Tampilkan postingan dengan label aqiqah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label aqiqah. Tampilkan semua postingan

Kamis, 27 Januari 2011

Kok Fanatik Amat Sih !?


Dalam pergaulan terkadang kita bertemu dengan resistensi terhadap prinsip ajaran keyakinan Islam yang kita anut. Yang lebih menyedihkan, jika resistensi itu justru berasal dari saudara-saudara kita yang juga mengaku beragama Islam pula.
Dari zaman penjajahan pencitraan negatif kepada Islam dan olok-olok yang merendahkan para penganutnya telah berhasil memberi stigma dan kesan jelek. Seperti contoh-contoh di bawah ini...

A. Di Sebuah Cafe.

Pulang kerja aku tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi ke Cafe dengan relasi sambil kongkow-kongkow. Mereka memesankan minuman Bir kepadaku. Namun aku menolak secara halus. Sambil tertawa sinis mereka berkata, kok fanatik amat sih.

B. Di Sebuah Acara Rapat.

Hari itu adalah hari jum'at. Sejak pagi kami dipanggil direktur untuk rapat membahas berbagai persoalan perusahaan. Tepat jam 11.30 aku izin karena mesti pergi sholat jum'at di masjid. Sontak para peserta rapat melihatku. Ada pula yang sempat berkata, kok fanatik amat sih.

C. Di Rumah Tetangga Yang Mau Hajatan.

Malam itu aku ikut warga ngobrol sambil menemani tuan rumah yang besok pagi akan menikahkan anaknya. Ada beberapa orang yang berkumpul duduk membentuk lingkaran. Rupanya mereka sedang main kartu alias judi. Akupun mereka ajak. Namun aku menolak secara halus. Di antara mereka ada yang berkata,"kok fanatik amat sih".

D. Memberi nama anak dengan nama Islam.

Saat anakku lahir para tetangga dan saudara aku undang ke rumah untuk menghadiri acara selamatan Aqiqah sekaligus memberi nama anak. Ketika mereka tahu nama anakku memakai nama Islam, ada yang berkata lirih, kok fanatik amat sih.

E. Memakai Busana Muslimah (Jilbab).

Saat hari Kartini di lingkungan Rw diadakanlah lomba wajah dan penampilan mirip ibu Kartini. Istriku yang memakai jilbab, mengusulkan agar lomba itu berlaku juga bagi wanita yang berbusana muslimah (jilbab). Namun tidak sedikit yang berkata sinis, "kok fanatik amat sih".

F. Di Ruang Kerja.

Aku di rayu seorang kawan yang memintaku menandatangani kwitansi fiktif. Aku menolak secara halus, namun ia malah berkata, kok fanatik amat sih.


Demikianlah sedikit contoh-contoh kasus dimana memegang prinsip kebenaran terkadang mendapatkan resistensi.

Minggu, 24 Oktober 2010

Tetangga Baru Yang Fenomenal


Sudah lebih dari setahun, rumah di sebelah rumah kami kosong. Tapi hari itu akan segera di tempati oleh sebuah keluarga yang baru membelinya.

Hari ahad pagi menjelang zhuhur, ada sebuah mobil truk yang berhenti tepat di samping rumah kami.

Sebagai tetangga dan orang lama yang menetap di kawasan perumahan BTN di Bekasi, aku mencoba mendekat dan menghampiri mereka yang sibuk menurunkan berbagai barang rumah tangga. Ada tempat tidur, lemari, kompor dsb.

Rupanya kedatanganku disambut oleh tuan rumah. Umurnya masih muda sekitar tiga puluhan tahun. Ia memperkenalkan diri dengan nama Tarbawi. Sambil membantu menurunkan barang dari Truk, Mas Tarbawi menjelaskan bahwa rumah ini telah dibeli olehnya. Dan ia pun cerita baru memiliki satu orang anak menjelang dua. Anak pertamanya bernama Nisa.

Hari berganti hari dengan cepatnya. Ada fenomena yang menarik dari tampilan kehidupan tetangga sebelah. Mas Tarbawi itu meski masih muda namun sangat rajin pergi sholat di Masjid yang tidak jauh letaknya. Berbeda dengan diriku. Jangankan pergi sholat di Masjid, di rumahpun aku sering tidak sholat. Aku lebih suka menghabiskan waktu dengan memperbaiki motor atau menonton televisi ketimbang melangkahkan kaki menuju Masjid terdekat.

Kecuali itu, keluarga Mas Tarbawi ini aneh juga. Anaknya memanggil dirinya sebagai ayah dengan panggilan Abi dan ibunya dengan panggilan Ummi. Sesuatu yang menarik dan asing di telingaku. Bukan hanya itu, istrinya Mas Tarbawi jika keluar rumah membeli sesuatu di warung, selalu memakai tutup kepala dan kakinya selalu memakai kaos kaki. Sesuatu yang betul-betul membuat aku tertawa geli dalam hati. Hal ini sering aku diskusikan dengan istri.

Bahkan saat aku ke rumahnya untuk meminjam gergaji atau apapun, manakala Mas Tarbawi tidak sedang ada di rumah, istrinya agak lama baru keluar untuk membuka pintu. Rupanya ia mesti memakai baju dan penutup kepalanya terlebih dulu.

Di balik keanehan yang melekat pada keluarga Mas Tarbawi, namun sesungguhnya kami warga perumahan yang tinggal satu RT dengannya sangat bersimpati dan menaroh rasa hormat. Karena Mas Tarbawi pribadinya ramah mudah bergaul. Demikian pula istrinya.

Sudah lebih dari dua bulan ini, anak-anak warga perumahan kami, setiap habis Maghrib hingga Isya belajar membaca Al-qur'an dengan istri Mas Tarbawi yang biasa mereka panggil dengan panggilan ibu Ummi.

Sewaktu anak kedua Mas Tarbawi lahir, sore itu kami diundang ke rumahnya. Ada apa ini ? Rupanya mau membaca doa bersama sebagai ungkapan rasa syukur. Dari seorang ustadz yang memberi wejangan, aku baru tahu, acara ini disebut dengan Aqiqah. Sepulang dari rumah Mas Tarbawi, kami warga yang hadir diberi bungkusan yang berisi makanan nasi dan sayur Gule kambing dan sedikit Sate beberapa tusuk. Selain itu, ada buku kecil yang terselip di dalam bungkusan makanan itu. Oh rupanya buku tentang apa dan bagaimana Aqiqah itu. Lengkap dengan nama dan alamat perusahaan, tempat di mana kambingnya di beli lalu dipotong dan dimasak menjadi sate gule. Tertera di buku ini Barokah Aqiqah telponnya 02196374238. Buku ini lalu kusimpan dan akan kuberikan pada menantu yang akan melahirkan.

Seusai sholat zhuhur di musholla kantor, ada acara pengajian. Tidak seperti biasanya diriku tertarik untuk ikut. Ternyata penceramah membahas masalah keharusan menutup aurat bagi setiap muslimah dewasa. Aku jadi teringat istri Mas Tarbawi dan anaknya meskipun masih kecil tapi telah dibiasakan memakai penutup kepala jika keluar rumah. Aku baru tahu kemudian, penutup kepala itu bernama Jilbab.

Tahun terus berganti, satu persatu kaum ibu muslimah di kawasan perumahan kami, kini makin banyak saja yang memakai Jilbab. Termasuk istriku. Dan makin sering saja petugas pengantar hidangan Aqiqah dari Barokah Aqiqah, keluar masuk komplek kawasan perumahan ini. Pertanda makin banyak saja yang mengadakan acara Aqiqahan.

Semoga kisah singkat dari tetangga baru kami yang fenomenal, dapat menjadi motivasi agar kita dapat menjadi agen perubahan ke arah kebajikan.