perumahan yang tinggal satu RT dengannya sangat bersimpati dan menaroh rasa hormat. Karena Mas Tarbawi pribadinya ramah mudah bergaul. Demikian pula istrinya.

Sudah lebih dari dua bulan ini, anak-anak warga perumahan kami, setiap habis Maghrib hingga Isya belajar membaca Al-qur'an dengan istri Mas Tarbawi yang biasa mereka panggil dengan panggilan ibu Ummi.

Sewaktu anak kedua Mas Tarbawi lahir, sore itu kami diundang ke rumahnya. Ada apa ini ? Rupanya mau membaca doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur. Dari seorang ustadz yang memberi wejangan, aku baru tahu, acara ini disebut dengan Aqiqah. Sepulang dari rumah Mas Tarbawi, kami warga yang hadir diberi bungkusan yang berisi makanan nasi dan sayur Gule kambing dan sedikit Sate beberapa tusuk. Selain itu, ada buku kecil yang terselip di dalam bungkusan makanan itu. Oh rupanya buku tentang apa dan bagaimana Aqiqah itu. Lengkap dengan nama dan alamat perusahaan, tempat di mana kambingnya di beli lalu dipotong dan dimasak menjadi sate gule. Tertera di buku ini Barokah Aqiqah telponnya 02196374238. Buku ini lalu kusimpan dan akan kuberikan pada menantu yang akan melahirkan.

Seusai sholat zhuhur di musholla kantor, ada acara pengajian. Tidak seperti biasanya diriku tertarik untuk ikut. Ternyata penceramah membahas masalah keharusan menutup aurat bagi setiap muslimah dewasa. Aku jadi teringat istri Mas Tarbawi dan anaknya meskipun masih kecil tapi telah dibiasakan memakai penutup kepala jika keluar rumah. Aku baru tahu kemudian, penutup kepala itu bernama Jilbab.

Tahun terus berganti, satu persatu kaum ibu muslimah di kawasan perumahan kami, kini makin banyak saja yang memakai Jilbab. Termasuk istriku. Dan makin sering saja petugas pengantar hidangan Aqiqah dari Barokah Aqiqah, keluar masuk komplek kawasan perumahan ini. Pertanda makin banyak saja yang mengadakan acara Aqiqahan.

Semoga kisah singkat dari tetangga baru kami yang fenomenal, dapat menjadi motivasi agar kita dapat menjadi agen perubahan ke arah kebajikan.

Kamis, 21 Oktober 2010

Menemukan Prima Causa Di Telaga Sarangan


Perkenalkan namaku Telmi. Sejak kecil aku dibesarkan di lingkungan keluarga berada secara materi berkecukupan bahkan lebih.

Bila dirimu menyenangi hidup dalam ketaatan beragama, tidak demikian denganku. Bagi diriku agama bukan sesuatu urusan penting. Karena sifatnya abstrak bahkan berbau mistik dan takhayul belaka. Dalam benakku yang terpenting adalah sekolah setinggi-tingginya dan lalu mencari kerja atau meneruskan usaha orang tua untuk mendapatkan uang yang banyak. Asal tidak melanggar peraturan dan undang-undang negara kebahagiaan dengan uang banyak akan diperoleh.

Hal inilah yang ditanamkan dalam pendidkan keluargaku sejak kecil hingga aku memiliki istri dan anak.
Di KTP aku mengaku beragama Islam tetapi dalam pandanganku Islam diperlukan hanya pada saat Sunatan; kawinan dan kematian. Di luar itu uang dan uang yang berbicara.

Suatu pagi, lupa tanggalnya tapi yang kuingat medio april 2006. Langkah kaki ini yang akan menuju ke ruang kerja terhenti, untuk membaca pengumuman yang terpasang di papan informasi samping resepsionis kantor.

Rupanya pengumuman Family Tour. sebuah acara rutin kantor setiap sekal setahun. Lokasinya di sebuah telaga namanya Sarangan. Mulanya aku tidak begitu tertarik, namun atasan dan bawahanku mengajak-ngajak. Akhirnya akupun bersedia ikut.

Kepada panitia aku mencari info tentang apa dan bagaimana telaga sarangan . Memang aku pernah mendengar lokasi wisata itu namun tidak terlalu menarik hati ini untuk memperhatikan. Yang kusukai berlibur itu di Mall sambil belanja atau mengajak anak istri berenang di kolam renang.
Bersama istri dan ketiga anakku akhirnya ikut rombongan wisata ke telaga sarangan. Ada lima bus yang membawa para peserta. Telag sarangan terletak di kota magetan jawa timur. Sedang kami berkerja dan tinggal di kota Semarang. Waktu perjalanan kurang lebih 3 jam.

Di dalam bus aku duduk bersama istri di deretan bangku depan. Semakin mendekati lokasi wisata telaga sarangan, ada perasaan kagum dan haru betapa cantiknya panorama alam yang menghijau. Awan putih yang sedikit menyelimuti puncak gunung Lawu makin membuat hati ini terpana kagum.

Alangkah luar biasanya lukisan alam ini gumamku dalam hati saat melihat kemolekan nan permai telaga sarangan dari dekat. Sementara anak-anakku berlarian senang dan istriku asyik ngobrol dengan temannya sesama istri karyawan kantor, aku berdiri dan tertegun penuh perasaan yang mengharu biru. Betapa maha sempurnanya lukisan alam ini.

Pohon-pohon pinus yang lebat seakan berbaris rapih di lereng dan ngarai gunung Lawu seta angin gunungnya yang bertiup dingin makin membuat jiwa ini hanyut dalam rasa kekaguman.

Para peserta sibuk dengan suka rianya masing-masing begitu pula anak dan istriku. Namun aku banyak terdiam dengan perasaan hati tak menentu. Bahkan saat diajak istri makan dengan membuka perbekalan akupun tidak bergairah makan.

Di Saat perasaan hatiku berkecamuk tak menentu, tiba-tiba dikejutkan suara yang sayup-sayup sampai. Suara yang seakan dibawa terbang angin gunung itu benar-benar masuk lewat telingaku dan merasuk sdalam-dalamnya dalam relung jiwaku yang terdalam membuat aku menangis dalam diam. suara itu adalah suara azan zhuhur. Istriku bertanya kenapa Mas ? Kok mukamu pucat ? Nangis lagi ?

Akupun sedih sekali, ingin sholat tapi belum tahu caranya. Aku bertekad sesampainya nanti di rumah setelah pulang dari wisata ini, aku akan belajar sholat. Tapi kepada siapa, aku minta akan minta diajari sholat ? Biarlah malu tinggal malu.

Sesampainya di rumah atau dua hari sesudah acara wisata itu, aku memberanikan diri melangkahkan kaki menuju Masjid yang terletak di luar kompleks rumah kami yang bersistem cluster. Aku kenal imamnya walau aku juga sebenarnya malu, karena setiap kali dia datang kerumah, pembantu sering aku suruh untuk berkata kepadanya aku sedang istirahat tidak bisa diganggu. Alasan ini sengaja, agar aku tidak membayar sumbangan untuk Masjid.

Alhamdulillah sejak saat itu kami sekeluarga les private agama Islam dan tahun ini aku dan istri akan berangkat Haji. Semoga bermanfaat.

Rabu, 20 Oktober 2010

Bawa Isi Hatiku Ke Jakarta


Sore itu usai sudah aku memeriksa keuangan kantor cabang di daerah Bandung selatan. Sebuah kawasan yang indah, adem nan asri.

Setelah berpamitan dengan kepala cabang dan para stafnya, akupun bergegas menuju mobil yang akan membawaku kembali ke Jakarta.

Baru setengah jam perjalanan, ban mobil tiba-tiba kempes. Beruntung, tukang tambal ban tidak terlalu jauh.

Sambil menunggu ban mobil di tambal, aku coba menghampiri para penduduk desa yang sedari tadi memperhatikan ke arah mobil kami. Mereka sedang duduk ngobrol di pos jaga kampung. Jumlah mereka enam orang. Ada beberapa yang sepuh tapi ada pula yang masih relatif muda.

Setelah mengucapkan salam dan berjabatan tangan, segera saja kucoba mengajak mereka bercakap-cakap.

Salah satu dari mereka yang sudah lumayan sepuh namun masih terlihat sehat, kuketahui kemudian bernama Pak Veteran. Ia memang mantan pejuang kemerdekaan yang telah berusia lanjut. Namun tutur katanya masih cukup jelas.

Ia berkata, tolong sampaikan salamku kepada para pejabat di Ibukota. Sebagai mantan pejuang saya prihatin atas banyaknya mantan pejabat yang masuk tahanan. Hampir tiap malam berita di televisi yang ada hanyalah berita pengadilan bagi para mantan pejabat. Apalagi jika terjadi bencana alam tambah menyedihkan.

Sambil menyeruput kopi, ia kembali berujar, kalau masa kami dulu, berperang melawan Belanda yang menjajah. Tapi kini perangnya melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu. Nafsu untuk memperkaya diri. Sementara rakyat jelata selalu rela hidup prihatin.

Begitu berat pesan bapak Veteran ini hingga aku mendengar sambil tertunduk diam.

Anak-anak muda di kampung ini, banyak yang cari pekerjaan ke kota besar. Lepas sekolah mereka mencari penghidupan ke Bandung atau Jakarta, sedangkan lapangan kerja di kota sangatlah sulit, kembali pak Veteran berujar.

Anak Jakarta, kalau engkau sedang kaya janganlah berfoya-foya. Kalu isi dompetmu sedang penuh jangan lupa bersedekah. Di kampung sini tidak ada Mall, tapi kami sudah cukup senang melihatnya di televisi, demikian pak Veteran bertutur yang dalam kurasakan di hati.

Sekali lagi anak muda, kita telah merdeka dari penjajahan fisik. Namun bangsa kita belum mencapai tujuan dan harapan kemerdekaannya. Maka tolong sampaikan isi hatiku ke pejabat-pejabat di Jakarta, walau kami sebagai rakyat hidup dalam suasana prihatin, namun kami tetap memiliki rasa cinta kepada tanah air. Berbeda dengan mereka para koruptor yang sejatinya pengkhianat bangsa, demikian pak Veteran mencoba mengakhiri pesan dari guratan hatinya.

Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutku selain diam merekam curahan hati pak Veteran.
Dari kejauhan kulihat, driver mobil jemputan melambaikan tangannya pertanda mobil telah siap kembali melanjutkan perjalanan.

Dengan segera pula aku berpamitan dengan mereka untuk kembali ke Jakarta. Semoga bermanfaat.

Selasa, 19 Oktober 2010

Dunia Tak Sedaun Kelor

Usai makan siang di kantin kantor, akupun bergegas-gegas sholat zhuhur di Musholla kantor. Sebagaimana biasanya usai sholat akupun membaringkan badan di karpet adem Musholla, sambil melepas kepenatan dan melepas sejenak beban fikiran setelah dari pagi memory otakku dijejali angka-angka laporan keuangan.

Satu persatu teman kerja kembali ke ruangannya masing-masing. Namun aku masih bertahan sambil berbaring tidur-tidur ayam di Musholla kantor. Suasana makin sepi dan mata ini mulai menemukan fokusnya untuk terrlelap sejenak. Menjelang mata ini hanyut dalam alam mimpi tiba-tiba badanku ada yang menggoyang-goyangkan. Aku terkejut. Ternyata aku dibangunkan oleh seorang rekan kerja lain bagian. Posisinya di Divisi IT namanya Ir Kasmaran. Usianya masih muda sekali. Selisih 15 tahun denganku.

Ia membangunkan diriku untuk curhat. Sambil meminta saran terhadap masalah yang ia hadapi. Mas Ir Kasmaran ini masih muda, pintar pula dan gajinya cukup lumayan besar. Mobilpun sering gonta-ganti. Tapi dia masih bujangan.

Suasana Musholla memang sudah sepi. Tinggal saya berdua dengannya. Maka Mas Ir Kasmaran membeberkan suasana hatinya yang berkecamuk.

Ir Kasmaran memang telah memiliki tambatan hati sejak mereka SMA dulu. Sebenarnya mereka sudah merencanakan waktu pernikahan. Kurang dari dua tahun lagi. Namun kenyataanya pihak kekasih hati Mas Ir Kasmaran ini berubah 180 derajat. Kekasih hatinya berpaling ke lain orang. Sebabnya anda sudah bisa menebak tentu. Faktor materilah yang menjadi penyebabnya.
Kalau soal ganteng Ir Kasmaran lebih ganteng. Soal pendidikan hampir sama. Mas Ir Kasmaran S1 sedangkan lelaki yang menyabotase cintanya kepada sang kekasih memiliki ijazah S2 itupun baru lulus.
Kelebihan yang dimiliki oleh lelaki itu, adalah kerena anak orang berada. Karena rasa cintanya yang sangat dalam kepada sang kekasih, Ir. Kasmaran sangat terpukul sedih. Ia konon jadi malas makan kerjapun rasanya tidak semangat.

Setelah usai mendengar segala uneg-uneg hati dari Ir Kasmaran. Maka giliranku untuk mencoba memberi pandangan. Bahwa dalam Islam tidak pernah ada satu ayat dan haditspun yang membolehkan atau mengajarkan seorang lelaki berpacaran dengan wanita. Yang ada hanyalah proses perkenalan lewat pihak ketiga misalnya guru ngajinya atau seseorang yang dipercaya. Itupun dengan catatan hanya jika kedua belah pihak memang akan menyegerakan proses pernikahan. Bukan untuk satu tahun atau dua tahun lagi baru menikah bahkan lebih dari itu. Kalaupun mau berpacaran menikmati manisnya madu cinta, nanti saja setelah menikah. Halal 100persen.

Dan rasa cinta kepada Allah dan Rosul bagi seorang muslim harus diatas segala cinta kepada siapa dan apapun juga. Insya Allah bila demikian kita terhindar dari patah hati karena cinta ditolak.
Kepada sahabatku Ir Kasmaran, aku besarkan harapan hatinya. Bahwa ia sebagai orang yang pintar, penghasilannya pun lumayan besar. Jangan takut kehabisan wanita bagi lelaki seganteng dan sepintar beliau. Sekaligus aku menawarkan jasa untuk mencarikan jodoh baginya dari akhwat keputrian Masjid komplek rumahku.

Sebagai lelaki jangan cengeng bila ditinggal kekasih hati karena dunia tak sedaun kelor. Maksud hatiku ingin lebih banyak memberi wejangan kepada Ir Kasmaran, tetapi tanpa tersa azan Ashar berkumandang.

Hari senen lalu, aku tekejut, karena di meja kerjaku di kantor ada amplop rapih warna pink. Setelah kubuka ternyata bio data dan foto berwarna postcard milik Ir Kasmaran. Rupanya ia tertarik dengan ajakanku untuk segera diproses ta'aruf dengan seorang akhwat.

Semoga bermanfaat.....

Senin, 18 Oktober 2010

Merasa Bisa Bukan Bisa Merasa


Di sebuah perusahaan swasta terkenal terjadi pergantian para kepala cabangnya di daerah secara besar-besaran. Sebagai sebuah upaya penyegaran sekaligus penghargaan bagi staf berprestasi untuk menempati posisi di kantor cabang yang omzet penjualannya tinggi.

Bagi mereka yang terpilih menduduki jabatan kepala cabang, merupakan suatu penghormatan dan impian jika terpilih di kantor cabang yang favorit. Karena sudah pasti akan mendapat fasilitas gaji plus tunjangan serta fasilitas rumah dan mobil.

Adalah Mr Petruk ia menduduki kepala kantor cabang yang termasuk favorit. Namun prestasinya dua tahun terakhir sangatlah menurun. Omzetnya sangat jauh dari standar.

Pintu kamar hotel tempat aku menginap sore itu diketuk dari luar. Ku kira room boy yang mengantarkan minuman pesanan. Ternyata Mr Petruk yang datang. Setelah kupersilahkan masuk ia lalu basa basi sambil kami ngobrol dengannya. Tapi dalam hati ini sudah bisa menebak, bahwa Mr Petruk ingin mengadakan lobby denganku sebagai ketua panitya penilai dan pengawas kinerja kantor-kantor cabang.

Di satu sisi aku adalah kepercayaan Big boss dari Jakarta yang secara rutin datang ke kantor-kantor cabang di daerah untuk mengadakan penilaian dari dekat. Namun di sisi lain aku sering menemui tantangan untuk menjaga kepercayaan yang telah di berikan Big boss di kantor pusat Jakarta.

Mr Petruk adalah salah satu contoh kepala kantor cabang yang tidak berprestasi namun ia ingin tetap menduduki jabatannya itu. Maka kata-kata rayuan manis betul-betul menghujani hati ini. Mr Petruk sebenarnya kawan lamaku. Kami dulu sama-sama memulai karir di perusahaan ini dari sales keliling kampung ke kampung.

Sore itu aku betul-betul menghadapi dilema yang sulit. Satu sisi Mr Petruk adalah teman seperjuangan namun di sisi lain prestasinya sangat buruk. Bukan masalah mobil baru yang ia janjikan padaku bila ia tetap memegang jabatan di kantor cabang itu. Namun aku juga punya rasa kasihan kepadanya. Dilema yang kualami ini belum pernah sesulit ini. Biasanya aku cukup mampu dan tegar berkata Tidak kepada siapapun yang coba merayu dan menyuap. Tapi kali ini kenapa berat sekali.

Kami berdua terdiam lama. Hingga kumandang azan Maghrib terdengar dari celah-celah jendela hotel. Akupun izin sholat maghrib sembari mohon kepada Allah Swt kekuatan bathin agar mampu berkata "tidak bisa" kepada Mr Petruk.

Sementara aku sholat Mr Petruk tetap duduk sambil mengutak-atik handphonenya. Di sujud yang terakhir dalam sholat maghrib itu aku berdoa dalam hati semoga Allah memberi ketegaran kepadaku.

Usai sholat yang aku rasakan dalam jiwa ini ketenangan dan ketegaran. Alhamdulillah. Dengan pelan aku coba susun kalimat. Bahwa permintaan Mr Petruk tidak dapat aku luluskan. Mendengar hal ini, ia naik pitam dan membentak kasar kepadaku. Sambil ia balik badan keluar kamar hotel. Aku hanya beristighfar.

Rencananya aku pulang ke jakarta dengan penerbangan kedua. Namun semalaman di kamar hotel aku tidak bisa tidur. Maka kuputuskan untuk berangkat pulang ke Jakarta esok pagi. Dan sebelum subuh aku sudah di Airport kota itu.

Beginilah sekelumit resiko pekerjaan yang dapat kuceritakan kepadamu. Untuk tahun ini aku mengundurkan diri sebagai ketua dan anggota panitya Tim penilai dan penyeleksi kinerja para kepala cabang di daerah.

Kecuali iming-iming harta tidak sedikit pula kepala cabang, yang jika aku, mau menyiapkan wanita teman kencan di hotel. Maka untuk menjadi anggota tim penilai kinerja para kepala kantor cabang ini, apalagi menjadi ketuanya, tidak sedikit yang tergiur dan berusaha cari muka di depan big boss. Dan rasa iri hati kepadaku dapat aku rasakan. Karena sudah tiga tahun berturut-turut aku terpilih sebagai ketua tim.

Pada saat big boss bertanya mengapa aku mengundurkan diri, dengan halus aku menjawab bahwa aku bisa merasa bukan merasa bisa.

Lebih baik menjadi staf kantor biasa namun memiliki kebahgiaan dan ketenangan jiwa untuk selalu bisa makan malam bersama anak istri yang selalu menanti dengan setia di rumah. Semoga ada manfaatnya.

Sabtu, 16 Oktober 2010

Sang Pemimpin Di Hati Rakyat


Perhatian dunia saat tulisan ini di buat tengah tertuju kepada Presiden Chili Sebastian Pinera.
Rasa peduli terhadap tindakan penyelamatan nasib rakyatnya yang tejebak dalam tambang, telah mendapat pujian dan ucapan selamat juga rasa kagum dari banyak pemimpin dan rakyat dari banyak negara.

Apa yang Presiden Chili telah lakukan merupakan wujud nyata dari rasa cinta kepada rakyatnya. Rasa cintanya itu bukan kamuflase murahan untuk memperoleh dukungan suara kemenangan pada pemilihan Presiden. Rasa cintanya merupakan sesuatu yang suci yang lahir dari lubuk hati yang terdalam. Bukankah Presiden Sebastian Pinera rela berpelukan dengan para pekerja tambang yang berhasil diselamatkan. Tidak peduli dengan bau badan para pekerja tambang itu meski sudah lebih dua bulan mereka tidak pernah mandi. Seuatu yang hampir mustahil dilakukan oleh pemimpin negara yang badannya akrab dengan parfum wangi mahal.

Sesungguhnya dalam ajaran Islam pemimipin adalah pelayan masyarakat atau khadimul ummah. Dia mencintai rakyatnya dan rakyatnyapun mencintainya. Rakyat ada di hatinya, sebaliknya diapun ada di hati rakyatnya.

Dalam Islam. Seorang imam dalam sholat berjamaah yang terlalu panjang dalam membaca surat dalam Al-qur'an yang seakan tidak peduli akan suara anak kecil yang menangis, pernah ditegur oleh Rasul Muhammad Saw. Ini menggambarkan betapa seorang pemimpin mesti peduli kondisi dan keadaan rakyatnya.

Nabi Muhammad Saw menjelang ajalnya yang beliau sebut-sebut adalah pengikutnya.
Semua khalifah dalam Islam seperti Umar Bin Khatab sangatlah peduli akan derita rakyatnya. Beliau sering mengantarkan langsung gandum kepada rakyatnya yang membutuhkan.

Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sesungguhnya memiliki banyak kepribadian pemimpin yang layak untuk diteladani. Mereka adalah pemimpin yang rakyat selalu di hatinya. Dan walau merekla telah tiada, namun nama besarnya telah terpatri di hati rakyatnya bahkan secara turun temurun. Lihatlah di dalam rumah-rumah rakyat di pelosok Indonesia, foto para bapak bangsa sekaligus bapak rakyat itu masih menempel di dinding rumah rakyat yang sederhana. Ini membuktikan kecintaan rakyat yang besar kepada pemimpin yang dekat dengan rakyat.

Ada beberapa nama yang menurutku merupakan contoh pemimpin rakyat Indonesia yang hingga kini tetap melekat di kebanyakan hati sanubari rakyat kita.

1. Bung Karno.
2. Muhammad Natsir.
3. Jenderal Sudirman.
4. Jenderal M.Yusuf.

Konon. Apabila ada sebuah kapal laut yang akan tenggelam. Kapten kapal adalah orang yang terakhir yang boleh menyelematkan diri setelah seluruh penumpang telah keluar kapal untuk tindakan penyelamatan.

Semoga tulisan sederhana ini dapat menggugah kita semua untuk selalu merindukan sosok pemimpin bangsa yang selalu rakyat ada di hatinya dan rakyatnyapun selalu mencintai dan mengenangnya walau mereka telah tiada.
Dan melalui tulisan ini pula kuucapkan Selamat kepada rakyat Chili yang memiliki pemimpin yang berhati mulia. Trimakasih

Jumat, 15 Oktober 2010

Yang Salah Belanda


Malam itu aku bosan melihat semua acara TV yang membosankan. sementara jam di dinding sudah jam 9 malam. Anak istri sudah terlelap tidur. Mau ikut tidur tapi mataku belum mengantuk. Sementara di luar sana sayup-sayup semakin ramai para tetanggaku asyik mengobrol di pos keamanan samping rumah. Kayaknya menarik untuk ikutan nimbrung.

Maka segera saja aku matikan televisi, dan setelah ganti baju aku segera keluar rumah. Mulanya aku tidak langsung menghampiri mereka. tetapi dari jauh mencoba mendengar apa dan siapa yang dibicarakan dan bicara. Sambil kaki ini melangkah pelan menghampiri.

Di pos keamanan itu ada empat orang yang membicarakan keadaan lingkungan perumahan kami hingga masalah negara yang carut marut. Nada pembicaraan mereka makin seru karena saling adu argumen. Dan tidak ada yang mau kalah.

Empat orang tetanggaku itu bernama Pak Lambe, Pak ilat, Pak Mulut, Pak Dover. Berikut kutipan percakapannya....

Pak lambe berkata : Sebenarnya Rt yang harus bertanggung jawab atas terjadinya banjir karena tidak pernah menyuruh warganya kerjabakti membersihkan selokan.

Pak ilat berkata : Bukannya Rt yang salah tapi Rw yang salah. Kenapa sudah tahu di lingkungan kita seringh terjadi banjir, tidak pernah menyuruh para Rtnya untuk menggerakkan warganya kerja bakti.

Pak Mulut berkata : Bukan Rt atau Rw yang salah tapi walikota atau gubernurnya tidak responsif terhadap persoalan banjir. Jadinya begini tiap hujan lebat selalu banjir.

Pak Dover berkata : Negara kita udah amburadul makanya udah kagak ada yang benar. Salah semuanya. Rt salah Rw salah Walikota salah Gubernur apalagi.

Pak ilat berkata : Sudah tidak ada lagi yang bisa dipercaya di negeri ini, semuanya pada tidak jujur kepada rakyatnya.

Kini giliran diriku berkata : Daripada kita menyalahkan orang lebih baik sesuatu kebaikan itu dimulai dari diri kita masing-masing dahulu. Masalah kebersihan lingkungan mulailah dari memeriksa saluran got di sekitar rumah masing-masing. Tidak usah nunggu Rt atau Rw.
Demikian pula masalah kejujuran tidak usah menyalahkan pejabat-pejabat yang di atas, tapi mulailah dari diri kita terlebih dulu.
Dan bila mau menyalahkan atau mencari kambing hitam yang paling bertanggunhg jawab kenapa ini bisa terjadi salahkan saja Belanda, kenapa dulu mereka menjajah bangsa kita. Akibat penjajahan Belanda, banyak oknum bangsa kita mewarisi moralitas negatif kaum penjajah. Yaitu senang memerintah, senang disanjung, senang dipertuankan, senang menindas. Bukan melayani tapi minta dilayani.

Tak lama setelah aku berbicara, satu persatu kami yang berdialog di pos keamanan akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Dan akupun turut pulang dan langsung menuju tempat tidur. Semoga bermanfaat...

Kamis, 14 Oktober 2010

Terjebak Sanjungan


Saya adalah Presiden direktur sebuah perusahaan swasta. Dalam membesarkan perusahaan ini, saya memulai dari titik nol. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya perusahaan telah mencapai prestasi terbaiknya selama sepuluh tahun berdiri.

Banyak asam garam atau pahit getir pengalaman yang kuperoleh. Salah satunya adalah yang ingin aku ceritakan kepadamu.

Tentu saja untuk meraih sukses dalam bisnis, saya selaku Presiden direktur, mengambil kebijakan extra ketat terhadap masalah keuangan dan juga rekruitmen tenaga kerja khususnya para staf office.

Para staf itu adalah lulusan yang memiliki nilai prestasi tinggi di sekolah mereka. Untuk seleksi tahap akhir penerimaan mereka, saya sendiri yang mengujinya.

Adalah Mr Chary dan Miss Mukey dua staf kepercayaanku. Mr Chary aku percayakan sebagai manager purchasing dan Miss Mukey sebagai manager keuangan. Kedua orang ini merupakan orang yang sangat aku percaya. Fasilitas yang diberikan padanya sangat lengkap, dari mobil hingga rumah dan perabotan di dalamnya.

Harus di akui dua orang staf ini memiliki kapasitas otak yang cemerlang. Pada setiap rapat ia dapat segera memahami dan mewujudkan apa yang aku inginkan selaku Presiden direktur. Ditambah lagi budi bahasa yang mereka miliki membuat hatiku serasa adem tentram juga fikiranku jauh dari kepanikan bila mereka memberi laporan lisan atau tulisan.

Dari mulut mereka aku menangkap kesan mereka adalah pribadi tangguh dan ulet dalam berkerja dan dalam membela kepentingan perusahaan dari unsur-unsur yang merongrong dan merugikan. Maka untuk menghargai jasa-jasa mereka tiap tahun selalu aku ajak berlibur gratis ke luar negeri.

Memasuki tahun kesebelas dari usia perusahaan ini, ternyata ujian cukup berat bagi kelanjutan usaha ini. Persaingan ketat ditambah harga bahan baku yang mahal membuat aku berfikir keras untuk mencegah penyusutan biaya dan kerugian.

Kecuali Mr Chary dan Miss Mukey, aku juga memiliki staf lain. Namanya Mr Vholoz. Stafku yang satu ini, meski kapasitasnya juga llumayan pintar, namun dalam penyampaian laporan dan anlisa keuangan dan usaha pada setiap rapat, sering membuat jantungku berdebar-debar. Apa yang ia laporkan sering membuat tidurku tidak nyenyak. Mr Vholoz aku percayakan sebagai staf Expor dan Impor.

Sore itu, tidak seperti biasanya, seusai rapat melelahkan yang membahas keuangan dan kinerja perusahaan, entah mengapa aku ingin berbicara empat mata saja dengan Mr Vholoz. Semula niatku ini ditentang oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Tapi aku betul-betul terusik dengan laporan Mr Vholoz yang berisi kebocoran keuangan perusahaan yang seharusnya bisa dicegah sejak lama.

Maka kuajak Mr Vholoz berbicara empat mata di apartemenku. Ada hal aneh yang terlihat dari jendela apartemenku di tingkat 9. Aku melihat di parkiran mobil nampaknya Mr Vholoz sedang bicara serius dengan Mr Chary dan Miss Mukey. Aku baru sadar rupanya mobil Mr Vholoz yang menuju apartemenku diikuti oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Ada apa ini ? Aku pura-pura tidak tahu dulu.

Mr Vholozpun masuk sendirian di ruang tamu apartemenku. setelah ngobrol basa basi akhirnya aku korek keterangan yang jujur dan jelas dari Mr Vholoz yang semula berusaha menutup-nutupi tentang kebocoran keuangan yang terjadi di perusahaan kami.

Akhirnya setelah kupelajari data dan fakta, aku berkesimpulan, aku telah tertipu oleh dua orang staf yaitu Mr Chary dan Miss Mukey. Mereka memang orang pintar. Tapi dengan kepintarannya telah menipuku dengan laporan asal bapak senang. Dari lidahnya keluar kata-kata manis yang menyanjung-nyanjung diriku. Tapi di balik itu semua ada racun yang berbisa.

Semoga dirimu bila sedang berkuasa tidak mabok sanjungan. Ketahuilah meski kritikan itu sakit dan pahit, sesungguhnya itu lebih baik daripada sanjungan palsu yang keluar dari mulut mereka yang suka 'cari muka'. Semoga bermanfaat.

Rabu, 13 Oktober 2010

Atas Nama Cinta


Cinta adalah sesuatu yang membuat kita rela berkorban. Berikut contoh-contoh pengorbanan karena Cinta.....

1. seorang Ibu merelakan ginjalnya diambil dan dijual demi uang untuk biaya pengobatan anaknya. Atas nama cinta.

2. seorang prajurit rela mati di medan tempur demi harga diri dan kehormatan bangsanya. Atas nama cinta.

3. seorang kapten kapal, yang kapalnya tenggelam demi tindakan penyelamatan penumpang yang hanyut, rela melepaskan diri dari tali jala regu penolong yang coba menyelamatkannya. Atas nama cinta sang Kaptenpun tewas.

4. seorang Nabi rela akan menyembelih anaknya karena kecintaan kepada Allah azza wa jalla.

5. seorang gadis rela menyerahkan kehormatannya kepada kekasih hatinya. Atas nama cinta buta.

6. seorang guru agama rela berpayah-payah siang malam tidak kenal lelah masuk keluar kampung mengajarkan dan menyadarkan ummatnya, atas nama Cinta.

7. seorang ibu tidak enak makan melihat anaknya sedang sakit. Atas nama Cinta.

8. Seorang Ayah rela berkerja dengan resiko tinggi demi mencari nafkah buat keluarga, atas nama Cinta.

9. seorang kader partai rela menjual mobilnya demi biaya perjuangan partai, atas nama cinta.

10. seorang supporter klub sepakbola rela berdesak-desakkan dan bahkan tewas, karena cintanya kepada klub sepakbola itu.

11. para pemudik rela menunggu penjualan karcis kereta berjam-jam bahkan menginap di depan loket, demi rasa cintanya kepada kampung halaman.

Demikian sekelumit wujud cinta dan pengorbanan. Bagi seorang muslim kecintaan kepada ajaran Islam merupakan kecintaan yang tertinggi. Semoga bermanfaat.

Selasa, 12 Oktober 2010

Bagaimana Nanti Saja....


Inilah jawaban seseorang yang kurang hati-hati dalam meengambil keputusan. Hawa nafsunya lebih dominan daripada pertimbangan rasio yang sehat. Akibatnya rasa penyesalan datang selalu terlambat. Berikut contoh-contohnya....

A. seorang kawanku yang berkerja di sebuah perusahaan otomotif terkenal, tergiur untuk mengambil pesangon. Padahal ia berkerja sudah cukup mapan dan mantap. Ketika diingatkan agar jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, ia menjawab, bagaimana nanti saja. Akibatnya uang pesangon habis usaha tidak jalan....

B. seorang kawan yang hendak menikah lagi, sudah sering diingatkan terhadap resiko yang akan dihadapi. tapi ia selalu menjawab, bagaimana nanti saja. Akibatnya dalam mengelola dua rumah tangga memang tidak mudah. dan akhirnya dapat anda bayangkan.

C. seorang kawan yang tergiur iming-iming sales mobil, ia ingin membeli mobil secara kredit. Ketika diingatkan agar betul-betul diperhitungkan, ia menjawab, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya antara pendapatan dan pengeluaran tidak seimbang. Akhirnya mobil itu dijual murah dan rugi.

D. seorang teman pelajar yang baru lulus SMA ingin segera menikahi gadis pujaannya padahal masa depannya masih sangat menantang. Ketika diingatkan agar jangan terburu-buru menikah, ia menjawab, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya memang tidak seindah yang ia khayalkan.

E. seorang teman yang tidak memiliki SIM motor, hendak pergi ke daerah kota. Ketika diingatkan agar mengurungkan niatnya, ia menjawab, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya ia berurusan dengan Polisi dan harus membayar tilang.

F. Seorang teman yang hendak ujian akhir, dia santai dan tidak mau belajar. Ketika diingatkan agar rajin belajar, ia menjawab, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya ia tidak lulus.

G. Seorang kawan saat ia masih memiliki rizki yang banyak, ketika diingatkan agar menabung jangan foya-foya karena anak-anaknya masih membutuhkan biaya banyak, ia menjawab, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya ketika roda kehidupannya berputar ke bawah, ia menyesal dan yang menjadi korban adalah anak-anaknya.

H. Seorang kawan yang begitu bersemangat dalam merokok sejak mudanya, ketika diingatkan agar mengurangi atau berhenti merokok demi kesehatannya, ia menjawab, bagaimana saja nanti. Akibatnya ia kini rajin ke rumah sakit.

I. Ketika masuk waktu sholat, seorang kawan aku ingatkan agar bersegera menunaikan kewajibannya itu, mumpung kesempatan sangat lapang. tapi berkata, bagaimana nanti sajalah. Akibatnya kesempatan lapang itu berganti dengan kesibukan yang tidak bisa ditinggalkan. Akhirnya dia tidak sholat Naudzubillah.


Demikian contoh-contoh jawaban yang menyesal kemudian. Seharusnya bukan bagaimana nanti tetapi nanti bagaimana ??
Sesal dahulu pendapatan sesal kemuidian tiada berguna ! dan hidup kita di dunia ini hanya sekali....sebagai sebab yang akibatnya akan kita peroleh nanti di akherat. ingatlah tidak ada hidup ulangan sebagimana ada ujian ulangan layaknya di sekolah. Wallahu 'alam. Semoga bermanfaat.

Senin, 11 Oktober 2010

Laksana Rumah Di Tepian Sungai Nan Jernih


Hari ini senen lagi....ketemu macetlagi....bakal ketemu boss dan tugas-tugas membikin pusing di kantor. Kenapa dada ini terasa sempit. Begitu mataku terbangun dari tidur kok kenapa rasanya jiwa ini tidak semangat.

Kemaren hari minggu aku dan istri habis makan dan belanja banyak di Mall, memang suasana riang gembira, tapi setelah senen pagi semua kenapa jadi lain ?

Istri dan anak minta di antar dulu sebelum aku menuju kantor. Selama di perjalanan wajahku nampak murung. Tak tahu....kenapa ? Soal uang yang habiskah ? Ada niat di hati untuk mengakali laporan keuangan yang sedang kususun. Kalau tidak begitu gimana gaji bisa cukup ? Sedangkan, untuk beli bensin mobil saja sudah berat. Apalagi jalanan sering macet. Maka harus ada cara untuk menambah isi dompet.

Siang hari di kantor rasanya mau makan juga tidak enak. Teman-teman seperti tidak ada masalah dalam hidupnya. Dengan gembiranya mereka istirahat makan lalu sholat. Mereka mengajakku namun aku menolak secara halus. Aku tetap di ruang kantor sambil mengisap rokok.

Pikiran ini makin liar setelah mataku tertuju pada seorang karyawati kantor. Ia cantik dan tinggi semampai. Ada bisikan untuk coba mendekatinya. Pikiran ini makin kalut, akupun coba iseng sambil membuka internet, yang ku cari situs porno.

Sewaktu istirahat sore menjelang pulang aku berpapasan dengan karyawati yang diam-diam aku jatuh cinta padanya. Maka ku coba untuk menyapa dan membuka obrolan. Namun ada bisikan dalam hati bahwa bukankah aku telah memiliki anak dan istri ?
Dan apa jadinya bila atasan dan teman-teman tahu aku pacaran dengannya !?

Hari itu jiwaku kalut tak menentu. Uang ada tapi tidak bahagia. Istri punya tapi kok serasa masih bujang.
Di parkiran mobil aku duduk termangu. Tiba-tiba pundak ini di colek seseorang. Ternyata Pak Haji Dalwani....beliau pengusaha sukses yang kantornya satu gedung dengan kantor kami. Dari wajahku ia bisa melihat ada seuatu masalah yang akhirnya ku ceritakan semua apa adanya.

Azan maghribpun berkumandang, aku diajaknya sholat di masjid samping kantor. Sambil pundakku di rangkul olehnya. Usai sholat dia memberi wejangan betapa kebahagiaan yang hakiki bukan di dalam uang yang berlimpah atau kekayaan materi. Meski materi perlu. Namun itu hanyalah sarana bukan tujuan.

Mulai sejak hari itu aku mulai rajin sholat. Setiap selesai sholat aku merenung. Betapa nikmat dan tentramnya jiwa ini. Apalagi bila usai sholat tahajjud. Yang kurasakan ketegaran dalam hidup ini. Kenikamatan ini aku ceritakan kepada istri.

Betul kata pak Haji Dalwani, dia mengutip hadits Nabi, orang yang rajin sholat laksana orang yang memiliki rumah di pinggir sungai jernih lalu ia mandi sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Alangkah bersihnya badan orang itu.

Maka hilanglah rasa gundah gulana tak menentu dalam jiwaku.....

Tips Menghadapi Kemacetan Lalu Lintas


Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta dan sekitarnya laksana lingkaran setan yang sulit dicarikan solusinya. Karena jumlah kendaraan baru terus bertambah sedangkan kendaraan yang usia STNK nya di atas sepuluh tahun masih bergentayangan di jalanan kota Jakarta meski menyandang predikat mobil tua namun masih menyandang nomer plat polisi 'B' atau Jakarta. Entah sampai kapan ini terus terjadi.

Berikut akan kami sampaikan tips ataupun kiat-kiat yang kiranya akan berguna bila kita mengalami kemacetan lalu lintas di Jakarta dan sekitarnya...

1. sebelum berangkat siapkan mental untuk sabar bila bertemu kemacetan.
2. sebelum berangkat hendaknya anda telah ke toilet agar bila terkena macet di
jalan apalagi jalan tol tidak mengalami (HIV)hasrat ingin vivis. apalagi
mengalami perut mulez. Sebab tidak semua jalan tol ada tempat istirahatnya.
3. Siapkan permen di laci depan dashbor mobil. Permennya yang agak pedez biar
tidak mengantuk.
4.Siapkan makanan kecil seperti biskuit dan air mineral.
5. Siapkan kaset lagu favorit anda untuk mengusir kejenuhan selama macet.
6. Bila mungkin Ac mobil selama macet dikecilkan suhunya agar jangan terlalu
dingin, agar tidak merangsang HIV tersebut.
7. sebaiknya terus pantau radio yang menyiarkan kondisi jalan raya di Jakarta.
8. Bila anda tidak sedang menyetir, bisa sambil menonton TV mini yang mungkin
ada di mobil Anda.
9. Jika Anda memiliki janji untuk bertemu seseorang hendaknya memperhitungkan
waktu jarak tempuh plus dengan waktu macetnya.
10. Bila mengantuk atau lelah cobalah menepi di tempat istirahat atau badan
jalan yang relatif aman, jangan lupa lampu kelap-kelip emergency dinyalakan
agar tidak membahayakan mobil dari belakang.
11. Selam istirahat singkat cobalah menggerak-gerakkan badan juga cuci muka
agar Fresh.
12. Bagi Anda yang muslim, hendaknya lebih mengutamakan Sholat dulu bila takut
atau khawatir waktu sholat habis bila terkena macet. Setelah sholat lahir
bathin kita akan segar lagi.
13. Bila memungkinkan bila macetnya total dan tidak bergerak bacalah artikel
kami dalam situs ini.
14. Ikhlaskan apa yang anda alami dalam kemacetan karena itu bagian daari per-
juangan hidup di Jakarta yang Insya Allah bernilai ibadah disisiNya. amin

Semoga bermanfaat !

Minggu, 10 Oktober 2010

Ini Urusan Pribadi Saya


Ini urusan pribadi saya ! suatu jawaban yang digunakan oleh seseorang seperti contoh kasus di bawah ini.

1. Seorang ayah menegur anaknya yang malas sholat dan dijawab, 'ini urusan pri-
badi saya'.

2. Seorang ibu menegur anak gadisnya agar memakai jilbab, dan dijawab 'ini uru
san pribadi saya.

3. Sorang suami menegur istrinya agar rajin ikut pengajian dan dijawab, 'ini
urusan pribadi saya'.

4. Seorang istri mengingatkan suami agar bangun sholat subuh, dan dijawab 'ini
urusan pribadi saya'.

5. Seorang kakak menegur adiknya agar jangan pacaran dan gaul bebas, dan di-
jawab 'ini urusan pribadi saya'.

6. Seorang adik menasehati kakaknya agar jangan merokok, dan dijawab 'ini uru-
san pribadi saya'.

7. Seorang menegur sahabatnya agar jangan main judi, dan dijawab'ini urusan
pribadi saya.

8. Seorang nenek menegur cucunya agar jangan kebut-kebutan di jalan, dan di
jawab, 'ini urusan pribadi saya.

9. Seorang ibu menegur anak yang naik motor standarnya lupa ditutup, dan dija-
wab, 'ini urusan pribadi saya.

Demikianlah sekelumit contoh jawaban mereka yang entah karena gengsi atau apa selalu menjawab 'ini urusan pribadi saya'.
Sesungguhnya manusia umumnya lebih senang disanjung-sanjung ketimbang dikritik, walaupun kritik yang membangun.
dan bukankah Islam mengajarkankan kepada kita untuk saling menasehati !?

Sabtu, 09 Oktober 2010

Tolak Bogem Mentah


Negeri Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Memiliki aneka ragam kekayaan alam dan aneka ragam suku bangsa. Keaneka ragaman suku bangsa adalah aset yang jika bisa kita synergykan merupakan kekuatan yang besar dan ampuh dalam membangun bangsa yang berkarakter.

Tapi laksana paduan musik semuanya tentu sangat tergantung kepiawaian sang derigen dalam mengelola potensi itu.

Prihatin sedih manakala kita hampir setiap hari melihat amuk massa yang terjadi di wilayah negara kita. Dari tingkat anak sekolah yang saling mengejek hingga tingkat mahasiswa yang saling membanggakan fakultas atau almamaternya. Bahkan di tingkat yang paling terhormat di tingkat dewan perwakilan rakyat pusat atau daerah terjadi saling perbedaan pendapat yang berujung benturan fisik.

Belum lagi bila terjadi adu domba atau saling provokasi antar suku bangsa, akibatnya sungguh sangat fatal. Dan bila ini terjadi lagi-lagi rakyat kecil juga yang akan terkena dampaknya. Konon bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi norma atau adab pergaulan. Meski memilik latar belakang yang sangat berbeda.

Melalui tulisan sederhana ini aku ingin mengajak kaum muslimin yang merupakan mayoritas penduduk di bumi Allah swt Indonesia, untuk menjadi pelopor bahkan soko guru terjadinya kehidupan yang harmonis. Sebab bila terjadi konflik horisontal, yang terkena dampaknya dapat dipastikan adalah ummat Islam.

Adalah Rosul Muhammad saw, teladan dan panutan ummat Islam yang telah berhasil membangun negara Madinah. Beliau memulainya dari Masjid yang langsung beliau dirikan setiba di kota Madinah.
Persaudaraan yang beliau ajarkan memiliki tiga prinsip. Pertama saling mengenal, kedua saling memahami dan ketiga saling menanggung beban (gotong royong).
Jika ketiga hal ini dapat diwujudkan dan dapat diejawantahkan secara operasional di lingkungan terkecil seperti pada sebuah Masjid, niscaya merupakan langkah teladan dan strategis bagi kehidupan masyarakat yang harmonis dan dinamis.
Sayangnya, dalam kehidupan organisasi (berjama'ah) di Masjid hal itu hampir-hampir tidak kita temukan lagi. Masih sering kita temukan perbedaan pendapat dalam hal yang tidak prinsip. Hal ini justru diperuncing, karena dibumbui nafsu egoisme serta kebanggaan kelompok.
Masih banyak ummat Islam yang lebih suka sholat sendirian di rumah ketimbang berjamaah sambil bermasyarakat di Masjid lingkungan terdekat. Dan bila sholat di Masjidpun hanya sekedar sholat saja, tanpa menyempatkan waktu untuk beranjangsana atau saling tukar fikiran dan info. Akibatnya terjadi kehidupan masyarakat yang damai tapi gersang.

Coba kita melihat kehidupan Masjid-Masjid yang di wilayahnya terjadi konflik horisonatal. Apakah Masjid itu sudah berfungsi optimal dalam menumbuhkan rasa saling menyayangi atau justru sering terkunci bila waktu sholat tiba.

Tulisan ini tentu saja tidak bermaksud menyederhanakan banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya konflik sosial, tapi paling tidak ingin menyumbangkan fikiran akan pentingnya fungsi Masjid untuk meredam potensi konflik seminimal mungkin. Semoga !

Jumat, 08 Oktober 2010

Biarkan Daku Ikut Penyair Gila


Peluh keringat masih mengucur deras di sekujur tubuhku, tak terasa malam akan menjelang. Entah sampai kapan diri ini menjalani nasib sebagai budak yang selalu dipaksa kerja bagai kuda.

Majikanku orangnya kaya raya dan berdarah bangsawan. Selain aku masih puluhan budak lain yang ia miliki. Tanpa bermaksud memuji diri sendiri, nampaknya aku yang menjadi tangan kanannya. Tidak ada yang istimewa dalam diri ini, selain postur tinggi besar dan tenaga yang lumayan kuat, mungkin kemampuan otakku yang cepat memahami apa yang majikan perintahkan. Inilah yang nampaknya menjadi pertimbangan majikan selalu mempercayaiku.

Bosan dan bosan inilah yang aku rasakan. Rasanya ingin lari saja, tapi akupun takut resikonya. Sebab bila tertangkap pastilah aku disiksa. Tapi bila jalan hidup ini terus aku jalani, rasanya tak kuat lagi. Aku merasa tercipta sebagai manusia dan bukan binatang tapi manjikanku sering berbuat sewenang-wenang.

Malam ini harus cepat tidur. Karena lewat tengah malam nanti harus ke rumah seorang sahabatku. Namanya Bilal, sama seperti diri ini, ia dulu juga seorang budak. Dan belum lama ia dimerdekakan. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang suara dari langit. Yang konon sering didengar dan diterima oleh seseorang yang mengaku dirinya Nabi. Untuk itulah aku ingin tahu siapa dan apa yang diajarkannya. Sedang Bilal katanya sudah menjadi pengikutnya. Maka aku jadi sangat ingin tahu, dan kalau ajarannya bagus tentu aku mau juga ikut.

Tapi akhir-akhir ini banyak orang di kota Mekkah yang diam-diam membicarakan suara dari langit itu. Pernah majikanku berkata kepada temannya sesama orang kaya dan bangsawan Mekkah, agar tidak mempercayai penyair gila itu.
Tekadku sudah bulat, aku ingin tahu dari Bilal, siapa dan apa yang diajarkannya. Mumpung majikan sudah tertidur lelap, dan teman-teman budak juga sudah tidur, dengan mengendap-ngendap aku pergi ke rumah Bilal. Dan Sebelum ayam jago berkokok aku sudah harus ada di rumah ini kembali.
Ternyata orang itu bernama Muhammad. Aku baru tahu dari Bilal. selama ini yang sering aku dengar orang mengolok-oloknya dengan sebutan penyair gila.
Masih jelas apa yang diceritakan Bilal kepadaku. Bahwa semua manusia derajatnya sama. Tidak ada bangsawan tidak ada budak, tidak ada bedanya kaya dan miskin. yang mebedakannya hanyalah Taqwanya saja. Dan pencipta alam semesta ini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara arca-arca berhala itu bukan apa-apa dan harus dijauhi.
Oleh Bilal aku diajaknya ikut rombongan Muhammad yang hendak pindah ke kota Madinah. Hanya satu jalan bila aku memang jadi mau ikut mereka. Aku harus kabur dari majikanku. Maka sebelum pergi, aku tinggalkan pesan yang tertulis di atas kulit. Pesan kepada majikanku singkat, biarkan aku ikut penyair gila.

Kamis, 07 Oktober 2010

Makna Modern


Di sebuah pulau terpencil di lautan Karibia Amerika latin. Seorang pemuda desa bernama Gumun. Ia anak desa yang hidup di tengah lebatnya hutan. Pekerjaannya hanyalah berburu dan berkebun.

Sebagaimana penduduk desa yang taraf hidupnya sangat terbelakang dan primitif. Ia akan sangat terpukau melihat orang asing yang datang. Biasanya para turis yang hendak berlibur dan berjemur menikmati indahnya panorama pasir putih dan gelombang air laut untuk bersilancar.

Meski pulau tempat tinggal Gumun adalah pulau yang indah namun sangat jarang turis yang datang berlibur ke sana. Maklumlah lokasinya sangat jauh dari daratan. Kecuali para turis, yang datang ke pulau itu adalah para ilmuwan yang hendak riset tentang budaya dan kandungan alam yang terdapat di pulau itu.

Untuk melihat dunia luar melalui televisi haruslah melalui televisi satelit yang terdapat di kantor perwakilan sebuah lembaga riset. Maka tiap malam, Si Gumun dan warga desa banyak yang menonton televisi di kantor itu.

Rasa penasaran dan mimpi untuk bisa melihat dari dekat berbagai keindahan kota besar dan modern yang ditampilkan dalam layar Tv, membuat Gumun berkhayal kapan suatu ketika bisa pergi ke kota besar yang paling dekat dengan pulau itu yang jaraknya bila naik kapal laut harus menempuh perjalanan 2 malam.

Hasrat ingin tahu kehidupan modern di kota besar Gumun sampaikan ke salah seorang ilmuwan peneliti yang telah akrab dengannya. Bernama Prof, Encher. Beruntung sang profesor baik hati karena juga ingin memperkenalkan contoh penduduk asli kepada para mahasiswanya tempat Profesor Encher mengajar di sebuah Universitas di kota besar yang terdapat di negara wilayah pulau itu berada.

Maka Profesor Encher dengan semangatnya mengajak Gumun pergi ke kota besar, untuk memenuhi rasa ingin tahu Gumun tentang makna modern.
Sesampainya di kota besar itu, Gumun sangat terpesona melihat ribuan mobil lalu lalang hilir mudik. ada yang di bawah ada yang di atas. Ada yang di samping. Begitupula saat malam tiba. Lampu kota yang temaram mebuat mata Gumun sulit berkedip,
apalagi melihat gadis-gadis kota yang hilir mudik membuat nafsu normalnya bergairah.

Gumun bertanya pada Profesor Encher. Apakah ini yang namanya modern ? Sang profesor berkata bukan ini yang ia ingin perlihatkan kepada Gumun. Ada sesuatu yang ia ingin perlihatkan kepada Gumun. membuat hati gumun makin penasaran saja dibuatnya.

Profesor dan Gumun akhirnya masuk ke sebuah Night Club yang ada di kota besar itu. Dan suasana Night Club yang bergemuruh dengan alunan musik yang menghentak-hentak disertai tata lampu yang gemerlap, dan banyak manusia yang bergoyang meliuk-liuk membuat Gumun berbisik dan bertanya lagi, apa ini yang akan diperlihatkan oleh Profesor Encher ? Bukan, sabar nanti jam 12 malam kamu akan melihat sesuatu yang seru.

Rasa penasaran Gumun makin menjadi-jadi, tak sabar menanti., jam 12 malam tiba.
Dan tepat jam 12 malam tiba-tiba ruangan dalam Night Club lampunya padam. Musik pun berganti musik lembut memanja. Tidak lama kemudian, lampu hanya menyorot tubuh wanita yang berdiri di atas panggung pertunjukan. Dengan diiringi musik lembut yang makin keras, wanita yang semula berpakaian sopan ini lambat laun menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga polos bugil.

Tepuk tangan sorak-sorai menyambut atraksi ini. Tapi anehnya Gumun biasa saja. Tidak menunjukkan reaksi sebagaimana orang yang melihat pertunjukan itu.
Profesor Encher tidak dapat menutupi keheranannya atas reaksi Gumun yang dingin saja. Kenapa kamu ? Kok diam saja ? Ini yang namanya modern....ini yang namanya hidup di kota megapolitan. Begitu profesor Encher berkata kepada Gumun.
Dengan entengnya Gumun berkata lirih kepada Profesor, bahwa apa yang ia saksikan barusan bukanlah sesuatu yang aneh baginya. Karena pemandangan serupa hampir tiap hari ia saksikan di pulau terpencil dan primitif tempat ia tinggal sejak lahir.
Demikian sekelumit cerita tentang orang yang mencari makna modern. Kita jangan salah menilai arti modern. Modern bukan kumpul kebo, bukan minuman keras, modern bukan telanjang. Kehidupan modern kiranya manusia menemukan jati dirinya yang sejati sebagi makhluk Allah swt yang beradab dan berakhlaq mulia. Wallahu 'alam

Rabu, 06 Oktober 2010

Kemiskinan Lahir Bathin


Maksud hatiku ingin melihat dan memperhatikan acara berita di televisi, sambil minum kopi pagi.Namun tiba-tiba handphone di kantong baju berbunyi. Ternyata ada permintaan ambulan untuk mengangkut jenazah.

Pekerjaan sebagai sopir ambulan membuat diriku mendapat banyak pengalaman. Salah satunya yang hendak aku ceritakan kepadamu.

Di daerah pemukiman padat dan kumuh serta miskin. Amubulan yang aku setir berhenti karena ada jenasah yang perlu diangkut.

Daerah yang kumuh dan miskin yang kumaksud lokasinya di utara kota Jakarta. Daerah ini terkenal dengan praktek prostitusi kelas bawah. Ditambah dengan jual beli narkotika dan obat terlarang juga minuman keras. Maka tak heran bila di daerah ini angka terjadinya kriminalitas atau tindak kejahatan sangatlah tinggi.

Bila waktu sholat tiba, azan dari Masjid atu Mushola bersahutan di daerah ini.
Tapi faktanya hanya sedikit orang yang mau melangkahkan kakinya ke Masjid atau Mushola. Kebanyakan mereka terus sibuk dengan urusannya. Bagi mereka mencari makan jauh lebih diutamakan. Agama hanya di pandang urusan orang tua yang mau mati.

Demikian keadaaan daerah itu yang sedikit dapat aku lukiskan. Sementara menunggu jenasah di masukkan ke dalam ambulan. Mataku terus mangamati dan mencari tahu segala informasi di daerah ini. Diam-diam akupun bertanya siapa yang meninggal dan apa sebabnya ? Selidik punya selidik ternyata yang meninggal adalah anak muda yang over dosis karena mengkonsumsi obat-obat terlarang. Yang sedihnya lagi, setahun yang lalu kakaknya juga tewas karena kasus yang hampir sama. Tewas karena mabok minuman keras setelah sepeda motor yang ia naiki bersama wanita malam menabrak tembok jembatan hingga kepalanya terbentur dan retak.

Beginilah sekelumit gambaran akibat kemiskinan lahir bathin. Secara materi lemah secara spritual juga miskin.
Dalam realita kehidupan, kemiskinan terbagi dua. Ada miskin struktural ada pula miskin kultural. Boleh jadi kita miskin secara ekonomi urusan perut tapi jangan sampai miskin intelektualitas di otak apalagi jangan sampai miskin keimanan di dada.
Semoga tulisan sederhana ini mampu mengingatkan diri kita agar memperkaya wawasan keimananan ataupun spiritualitas kita. Semoga

Selasa, 05 Oktober 2010

Metafora Petani dan Ladang Sawahnya


Sebagai guru Agama yang di tempatkan di daerah terpencil, membuat diriku harus mampu beradaptasi dengan masyarakat setempat. Segala kebiasaan mereka aku amati dan pelajari. Kendati mereka umumnya beragama Islam, namun banyak yang tidak memahami ajaran Islam dengan benar. Bahkan kepercayaan nenek moyang yang tersisa masih kuat melekat.

Dari mana harus memulainya ? Setelah jam sekolah aku memberi pelajaran tambahan berupa bimbingan belajar membaca Al-qur'an. Kesabaran adalah kunci keberhasilan. Dari limapuluh siswa putra/putri yang awalnya ikut, lama kelamaan terus menyusut hingga hanya sepuluh atau lima belas orang saja. Tentu dengan berbagai macam alasan mengapa mereka tidak ikut.

Selain di sekolah akupun terus mencoba mengadakan pendekatan kepada warga masyarakat sekeliling rumah. Untuk menawarkan diri secara halus membimbing mereka dalam belajar Agama. Semua yang kulakukan hanya berdasar keikhlasan tanpa mengharap imbalan materi. Kepedulian adalah kata yang tepat, mengingat meski mereka secara de facto muslim namun secara kualitas masih jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Kecuali buta huruf alqur'an, tidak sedikit mereka yang belum mengerti tentang masalah bersuci (thoharoh). Belum mengerti pula bagaimana gerakan sholat yang sesuai dengan sunnah Rosul saw. Maka meski aku sudah lelah mengajar dari pagi hingga siang di sekolah. Habis ashar hingga malam, akupun keliling kampung mengajar dari rumah ke ruimah. Dari hari ke hari makin banyak saja mereka yang ingin belajar Islam. Adalah kepuasan bathin yang tak terhingga yang kurasakan saat semua muridku yang terdiri dari siswa SMP hingga SMA sampai para ibu dan bapak, aku kumpulkan dalam acara menyambut bulan Ramadhan. Tetes air mata haru bahagia.

Apa yang kulakukan hanyalah mencoba mewujudkan filosofi dan perumpamaan bahwa sosok guru agama atau da'i laksana Petani yang mesti sabar dan rajin mengolah serta memelihara sawah ladangnya. Yang dalam hal ini para murid atau obyek da'wah laksana sawah ladang itu.
Prinsip ajaran inilah yang selalu mengiringi setiap aku melangkah mengajarkan agama.Maka dalam mengajarkan Islam, para murid selain menganggapku sebagai guru agama juga sebagai orang tua atau kakak yang bisa diajak konsultasi masalah pribadi. Dan akupun sangat terbuka untuk mendengar sekaligus mencarikan solusi bagi masalah yang mereka hadapi.
Demikian sekelumit pegalaman yang dapat aku kisahkan kepadamu, mari kita berbuat sesuatu yang terbaik buat Islam sesuai kemampuan yang kita miliki. Sabar dan ikhlas adalah kunci sukses perjuangan tanpa pamrih materi. Insya allah.

Senin, 04 Oktober 2010

Khasiat Yang Terpendam


Kaum imperialis yang menjajah negeri-negeri Islam berhasil menanamkan pandangan negatif terhadap Islam kepada rakyat negeri yang dijajah. Islam dipandang sebagai Agama kaum miskin dan terbelakang dsb. Bila yang menilai negatif mereka yang bukan penganut Islam adalah hal yang masuk akal, tapi yang kita sesalkan mereka yang mengaku sebagai seorang muslim turut membenci atau apriori terhadap Islam.
Hal ini disebabkan pemahaman yang keliru. Padahal Islam agama yang ajarannya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan universal termasuk soal kesehatan.

Islam mengajarkan konsep kesehatan berupa ajaran tentang Puasa. Sesungguhnya kaum muslim diajarkan untuk tidak makan kecuali bila lapar, dan berhenti sebelum kenyang. Kecuali itu Islam juga mengajarkan tentang pemeliharaan kesehatan dengan cara pengambilan darah kotor (BEKAM) dan minuman kesehatan yang direfensikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Habbatussaudah.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kehidupan masa kini yang sangat dinamis menyebabkan kita berpikir praktis mencari sesuatu dengan mudah. Termasuk soal makanan.
Asalkan ada uang soal makanan mudah diperoleh langsung beli. Namun harus disadari, banyak pedagang makanan hanya mencari untung tanpa memperhatikan sisi terjaminnya kesehatan terhadap makanan yang mereka jual. Misalnya kualitas minyak goreng yang digunakan berkali-kali untuk menggoreng tahu, tempe atau ikan.

Selain itu, tingkat persaingan hidup dan kompetisi kerja sering membuat tenaga dan daya fikir manusia yang hidup di perkotaan terkuras habis yang membuat mereka terkena darah tinggi, sakit maag dsb.

Berangkat kerja pagi buta dan pulang malam hari. Di sepanjang jalan menemui kemacetan. Ketika tiba di rumah, nonton sinetron yang menyuguhkan cerita kekerasan dalam rumah tangga. Ditambah suara anak sendiri yang berteriak-teriak menangis rebutan mainan dengan kakak atau adiknya, makin menambah kalut jiwa dan fikiran.

Begitulah kehidupan di perkotaan yang membuat kita harus pintar menjaga kesehatan jiwa dan raga keluarga. Yang terbaik adalah mencegah daripada mengobati.
Maka melalui tulisan sederhana ini, aku mengajak dirimu untuk mengkonsumsi Habbatussauda karena khasiatnya berguna untuk pencegahan dan penyembuhan darah tinggi, diabetes, peningkatan daya tahan tubuh dsb. Dan rajinlah berpuasa sunnah serta secara periodik berbekam. Akan sangat bagus bila kita juga rajin olah raga seperti jogging atau renang.

Sabtu, 02 Oktober 2010

Indahnya Kerjasama Dan Kebersamaan


Hari senin pagi, hari pertama kerja setelah libur lebaran. Seperti biasa aku selalu masuk kantor lebih pagi daripada bawahan.
Belum lima menit aku duduk di ruang kerja, tiba-tiba pintu diketuk seseorang, ternyata Mas Muazin. Dia adalah Muazin Mushola kantor kami sekaligus Office Boy. Seperti tahun sebelumnya ia karyawan kedua setelah security yang mengucapkan Selamat Hari Raya kepadaku.

Katanya mumpung suasana kantor masih sepi ia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Setelah dipersilahkan, ia menyampaikan maksud akan melepas masa bujangnya dengan segera menikah sebulan setelah lebaran. Namun secara polos ia memohon bantuan dari karyawan kantor, karena keterbatasan keuangan yang ia miliki, begitu pula calon istrinya bukanlah dari keluarga orang berada.

Setelah kupahami apa yang Mas Muazin sampaikan, siang itu juga setelah sholat zhuhur dan makan siang aku mengundang sejumlah karyawan untuk rapat kilat menyikapi persoalan dan persiapan pernikahan Mas Muazin.

Lalu kami bersepakat untuk membantu pernikahan Mas Muazin sepenuhnya. Dengan catatan resepsi pernikahannya tentu sederhana namun tetap sedap bila dipandang mata juga tetap menjaga cita rasa sajian hidangannya.

Maka kami membagi tugas dan tanggung jawab kepanitiyaan sbb;

1. Ketua Panitia Saya Sendiri.
2. Seksi Acara Bapak N
3. Seksi Rias Penganten Ibu F
4. Seksi Dekorasi dan Sound System Mas D
5. Seksi Transportasi Pak M
6 Seksi Konsumsi Ibu K dan Ibu W
dengan sub seksi Ibu K menyumbang Nasi Dan Buah
Ibu W menyumbang Minuman air
mineral dan krupuk.
Istriku menyumbang Soto Dan 5
ekor ikan bakar dan Siomay plus Es
krim secukupnya.

Sedang untuk perlengkapan katering kami menyewa dari tetanggaku yang memiliki usaha katering.
Alhamdulillah pernikahannya berlangsung lancar dan banyak tamu yang hadir. Bagi kami para atasan Mas Muazin ada kebehagiaan tersendiri melihat acara itu berlangsung dengan baik. Demikian pula Mas Muazin dan istri tidak sanggup menyembunyikan rasa haru dan trima kasihnya.

Apa yang kuceritakan di sini merupakan contoh betapa dalam hidup ini perlu saling membantu dan berkerjasama. Suatu kebajikan yang tidak terorganisir dengan baik dan rapih akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan rapih.

Gotong royong atau Amal Jama'i adalah ajaran mulia yang kian hari kian dilupakan orang yang hidupnya telah tertipu oleh kepalsuan materi dan uang. Semoga bermanfaat !

Di Istiqlal Sukmaku Melayang


Hidup di Jakarta memang berat dan keras bagiku. Sebagai sales marketing sudah menjadi resikonya keliling jalanan masuk keluar gang kecil menawarkan barang dagangan. Peluh keringat banting tulang tak kurasa asalkan anak istri perutnya terisi makanan yang halal.
Siang itu di saat cuaca panas Jakarta, kaki ini mengayun ke sana kemari tapi hingga menjelang zhuhur belum satupun barang dagangan laku. Rasa haus dan lapar makin memberatkan langkahku.

Seperti ada yang memberitahu, akhirnya kaki ini mengantarkan ke Masjid Istiqlal. Niat hati ingin membeli makanan yang dijual di halaman Masjid, ternyata uang yang tersisa di dompet sangat minim. Pikir punya pikir akupun memilih sholat bejama'ah terlebih dulu, bersama ratusan orang di dalam Masjid ini.

Usai sholat akupun duduk berdoa sambil termenung. Harus kemanakah lagi kaki ku melangkah ? Aku mencoba memandang wajah-wajah soleh yang sedang duduk bersimpuh di dalam Masjid. Seakan ada energy positif yang terpancar dari wajah mereka yang dapat menguatkan bathin jiwaku. Hidup memang penuh tantangan perjuangan. Kecuali kekuatan fisik diperukan pula kekuatan mental spritual.

Aku menghampiri seorang jama'ah yang sedari tadi kuamati pandangan matanya menerawang sambil duduk bersender di tembok Masjid, kamipun berkenalan mengobrol tukar pikiran. Bapak ini sedang mengalami masalah, anaknya hamil di luar nikah. Lelaki yang menghamili anaknya meskipun kaya tapi beda keyakinan. Anaknya sekarang pergi entah kemana dan dimana .Karena menutup malu anaknya harus pergi dan keluar dari rumah. Bapak ini mengaku salah mendidik anak. Anaknya terlalu dimanja.

Usai mendengar kisah sedih dari Bapak Tua ini, mataku mengajak terpejam untuk tidur sejenak. Maka ku rebahkan badan ini tepat di bawah Qubah Masjid yang besar melingkar. Angin yang berhembus sepoi dan menghantam tembok batu marmer granit Masjid menambah sejuknya suasana jiwa dan raga ini. Sebelum terlelap aku berkesimpulan, semua manusia menghadapi ujian dan masalah. Dan tak terasa sukmaku melayang bersama kedamaian hati terlelap nikmat di Masjid Istiqlal.

Usai istirahat sejenak di Masjid Istiqlal, jiwa dan raga ini serasa segar dan tegar dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Dan akupun mengayun langkah pasti bersama doa....

Jumat, 01 Oktober 2010

Pensiun : Tanda TanganKu Tak Lagi Sakti


Aku adalah seorang kepala bagian di sebuah kantor pemerintah. Sesuai jabatan dan tanggung jawab yang dipercayakan, akupun mendapat sejumlah fasilitas. seperti rumah dinas yang cukup besar. Kendaraan dinas yang cukup lux. Juga penjagaan security 24 jam.

Sejak lahir aku memang muslim, namun untuk menghayati nilai-nilai Islam memang belum terpikirkan. Sholat dan puasa hanyalah sebuah tradisi yang ku anggap warisan leluhur. Jika ada keinginan untuk menjalankan Islam secara sungguh-sungguh, ku tunda nanti saja setelah pensiun.

Sebagai seorang kepala bagian, tentu diriku sebagai penentu ya atau tidaknya kebijakan yang akan diputuskan.
Suatu hari pernah ada usulan dari para bawahan untuk memperbesar Musholla kantor namun kupersulit dengan alasan akan memakan anggaran kantor. Begitu pula saat ada usulan mengadakan pengajian di kantor pada bulan Ramadhan, aku tolak dengan alasan akan mengganggu jam kantor dan fokus kerja. Apalagi saat ada usulan untuk mengadakan sholat jum'at di kantor, proposalnya tidak aku setujui dengan alasan bisa sholat jum'at di luar. Sebab ku tahu pasti, bila jum'atan di kantor akan menyebabkan timbul usulan berikutnya yaitu pembangunan Masjid kantor yang mesti dihindari agar anggaran kantor tidak terpakai.

Alasan diplomatis yang selalu ku gunakan dalam menghadapi perundingan dengan perwakilan karyawan adalah bahwa, "Walaupun saya seorang Muslim tapi saya hanya kepala bagian, yang juga memiliki atasan lagi dan terikat dengan sejumlah aturan".

Mendengar alasanku ini para karyawan muslim tidak bisa berkata lagi. Akan tetapi untuk usulan rekreasi ke luar kota, atau membikin acara hiburan lainnya dapat dipastikan akan aku setujui dan proposalnya ditandatangani.

Waktu terus berlalu, saat tulisan ini dibuat, aku telah pensiun. Segala fasilitas yang dulu pernah kudapat sebagai kepala bagian telah hilang.

Kini setelah pensiun, aku habiskan waktuku untuk banyak beribadah di Masjid. Tinggal penyesalan, mengapa dulu tatkala masih menjabat, kekuatan tanda tanganku tidak digunakan untuk membela kepentingan Islam !? Penyesalan yang tiada guna diratapi. Maka melalui tulisan ini aku berharap padamu agar jangan meniru kesalahanku. Justru ketika masih memiliki power tanda tangan, gunakanlah untuk membela kepentingan perjuangan Islam. Semoga bermanfaat !