Tampilkan postingan dengan label presiden. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label presiden. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 Februari 2011

Coretan Tangan Kecil Di Tembok Pagar Istana


Deru debu asap kendaraan adalah kosmetik yang setiap hari menerpa wajah jelata ini. Sementara tapak kaki yang akrab dengan kerikil tajam problema hidup. Punggung rapuh makin renta kian terhimpit ganasnya nilai uang yang tak terjangkau.

Siang di Kairo ibukota yang panas. Panas persaingan usaha. Usaha halal hingga haram jadah. Ganjal mengganjal, telikung menelikung. Adalah lagu wajib para opurtunis pencari kepuasan berjubah keserakahan.

Aku hanyalah satu dari berjuta kawula jelata yang tak paham celoteh penjual nama rakyat. Yang ku tahu hanyalah mencari sepotong roti mewah jika ada tersisa dalam kantong jas safari mereka yang selalu bicara atas nama rakyat. Yang ku tahu adalah mencari sejumput nasi penawar lapar perut kecil. Sementara istri anakku menunggu sambil bersenandung sabar dan doa kiranya kapan aku pulang membawa sekeranjang rejeki halal jika masih ada.

Mestinya aku mengadu kepada beliau Presiden yang tanganku mencontreng namanya dalam bilik suara pemilu. Namun baju dekil lusuh ini terlalu hina berdekat dengan jas safari yang bermandi parfum mahal. Kaki jelata yang beralaskan sandal aspal tak pantas duduk bersanding kaki mulus bersepatu kelas dunia.

Belum habis rasa terpanaku mengkhayalkan bertemu Presiden, tiba-tiba ada suara bentakan kepadaku dari penjaga Istana. Tubuh jelata yang berdiri menatap istana, kiranya terlalu hina dalam pandangannya. Hingga aku diusir menjauh. Dasar gembel bentaknya...

Yang kumampu hanyalah mencoret tembok pagar istana dengan kalimat sederhana dari jiwa sederhana ini. Tak seindah syair pujangga moga terbaca oleh Presiden.


Presiden Tercinta...Aku tak kuat lagi merasakan mahalnya harga....Moga engkau pernah merasakan getir pedihnya lapar...dahaganya haus ....sedihnya anak sakit...moga dirimu sering menangisi rakyat jelata.... semoga engkau selalu takut kepada Allah Robbol Izzati Wassalam dari rakyat yang mencintaimu...Trimakasih.

Kamis, 14 Oktober 2010

Terjebak Sanjungan


Saya adalah Presiden direktur sebuah perusahaan swasta. Dalam membesarkan perusahaan ini, saya memulai dari titik nol. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya perusahaan telah mencapai prestasi terbaiknya selama sepuluh tahun berdiri.

Banyak asam garam atau pahit getir pengalaman yang kuperoleh. Salah satunya adalah yang ingin aku ceritakan kepadamu.

Tentu saja untuk meraih sukses dalam bisnis, saya selaku Presiden direktur, mengambil kebijakan extra ketat terhadap masalah keuangan dan juga rekruitmen tenaga kerja khususnya para staf office.

Para staf itu adalah lulusan yang memiliki nilai prestasi tinggi di sekolah mereka. Untuk seleksi tahap akhir penerimaan mereka, saya sendiri yang mengujinya.

Adalah Mr Chary dan Miss Mukey dua staf kepercayaanku. Mr Chary aku percayakan sebagai manager purchasing dan Miss Mukey sebagai manager keuangan. Kedua orang ini merupakan orang yang sangat aku percaya. Fasilitas yang diberikan padanya sangat lengkap, dari mobil hingga rumah dan perabotan di dalamnya.

Harus di akui dua orang staf ini memiliki kapasitas otak yang cemerlang. Pada setiap rapat ia dapat segera memahami dan mewujudkan apa yang aku inginkan selaku Presiden direktur. Ditambah lagi budi bahasa yang mereka miliki membuat hatiku serasa adem tentram juga fikiranku jauh dari kepanikan bila mereka memberi laporan lisan atau tulisan.

Dari mulut mereka aku menangkap kesan mereka adalah pribadi tangguh dan ulet dalam berkerja dan dalam membela kepentingan perusahaan dari unsur-unsur yang merongrong dan merugikan. Maka untuk menghargai jasa-jasa mereka tiap tahun selalu aku ajak berlibur gratis ke luar negeri.

Memasuki tahun kesebelas dari usia perusahaan ini, ternyata ujian cukup berat bagi kelanjutan usaha ini. Persaingan ketat ditambah harga bahan baku yang mahal membuat aku berfikir keras untuk mencegah penyusutan biaya dan kerugian.

Kecuali Mr Chary dan Miss Mukey, aku juga memiliki staf lain. Namanya Mr Vholoz. Stafku yang satu ini, meski kapasitasnya juga llumayan pintar, namun dalam penyampaian laporan dan anlisa keuangan dan usaha pada setiap rapat, sering membuat jantungku berdebar-debar. Apa yang ia laporkan sering membuat tidurku tidak nyenyak. Mr Vholoz aku percayakan sebagai staf Expor dan Impor.

Sore itu, tidak seperti biasanya, seusai rapat melelahkan yang membahas keuangan dan kinerja perusahaan, entah mengapa aku ingin berbicara empat mata saja dengan Mr Vholoz. Semula niatku ini ditentang oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Tapi aku betul-betul terusik dengan laporan Mr Vholoz yang berisi kebocoran keuangan perusahaan yang seharusnya bisa dicegah sejak lama.

Maka kuajak Mr Vholoz berbicara empat mata di apartemenku. Ada hal aneh yang terlihat dari jendela apartemenku di tingkat 9. Aku melihat di parkiran mobil nampaknya Mr Vholoz sedang bicara serius dengan Mr Chary dan Miss Mukey. Aku baru sadar rupanya mobil Mr Vholoz yang menuju apartemenku diikuti oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Ada apa ini ? Aku pura-pura tidak tahu dulu.

Mr Vholozpun masuk sendirian di ruang tamu apartemenku. setelah ngobrol basa basi akhirnya aku korek keterangan yang jujur dan jelas dari Mr Vholoz yang semula berusaha menutup-nutupi tentang kebocoran keuangan yang terjadi di perusahaan kami.

Akhirnya setelah kupelajari data dan fakta, aku berkesimpulan, aku telah tertipu oleh dua orang staf yaitu Mr Chary dan Miss Mukey. Mereka memang orang pintar. Tapi dengan kepintarannya telah menipuku dengan laporan asal bapak senang. Dari lidahnya keluar kata-kata manis yang menyanjung-nyanjung diriku. Tapi di balik itu semua ada racun yang berbisa.

Semoga dirimu bila sedang berkuasa tidak mabok sanjungan. Ketahuilah meski kritikan itu sakit dan pahit, sesungguhnya itu lebih baik daripada sanjungan palsu yang keluar dari mulut mereka yang suka 'cari muka'. Semoga bermanfaat.