Tampilkan postingan dengan label mall. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mall. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Oktober 2010

Menemukan Prima Causa Di Telaga Sarangan


Perkenalkan namaku Telmi. Sejak kecil aku dibesarkan di lingkungan keluarga berada secara materi berkecukupan bahkan lebih.

Bila dirimu menyenangi hidup dalam ketaatan beragama, tidak demikian denganku. Bagi diriku agama bukan sesuatu urusan penting. Karena sifatnya abstrak bahkan berbau mistik dan takhayul belaka. Dalam benakku yang terpenting adalah sekolah setinggi-tingginya dan lalu mencari kerja atau meneruskan usaha orang tua untuk mendapatkan uang yang banyak. Asal tidak melanggar peraturan dan undang-undang negara kebahagiaan dengan uang banyak akan diperoleh.

Hal inilah yang ditanamkan dalam pendidkan keluargaku sejak kecil hingga aku memiliki istri dan anak.
Di KTP aku mengaku beragama Islam tetapi dalam pandanganku Islam diperlukan hanya pada saat Sunatan; kawinan dan kematian. Di luar itu uang dan uang yang berbicara.

Suatu pagi, lupa tanggalnya tapi yang kuingat medio april 2006. Langkah kaki ini yang akan menuju ke ruang kerja terhenti, untuk membaca pengumuman yang terpasang di papan informasi samping resepsionis kantor.

Rupanya pengumuman Family Tour. sebuah acara rutin kantor setiap sekal setahun. Lokasinya di sebuah telaga namanya Sarangan. Mulanya aku tidak begitu tertarik, namun atasan dan bawahanku mengajak-ngajak. Akhirnya akupun bersedia ikut.

Kepada panitia aku mencari info tentang apa dan bagaimana telaga sarangan . Memang aku pernah mendengar lokasi wisata itu namun tidak terlalu menarik hati ini untuk memperhatikan. Yang kusukai berlibur itu di Mall sambil belanja atau mengajak anak istri berenang di kolam renang.
Bersama istri dan ketiga anakku akhirnya ikut rombongan wisata ke telaga sarangan. Ada lima bus yang membawa para peserta. Telag sarangan terletak di kota magetan jawa timur. Sedang kami berkerja dan tinggal di kota Semarang. Waktu perjalanan kurang lebih 3 jam.

Di dalam bus aku duduk bersama istri di deretan bangku depan. Semakin mendekati lokasi wisata telaga sarangan, ada perasaan kagum dan haru betapa cantiknya panorama alam yang menghijau. Awan putih yang sedikit menyelimuti puncak gunung Lawu makin membuat hati ini terpana kagum.

Alangkah luar biasanya lukisan alam ini gumamku dalam hati saat melihat kemolekan nan permai telaga sarangan dari dekat. Sementara anak-anakku berlarian senang dan istriku asyik ngobrol dengan temannya sesama istri karyawan kantor, aku berdiri dan tertegun penuh perasaan yang mengharu biru. Betapa maha sempurnanya lukisan alam ini.

Pohon-pohon pinus yang lebat seakan berbaris rapih di lereng dan ngarai gunung Lawu seta angin gunungnya yang bertiup dingin makin membuat jiwa ini hanyut dalam rasa kekaguman.

Para peserta sibuk dengan suka rianya masing-masing begitu pula anak dan istriku. Namun aku banyak terdiam dengan perasaan hati tak menentu. Bahkan saat diajak istri makan dengan membuka perbekalan akupun tidak bergairah makan.

Di Saat perasaan hatiku berkecamuk tak menentu, tiba-tiba dikejutkan suara yang sayup-sayup sampai. Suara yang seakan dibawa terbang angin gunung itu benar-benar masuk lewat telingaku dan merasuk sdalam-dalamnya dalam relung jiwaku yang terdalam membuat aku menangis dalam diam. suara itu adalah suara azan zhuhur. Istriku bertanya kenapa Mas ? Kok mukamu pucat ? Nangis lagi ?

Akupun sedih sekali, ingin sholat tapi belum tahu caranya. Aku bertekad sesampainya nanti di rumah setelah pulang dari wisata ini, aku akan belajar sholat. Tapi kepada siapa, aku minta akan minta diajari sholat ? Biarlah malu tinggal malu.

Sesampainya di rumah atau dua hari sesudah acara wisata itu, aku memberanikan diri melangkahkan kaki menuju Masjid yang terletak di luar kompleks rumah kami yang bersistem cluster. Aku kenal imamnya walau aku juga sebenarnya malu, karena setiap kali dia datang kerumah, pembantu sering aku suruh untuk berkata kepadanya aku sedang istirahat tidak bisa diganggu. Alasan ini sengaja, agar aku tidak membayar sumbangan untuk Masjid.

Alhamdulillah sejak saat itu kami sekeluarga les private agama Islam dan tahun ini aku dan istri akan berangkat Haji. Semoga bermanfaat.

Rabu, 20 Oktober 2010

Bawa Isi Hatiku Ke Jakarta


Sore itu usai sudah aku memeriksa keuangan kantor cabang di daerah Bandung selatan. Sebuah kawasan yang indah, adem nan asri.

Setelah berpamitan dengan kepala cabang dan para stafnya, akupun bergegas menuju mobil yang akan membawaku kembali ke Jakarta.

Baru setengah jam perjalanan, ban mobil tiba-tiba kempes. Beruntung, tukang tambal ban tidak terlalu jauh.

Sambil menunggu ban mobil di tambal, aku coba menghampiri para penduduk desa yang sedari tadi memperhatikan ke arah mobil kami. Mereka sedang duduk ngobrol di pos jaga kampung. Jumlah mereka enam orang. Ada beberapa yang sepuh tapi ada pula yang masih relatif muda.

Setelah mengucapkan salam dan berjabatan tangan, segera saja kucoba mengajak mereka bercakap-cakap.

Salah satu dari mereka yang sudah lumayan sepuh namun masih terlihat sehat, kuketahui kemudian bernama Pak Veteran. Ia memang mantan pejuang kemerdekaan yang telah berusia lanjut. Namun tutur katanya masih cukup jelas.

Ia berkata, tolong sampaikan salamku kepada para pejabat di Ibukota. Sebagai mantan pejuang saya prihatin atas banyaknya mantan pejabat yang masuk tahanan. Hampir tiap malam berita di televisi yang ada hanyalah berita pengadilan bagi para mantan pejabat. Apalagi jika terjadi bencana alam tambah menyedihkan.

Sambil menyeruput kopi, ia kembali berujar, kalau masa kami dulu, berperang melawan Belanda yang menjajah. Tapi kini perangnya melawan diri sendiri, melawan hawa nafsu. Nafsu untuk memperkaya diri. Sementara rakyat jelata selalu rela hidup prihatin.

Begitu berat pesan bapak Veteran ini hingga aku mendengar sambil tertunduk diam.

Anak-anak muda di kampung ini, banyak yang cari pekerjaan ke kota besar. Lepas sekolah mereka mencari penghidupan ke Bandung atau Jakarta, sedangkan lapangan kerja di kota sangatlah sulit, kembali pak Veteran berujar.

Anak Jakarta, kalau engkau sedang kaya janganlah berfoya-foya. Kalu isi dompetmu sedang penuh jangan lupa bersedekah. Di kampung sini tidak ada Mall, tapi kami sudah cukup senang melihatnya di televisi, demikian pak Veteran bertutur yang dalam kurasakan di hati.

Sekali lagi anak muda, kita telah merdeka dari penjajahan fisik. Namun bangsa kita belum mencapai tujuan dan harapan kemerdekaannya. Maka tolong sampaikan isi hatiku ke pejabat-pejabat di Jakarta, walau kami sebagai rakyat hidup dalam suasana prihatin, namun kami tetap memiliki rasa cinta kepada tanah air. Berbeda dengan mereka para koruptor yang sejatinya pengkhianat bangsa, demikian pak Veteran mencoba mengakhiri pesan dari guratan hatinya.

Tidak sepatah katapun yang keluar dari mulutku selain diam merekam curahan hati pak Veteran.
Dari kejauhan kulihat, driver mobil jemputan melambaikan tangannya pertanda mobil telah siap kembali melanjutkan perjalanan.

Dengan segera pula aku berpamitan dengan mereka untuk kembali ke Jakarta. Semoga bermanfaat.

Senin, 11 Oktober 2010

Laksana Rumah Di Tepian Sungai Nan Jernih


Hari ini senen lagi....ketemu macetlagi....bakal ketemu boss dan tugas-tugas membikin pusing di kantor. Kenapa dada ini terasa sempit. Begitu mataku terbangun dari tidur kok kenapa rasanya jiwa ini tidak semangat.

Kemaren hari minggu aku dan istri habis makan dan belanja banyak di Mall, memang suasana riang gembira, tapi setelah senen pagi semua kenapa jadi lain ?

Istri dan anak minta di antar dulu sebelum aku menuju kantor. Selama di perjalanan wajahku nampak murung. Tak tahu....kenapa ? Soal uang yang habiskah ? Ada niat di hati untuk mengakali laporan keuangan yang sedang kususun. Kalau tidak begitu gimana gaji bisa cukup ? Sedangkan, untuk beli bensin mobil saja sudah berat. Apalagi jalanan sering macet. Maka harus ada cara untuk menambah isi dompet.

Siang hari di kantor rasanya mau makan juga tidak enak. Teman-teman seperti tidak ada masalah dalam hidupnya. Dengan gembiranya mereka istirahat makan lalu sholat. Mereka mengajakku namun aku menolak secara halus. Aku tetap di ruang kantor sambil mengisap rokok.

Pikiran ini makin liar setelah mataku tertuju pada seorang karyawati kantor. Ia cantik dan tinggi semampai. Ada bisikan untuk coba mendekatinya. Pikiran ini makin kalut, akupun coba iseng sambil membuka internet, yang ku cari situs porno.

Sewaktu istirahat sore menjelang pulang aku berpapasan dengan karyawati yang diam-diam aku jatuh cinta padanya. Maka ku coba untuk menyapa dan membuka obrolan. Namun ada bisikan dalam hati bahwa bukankah aku telah memiliki anak dan istri ?
Dan apa jadinya bila atasan dan teman-teman tahu aku pacaran dengannya !?

Hari itu jiwaku kalut tak menentu. Uang ada tapi tidak bahagia. Istri punya tapi kok serasa masih bujang.
Di parkiran mobil aku duduk termangu. Tiba-tiba pundak ini di colek seseorang. Ternyata Pak Haji Dalwani....beliau pengusaha sukses yang kantornya satu gedung dengan kantor kami. Dari wajahku ia bisa melihat ada seuatu masalah yang akhirnya ku ceritakan semua apa adanya.

Azan maghribpun berkumandang, aku diajaknya sholat di masjid samping kantor. Sambil pundakku di rangkul olehnya. Usai sholat dia memberi wejangan betapa kebahagiaan yang hakiki bukan di dalam uang yang berlimpah atau kekayaan materi. Meski materi perlu. Namun itu hanyalah sarana bukan tujuan.

Mulai sejak hari itu aku mulai rajin sholat. Setiap selesai sholat aku merenung. Betapa nikmat dan tentramnya jiwa ini. Apalagi bila usai sholat tahajjud. Yang kurasakan ketegaran dalam hidup ini. Kenikamatan ini aku ceritakan kepada istri.

Betul kata pak Haji Dalwani, dia mengutip hadits Nabi, orang yang rajin sholat laksana orang yang memiliki rumah di pinggir sungai jernih lalu ia mandi sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Alangkah bersihnya badan orang itu.

Maka hilanglah rasa gundah gulana tak menentu dalam jiwaku.....

Senin, 31 Mei 2010

Cinta Dan Kotak Amal



















Al kisah di sebuah kota di jawa tengah ada seorang pemuda bernama Fulano. Sebentar lagi Fulano akan menikah dengan Fulani, bahkan undangan resepsi pernikahan mereka telah tersebar luas di kalangan teman dan sanak saudara masing-masing.


Fulani begitu besar pengharapan kepada sang kekasih yang ngaku kerja di sebuah perusahaan kontraktor. Fulani sendiri kerja sebagai karyawati di sebuah Mall di kota itu.
Tanpa di ketahui sang kekasihnya pemuda Fulano menjelang hari pernikahan nampak cemas dan gusar oleh karena, belum memberi uang belanja apalagi uang perabotan yang pernah dijanjikan di depan calon mertua.

Hari demi hari yang ada hanyalah wajah murung. Tapi bila ditanya oleh Fulani ia tidak ngaku ada apa di balik wajah sendunya itu. Ia bahkan sering mentraktir sang kekasih makan bakso atau minum es campur manakala menjemput Fulani pulang kerja. Dari mana uangnya?
Dia mendapatkan pinjaman dari teman-teman nongkrong nya yang bernasib lebih baik dari Fulano yang hanyalah seorang tukang ojek.


Tinggal sepekan lagi acara pernikahan mereka kan digelar. Sementara Fulano menjadi 'buronan' mertua karna belum nyetor uang apa-apa, sebagaimana janjinya yang selangit.
Tiba-tiba ia mendapat ilham dari syetan untuk melakukan 'mission imposible'.

Malam itu tatkala Fulani kena shift pagi, Fulano datang ke Mall tempat Fulani kerja. Sampai Mall tutup jam 22.00 , Fulano tidak keluar dari Mall itu. Ia sembunyi di sebuah ruangan yang satpam malam tidak menyangka ada orang disitu. Begitu keadaan aman. Sunyi tiada orang satupun. Fulano keluar ruangan itu, ia mengendap-ngendap. Tanpa banyak pertimbangan kotak amal yang terletak di dekat eskavator/tangga jalan disambarnya. Lalu ia pun segera bergegas mencari jalan keluar. Dia berjalan ke sana ke mari mencari jalan keluar. Tapi semuanya terkunci rapat dari luar. Celaka gumamnya dalam hati.


Maka dengan terpaksa menunggu hingga besok pagi. Dan alangkah berdebar hatinya ketika satu persatu karyawan-karyawati mulai masuk berdatangan ke Mall itu. Fulano pun takut dan tanpa pertimbangan lagi sembunyi di ruang ganti pakaian karyawati Mall. Anggapannya ia tidak akan ketahuan. Sapa tau ia ketemu calon istri pula.

Tapi sial bagi Fulano, keberadaannya di kamar itu, diketahui oleh seorang karyawati yang kaget dan berteriak-teriak minta tolong ada maling. Kontan satpam Mall berhamburan datang mengepung Fulano. Dan langsung saja Fulano ditangkap dengan tuduhan mau mencuri sesuatu. Awalnya ia ber kelit, ketiduran di Mall. Tapi petugas satpam tidak kalah lihai. Ternyata setelah diperiksa seluruh isi Mall, posisi kotak amal sudah jauh bergeser mendekati jendela ke luar.


Maka dengan malu yang sangat Fulano mengakui perbuatannya sebagai akibat bingung belum menyetor uang biaya pernikahan kepada mertua. Bagi Fulani ini merupakan mimpi buruk yang mempermalukan dirinya. Cinta sucinya terganjal kotak amal, sebagai akibat kelakuan Fulano yang hanya Menang Nampang Doang.


Moga ada manfaatnya.