Sabtu, 20 November 2010

Oleh-oleh Pulang Haji


Sore itu pulang kerja aku tidak langsung pulang ke rumah. Motor RX King ini membawa diriku menuju rumah seorang kawan kerja sekaligus atasan yang baru pulang dari tanah suci.

Pak Haji dan Bu Haji menyambut kedatanganku dengan semringah, karena kami sejak pagi sudah janjian mau ketemu di rumahnya. Mereka tak lupa bertanya mengapa aku datang sendirian tidak bersama istri.

Sudah tentu yang aku harapkan adalah oleh-oleh dari tanah suci, apakah itu, sajadah, air zam-zam, dan korma. Pak Haji dan Bu Haji nampaknya sudah menyiapkan hal itu sejak saya belum datang ke rumahnya. Terbukti nanti saat aku mau pulang ada bungkusan besar yang diberikan untukku.

Dalam bincang santai di ruang tamu rumah pak Haji malam itu, aku perhatikan aura wajahnya yang teduh dan nampak bersih. Beliau bercerita tentang pengalaman selama di tanah suci. Semakin ia bersemangat dalam bercerita semakin jantung dan nafasku berdegub dan terengah-engah. Betapa tidak ? Siapa yang tidak ingin berangkat Haji ? Siapa yang tidak ingin ziarah ke makam Rasul saw, panutan dan teladan kita ? Bahkan saat pak Haji bertutur sambil menangis, air mataku pun turut meleleh. Beliau bertutur tentang rasa harunya saat berada di depan makam Rasul Muhammad Saw.

Kalau saja jama'ah haji Indonesia berhasil mempertahankan Taqwanya sebagaimana saat di tanah suci, tentu tidak ada lagi KKN di negeri ini. Tidak ada lagi porno wicara, tidak ada lagi pornography, tidak ada lagi tawuran, dan sedikit sekali prilaku dosa lainnya.

Demikian ungkapan hati Pak Haji dan Bu Haji, semogalah mereka berdua menjadi Haji yang mabrur. Oleh-oleh Haji yang paling berharga adalah aura Taqwa yang coba aku ambil dari kisah Pak Haji selama di tanah suci. Bagi diri ini yang belum pernah ke Mekkah dan Madinah semoga tertulari aura Taqwa itu.

Dan malam makin larut,akupun mohon diri dari rumah Pak Haji tak lupa aku berdoa bersama dengannya untuk keberkahan usaha kami.

Kamis, 18 November 2010

Binal Di Jalanan Nyawapun Melayang....


Namanya Mas Songong. Siapa yang tidak mengenalnya seorang pembalap tingkat komplek perumahan. Harus diakui ia memang trampil dalam mengendarai motor. Namun sayang nalurinya sebagai pembalap tidak tersalurkan. Sehingga karirnya sebagai pembalap terhenti hanya pada tingkat komplek perumahan.

Namun bagi Mas Songong, sudah cukup senang memeperoleh pujian cewek-cewek komplek yang bertepuk tangan setiap ia beraktraksi dengan mengangkat roda depan motornya. Hati Mas Songong makin membumbung tinggi manakala tepuk tangan penonton sangat meriah. Gaya atraksinya semakin atraktif.

Tentu kita akan turut bangga jika melihat generasi muda seperti Mas Songong memiliki ketrampilan tertentu seperti jago balap motor selama hal itu disalurkan pada tempatnya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mas Songong adalah sosok preman tanggung produk keluarga yang jauh dari nilai ajaran agama.

Bersama konco gengnya, Mas Songong yang siswa sebuah SMU itu, hampir tiap malam selalu membuat gaduh dengan genjrang-genjreng gitarnya. Begitu pula suara knalpot motor yang brisik makin gaduh saja. Rt dan Rwe hanya sabar dan sabar tanpa pernah menegur karena Babenya Mas Songong adalah orang yang berlatar belakang mengerti soal keamanan.

Pendek kata bagi Mas Songong antara kebut-kebutan motor, mabok minuman keras, judi dan gitar adalah rangkaian rukun prinsip hidupnya. Warga hanya bisa berdoa kapankah semua ini kan berakhir. Mungkinkah Allah Swt memberi hidayah kepada Mas Songong ?

Malam menjelang aku tidur, tiba-tiba ada pengumuman di corong Masjid samping rumah. Ada pengumuman warga yang meninggal dunia. Ternyata Mas Songong telah berpulang. Setelah kecelakaan menabrak truk yang berhenti. Ia meninggal saat sedang mabok sambil ngebut. Naudzubillah.

Sejak ia meninggal tidak ada lagi bunyi knalpot brisik dan suara gitar bising ataupun suara gelak tawa beraroma alkohol yang biasa kami dengar di belakang pos Rwe. Jangan kau tanya betapa bersyukurnya warga komplek perumahan kami.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 12 November 2010

Teladan Langka Dalam Kabut Hedonis


Sore itu aku duduk di teras rumah sambil menyeruput teh manis berikut pisang gorengnya, hasil karya istri tercinta. Maksudku mau ngobrol berdua istri. Tapi tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah mobil sedan bagus yang berhenti tepat di depan pintu pagar. Ternyata sahabat lama teman kuliah dulu, ia bernama Mas Sajak e.

Luar biasa kesan dalam hatiku, masih muda namun sudah sekaya ini. Dua tahun lalu ia ke ke rumah naik sepeda motor tapi kini ia telah menjadi seorang usahawan sukses.

Penampilan Mas Sajak E luar biasa jauh beda dengan dua tahun lalu. Setelah jabat tangan penuh akrab kami pun mengobrol santai di teras rumah. Tak lupa istriku menghidangkan teh manis.

Mas Sajak E dalam obrolannya berkisah tentang kesuksesan usaha namun juga berkisah tentang kehancuran rumah tangganya. Kasihan betul kawan ini, gumamku dalam hati.

Usai ia berkisah tentang perjalan hidupnya, akupun mengajak Mas Sajak e pergi ke sebuah rumah besar, letaknya tidak jauh dari rumahku. Kami hanya jalan kaki santai sepuluh menit saja. Mulanya temanku ini tidak tahu untuk apa ia ku ajak ke rumah besar ini.

Di samping rumah besar ini ada Musholla bagus yang menyatu dengan bangunan rumah. Kami berdua duduk lesehan sambil memandang ke arah rumah besar.

Akupun mulai bercerita tentang Pak Haji Barokah. Ia dulu orang biasa. Bahkan dulu tergolong orang tidak mampu. Berbeda dengan kita yang mengeyam sekolah hingga perguruan tinggi. Demikian aku memulai memberi wejangan kepada Mas Sajak E. Namun berkat kegigihan usaha, bersama istrinya yang setia. Kini Pak Haji Barokah termasuk orang kaya yang terpandang dan disegani.

Dengan kekayaan yang ia miliki, tidak membuatnya lupa daratan hingga misalnya menambah nyonya. Walaupun ia sanggup untuk itu. Ia tidak lantas pula memperkaya diri sendiri dengan melupakan kondisi masyarakat sekeliling.

Yang ia lakukan adalah dengan membeli rumah besar ini, lalu ia mendirikan lembaga pendidikan dan ketrampilan. Semua peserta yang ikut dalam lembaga pendidikan ini tidak dikenai biaya. Dana operasional dan gaji tenaga pengajar menjadi tanggungan perusahaan Pak Haji Barokah. Bagi Pak Haji dan keluarganya, kebahagiaan tidak diukur dari harta melimpah yang lalu mencari kepuasan dengan harta itu. Tapi sudah menjadi prinsip hidupnya, kebahagiaan adalah ketika ia mampu berbagi kepada sesama.

Bukan hanya soal pendidikan yang menjadi fokus perhatiannya. Tapi juga soal ekonomi rakyat. Maka di sebelah depan rumah besar ini ada koperasi sekaligus sekolah Bisnisnya.

Mas Sajak E, hanya terdiam mendengar penjelasanku. Apa yang ia lakukan selama ini bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh Pak Haji Barokah. Bagi Mas Sajak E, uang dan wanita juga harta adalah suatu dogma hidupnya yang sulit untuk ia kalahkan. Maka yang terjadi, meski ia kini kaya namun kebahagiaan tidak kunjung datang.

Menjelang Maghrib Mas Sajak E pamit pulang, katanya mau buru-buru ketemu kawannya. Kamipun lantas bersalaman.

Kamis, 11 November 2010

Diplomasi Bakso Dan Sate Yang Simpatik....


Alhamdulillah....Indonesia baru saja kedatangan tamu yang luar biasa. Bukan soal Amerika Serikatnya semata, tapi faktor pribadi sang tamu yang pernah merasakan 'sejuknya' alam Indonesia. Dia adalah Presiden Obama.

Begitu mendarat di Airport Halim Perdana Kusumah, jutaan pasang mata rakyat Indonesia ingin melihat sosok Obama meski lewat Televisi atau internet. Banyak juga yang melihat dan menyambutnya di pinggir jalan yang dilalui rombongan meski saat itu hujan.

Sejak masa kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat, penulis melihat sosok Obama memiliki kepribadian yang berbeda dari Presiden sebelumnya. Wajah dan senyumnya lebih bersahabat dan agaknya lebih bisa menerima perbedaan pendapat. Pastinya kultur pendidikan keluarga yang mengasuh Obama sangat mempengaruhi kepribadiannya. Sehingga sosoknya jauh dari kesan angkuh dan sombong.

Dan kita rakyat Indonesia telah melihat bagaimana Sang Presiden 'anak menteng dalam' ini berdiplomasi. Obama datang ke Indonesia disambut laksana bagian dari 'keluarga' bangsa Indonesia. Meskipun kita tahu diri untuk tidak banyak berharap kepentingan Indonesia akan diperjuangkannya.

Dalam pandangan penulis yang seorang muslim, sikap penyambutan terhadap Obama cukup bagus. Islam mengajarkan untuk menghormati tamu dan memberi kasih sayang terhadap semua insan. Apapun latar belakang keyakinannya. Dan yang perlu disyukuri pula, bahwa soal tanah suci Palestina juga diangkat dalam pembicaraan tingkat tinggi antara Presiden Obama dan Presiden SBY. Memang kita belum puas terhadap berbagai kebijakan Amerika terhadap dunia Islam, namun kita mesti yakin, bahwa Obama hadir sebagai Presiden Amerika merupakan bagian dari skenario sang Khaliq.

Dari sudut kepentingan ummat Islam di Amerika, sudah tentu sosok Obama bagaikan pohon rindang tempat sejuk untuk berteduh di saat siang yang terik.

Meski sangat singkat kunjungan Barrack Hussein Obama ke Indonesia telah berhasil membangun citra positif bagi Amerika maupun Islam. Semuanya tergantung dari The Man Behind The Gun. Indonesia sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah model suatu negara yang majemuk penduduknya namun dapat hidup berdampingan secara damai tetapi tetap dinamis.

Akhirnya melalui tulisan sederhana ini, sekali lagi aku ingin mengucapkan selamat kepada rakyat Amerika khususnya warga muslimnya, karena memiliki sosok Presiden seperti Obama.

Cita rasa Bakso dan sate begitu melekat dalam diri Sang Presiden sebagaimana kesejukan alam Indonesia yang nyaman dan bersahabat kepada siapa saja.

Trimakasih.

Selasa, 09 November 2010

Alzheimer Alias Pikun


Dementia Alzheimer/Pikun adalah salah satu bentuk dimensia akibat degenerasi otak yang paling sering ditemukan dan paling ditakuti. Ditemukan oleh Dr.Alois Alzheimer.

Pikun adalah penyakit bukan perjalanan usia tua yang normal. Penyakit ini merupakan masalah dunia. sering menyerang mereka yang berusia lima puluh tahun atau lebih, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pula pada mereka yang berusia empat puluh tahun.

Saat ini 4,5 juta orang Amerika menderita penyakit Alzheimer. Mereka memperkirakan pada tahun 2050 akan berkembang mencapai 16 juta orang. Penyebab kematian kedua pada usia dewasa di negara yang sama setelah penyakit kanker. Lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria.

Kejadian kepikunan atau demensia tidak diinginkan oleh setiap individu. Sebab selain tidak mampu untuk merawat diri sendiri, penyandang demensia bisa menimbulkan beban emosional (stress0 anggota keluarga jika mereka tidak paham bahwa itu adalah problem prilaku yang timbul akibat demensia. Selain itu juga dapat menimbulkan beban ekonomi anggota keluarga.

Siapa saja yang bisa terkena penyakit ini ?

A. Latar belakang keluarga ada yang menyandang penyakit demensia Alzheimer.
B. Latar belakang keluarga ada yang menyandang penyakit Parkinson.
C. Latar belakang keluarga ada yang menderita sindroma Down
D. Riwayat Cedera kepala berat.
E. Tingkat pendidikan rendah.
F. Penyakit kelenjar tiroid/ gondok
G. penyakit diabetes melitus/ kencing manis
I. Penyakit stroke.
J. Penyakit hipertensi.

Ada sepuluh gejala penyakit ini :

1. Gangguan daya ingat yang mempengaruhi ketrampilan pekerjaan.
2. Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan.
3. Kesulitan berbicara bahasa.
4. Gangguan pengenalan waktu dan tempat.
5. Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
6. Kesulitan berpikir abstrak
7. Salah meletakkan barang
8. Perubahan mood/ alam perasaan dan tingkah laku.
9. Perubahan tingkah laku.
10. Kehilangan inisiatif.

Demikian sedikit tentang Alzheimer semoga bermanfaat.

Senin, 08 November 2010

Ikrar Suci Bangsa Kita


Pagi itu aku datang ke sekolah anak yang dulu juga sekolahku. Bertahun lamanya tidak ke sekolah ini. Biasanya istriku yang selalu mengambil rapor anak. Tapi pagi itu akulah yang mengambil rapornya. Kesempatan ini akan aku gunakan untuk bersilaturrahim dengan bapak ibu guruku yang mungkin masih mengajar di sekolah ini.

Rupanya sebagian besar para guru yang mengajar di sekolah ini adalah guru baru. Termasuk wali kelas anakku. Sehingga sulit menjumpai guru lama yang mungkin guruku dulu.

Usai menerima rapor, akupun bergegas pulang. Namun di parkiran motor, mata ini dari kejauhan melihat sosok tua yang sedang memarkirkan motornya. Memoryku segera ingat beliau adalah Pak guru sejarah. Apa mungkin dia masih mengenalku ? dalam hati aku bertanya sendiri.

Segera saja aku menghampirinya, rupanya beliau masih sangat mengenaliku. Kamipun berpelukan melepas rindu. Maklumlah sudah lebih duapuluh tahun tidak berjumpa. Segera saja Pak guru sejarah ini aku ajak mengobrol di kantin sekolah. sambil menikmati hidangan yang ada.

Mulanya kami berdua saling menanyakan kabar masing-masing. Kemudian pembicaraan berkembang kepada keadaan bangsa dan negara ini. Termasuk perangai ketidakjujuran para oknum elit bangsa ini. Juga berbagai macam bencana alam yang menimpa bangsa ini.

Menurut Pak guru sejarah ini, bangsa kita telah lupa dengan ikrar suci yang itu merupakan kalimat keramat yang memiliki konskwensi yang dalam. Kalimat yang beliau maksudkan adalah kalimat dalam pembukaan undang-undang dasar negara Republik Indonesia. Yang sampai kapanpun selama negara ini ada, kalimat pembukaan itu tidak boleh sedikitpun berubah.

"Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa....." adalah kalimat ikrar suci bangsa kita yang sesungguhnya memiliki implikasi bahwa bangsa ini mesti dan wajib mensyukuri nikamat kemerdekaan yang merupakan Rahmat pemberian Allah Swt. Tentu mensyukuri atau bersyukur maksudnya mentaati secara sungguh-sungguh apapun perintah dari Allah Swt. Apapun agama atau keyakinan seorang Indonesianis, ia harus mematuhi dan mentaati ajaran agama atau keyakinan yang dianutnya.

Sebab menurut Pak guru sejarah ini, para bapak kita "The Founding Fathers" adalah orang yang sangat religius. Mereka sadar betul tanpa Rahmat Kasih Sayang dari Yang Maha Kuasa, sulit bagi kita untuk merdeka. Dan tidak ada satupun agama di Republik ini yang mengizinkan praktek asusila, seperti KKN atau perangai menipu rakyat.

Kiranya Pak guru sejarahku, menangkap suatu hikmah di balik tragedi bencana alam bertubi-tubi yang dialami bangsa kita.

Sebelum mengakhiri wejangannya Pak guru sejarah ini, mengulangi kata-katanya bahwa selama kita lupa atau melupakan ikrar suci kemerdekaan, maka keberkahan hidup dan rejeki tidak akan kita rasakan di negeri ini. Maka beliau mewanti-wanti aku agar tidak termasuk mereka yang memperkaya diri sendiri dengan cara menipu rakyat.

Tak terasa obrolan kami sudah cukup lama, akupun mohon pamit karena hendak berangkat ke kantor, tak lupa aku mencium tangan beliau yang telah sepuh. Aku tak kuasa menahan air mata haru.

Beliau melambaikan tangannya saat motor yang aku naiki beranjak dari sekolah itu.

Moga bermanfaat !

Minggu, 07 November 2010

Ingat Waktu Susah


Perkenalkan namaku Pak Daun. Dari segi pendidikan aku bukan Sarjana. Dari segi keturunan aku bukan pula anak orang berada.
Tekad untuk merubah nasib dari orang miskin di desa begitu menggelora. Setelah menikah dengan istriku yang bernama Narima, aku segera memutuskan untuk berangkat ke kota Jakarta mencari pekerjaan.

Mulanya aku numpang tinggal dan hidup di rumah seorang kawan yang hidup sederhana sebagai tukang ojeg motor di tanjung priok. Istri temanku itu bila pagi jualan nasi uduk. Bila siang hingga sore menjadi pembantu.

Segera saja akupun mencoba pekerjaan yang sama menjadi tukang ojeg. Mulanya tukang ojeg sepeda. Sementara istri memilih profesi yang sama dengan istri temanku yaitu pembantu rumah tangga.

Hari demi hari tahun demi tahun kulalui dengan kesabaran dan kegigihan, Kami pun telah dikaruniai seorang anak. Dan mampu hidup mandiri tidak lagi menumpang dengan temanku yang bernama Mas Lali itu.

Peran dan kebaikan hati istriku luar biasa. Tanpa kenal lelah ia terus bersemangat dalam mendorong diriku untuk giat berikhtiar. Sampai akhirnya kami seakan memiliki keberkahan rezki yang berlimpah-limpah karena usaha yang kami rintis dengan istri makin membesar saja.

Usaha yang kami geluti adalah jual beli baju anak-anak. Dari sekedar usaha sampingan hingga menjadi usaha pokok. Dari belum punya toko hingga punya tiga toko di pasar. Semua keberhasilan ini, peran dan andil istriku tidak terpisahkan.

Setelah punya uang banyak di kantong, mulailah aku digoda. Sebagai lelaki normal, dan masih relatif muda, tentu sangat sulit bila menghadapi godaan wanita. Yang menggodaku adalah tetangga kios kami di pasar. Mulanya curhat biasa lama-lama sering aku bonceng kalau pulang secara sembunyi-sembunyi. Harus kuakui meski janda beranak satu, ia masih cantik.

Aku sadar apa yang kulakukan laksana bermain api. Bila tengah malam saat anak istriku terlelap tidur. Aku sering terbangun sambil termenung. Wajah istri dan ketiga anak, aku pandang satu persatu. Mampukah aku menikah lagi ? Tegakah aku melewati wajah istri yang begitu setia dan luar biasa dalam membantu ikhtiarku ? Mampukah aku menikah lagi, melewati wajah-wajah polos anak-anakku ? sambil merenung tak kurasa air mata ini meleleh membasahi pipi.

Usai sholat subuh di Masjid, pagi itu aku berkata sejujurnya pada istri di kamar. Maka kamipun sepakat untuk tidak lagi berjualan di kios pasar itu.

Demikian sekelumit kisah, saat seorang suami yang digoda wanita. Karena ingat waktu susahnya ia urungkan niat untuk menikah lagi. Moga bermanfaat.

Jumat, 05 November 2010

Baju Kebesaran Semu


Perkenalkan namaku Senior. Sejak kecil oleh orang tua, aku ditanamkan untuk memandang manusia dalam kaca mata perbedaan status sosial yang di milikinya.
Ketika memandang seorang abang becak, berbeda dengan memandang seorang karyawan,memandang seorang tamatan SD berbeda dengan memandang seorang sarjana, semua diukur dari strata sosialnya.

Begitu lepas SMA akupun masuk di sebuah perguruan tinggi yang juga menanamkan hal yang hampir sama. Jika dalam bermasyarakat seseorang aku melihatnya dari latar belakang status sosialnya, maka di perguruan tinggi aku memandang seorang kawan harus pula di lihat dari sisi senior atau yunior.

Begitu selesai kuliah dan mulai berkerja lalu berumah tangga, nilai-nilai ajaran dari orang tua dan dari perguruan tinggi tempat aku kuliah, sangat membekas dan tertanam.

Tidak jauh dari kawasan rumah kami yang bersistem cluster, ada seseorang yang aku memandangnya dengan sebelah mata. Ia bernama pak Juragan. Setiap aku berangkat ke kantor atau pulang kerja, dari dalam mobilku yang berkaca riben, terlihat pak Juragan penampilannya sangat udik. Selalu memakai peci dan sarung.

Pak Juragan tinggal di perumahan penduduk kelas ekonomi, yang berdekatan dengan perumahan cluster tempat kami tinggal yang berklas.
Dalam hati ini selalu menghina, apa dan bagaimana kerjanya pak Juragan. Maka lewat pembantu aku dapat info, rupanya pak Juragan itu kerjanya sebagai tukang Bakso.
Kata pembantuku baksonya enak dan laris. Tapi bagiku, sangatlah hina memakan bakso bikinan seseorang yang tinggal di kawasan kumuh.

Meski seorang muslim, untuk Sholat di Masjid yang terletak tidak jauh dari rumah pak Juragan sangatlah enggan bagiku. Karena nantinya aku akan duduk bersebelahan dengan tukang becak, tukang roti dan berbagai macam manusia kelas rendahan lainnya. Kalaupun mau ke Mesjid, aku Sholat di Masjid yang agak berklas meski harus naik mobil karena letaknya jauh.

Untuk belajar mengaji, anak-anak aku larang bareng anak-anak di Masjid kampung kumuh itu. Prinsip cara memandang seseorang yang kumiliki, juga dimiliki istriku. Apalagi istriku keturunan darah biru.

Sama dengan di rumah, di kantor aku juga demikian berhati-hati dalam bergaul. Seseorang aku bedakan berdasarkan golongan dan jabatannya. Untuk golongan yang lebih rendah, aku memakai wajah formil dalam menghadapinya. Sedang untuk menghadapi golongan yang lebih tinggi, aku sangat berhati-hati dengan wajah segan. Dan untuk yang golongannya sama denganku, aku sedikit akrab saja.

Suatu hari, oleh teman kantor aku diajak untuk sama-sama berangkat haji. Mulanya aku takut. takut uang habislah, takut mati di sana juga takut istri. Tapi oleh kawanku, aku diyakinkan. Bahwa untuk orang sepertiku, pantesnya naik haji dengan ONH PLUS saja. Lebih enak katanya.

Pulang kerja, akupun segera memberitahukan istri tentang ONH PLUS. Mulanya istriku negatif tanggapannya. Setelah ia bertanya kepada Ibu Sugeh teman arisannya, ia berubah fikiran dan setuju untuk bersama berangkat haji.

Singkat cerita, saat pelaksanaan ibadah haji di tanah suci, tanpa terduga, aku bertemu pak Juragan. Ia menyapaku. Dengan rasa ragu campur malu, akhirnya uluran jabat tangannya aku trima. Dan ia memelukku. Dengan baju ihram serba putih yang masih menempel di badan, air mataku berlinang. Betapa selama ini aku telah salah. Paradigma yang kumiliki keliru dalam menilai seseorang. Karena di sisi Allah swt, hakekatnya kita manusia sama saja. Apapun latar belakang status sosialnya. Hanya Taqwa dalam dada yang membedakan derajat manusia.

Rabu, 03 November 2010

Welcome To Indonesia President Obama


Ada rasa bangga dan bahagia sebagai salah seorang rakyat Indonesia, ketika mendengar berita akan berkunjungnya Mr Obama ke negeri kita.
Penulis mencoba menangkap pesan yang terdapat dalam kunjungan tersebut. Tentu sangat subyektif, mengingat penulis hanyalah bagian dari berjuta rakyat Indonesia yang hanya menerima informasi sangat terbatas. Hanya melalui berita di televisi misalnya.

Tapi semogalah apa yang hendak kami tulis ini, merupakan suatu bentuk suara hati yang jujur dari rakyat jelata di Republik Indonesia.

Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari ribuan pulau dan bermacam-macam suku bangsa, dengan berbagai tradisi dan kepercayaan masing-masing yang di anutnya. Di negeri yang unik ini tidak pernah ada konflik keyakinan lintas generasi. Kalaupun ada konflik antar suku misalnya, dapat segera diatasi. Karena sejatinya hati orang Indonesia sangat terbuka untuk bersahabat. Hal ini terkadang dirusak oleh sebuah rekayasa politik untuk kepentingan tertentu.

Antara Indonesia dan Amerika Serikat memiliki titik persamaan. Misalnya sama-sama pernah mengalami penjajahan. Dan sama-sama memiliki rakyat yang majemuk. Sesungguhnya keanekaragaman latar belakang penduduk pada sebuah bangsa atau negara bukan untuk dipertentangkan melainkan sebuah kekayaan yang indah dan sedap dipandang mata laksana sebuah orkestra simphony yang indah. Tentu ini semua sangat tergantung dari kepiawaian sang konduktor atau derigennya.

Agaknya pesan inilah yang terpenting yang bisa kami tangkap dari kunjungan Presiden AS Barrack Hussein Obama ke Indonesia nanti. Tentu kunjungan beliau tidak sekedar kunjungan nostalgia masa kecilnya yang pernah sekolah di Menteng.
Amerika Serikat tidak pernah bermaksud memusuhi Islam. Lihatlah, kini tidak sedikit rakyat Amerika Serikat telah banyak yang melirik dan memeluk Islam. Dan masa depan peradaban manusia semakin nyata mereka memerlukan sebuah Agama yang mampu beriringan dengan kemajuan budaya dan peradabannya. Sesungguhnya Islamlah yang menjadi solusinya.
Stigma negatif terhadap Islam lahir dari rasa kebencian atau apriori. Perlawanan terhadap Imperialisme yang menjadikan Islam sebagai dinamo perjuangan dengan serta merta divonis 'terorist' secara sepihak. Inilah misalnya yang terjadi di Palestina.
Akhirnya melalui tulisan sederhana ini, kami berharap semogalah kunjungan Mr Obama ke Indonesia akan menjadi angin segar yang harum mewangi tidak saja dalam prespektif kepentingan bangsa Indonesia khususnya tapi juga kepentingan ummat Islam di seluruh dunia pada umumnya.
Moga bermanfaat !