Jumat, 28 Januari 2011

Akankah 'Tembok Israel Itu Roboh ?'


Saat tulisan ini dibuat perhatian mass media internasional tertuju ke negara 'Piramid' Mesir. Rakyat Mesir sedang menuntut adanya perubahan. Husni Mubarak dituntut 'lengser' oleh rakyatnya.

Sejak 14 oktober 1981 Muhammad Husni Mabarak menjadi Presiden republik arab Mesir. Ia menggantikan posisi Presiden Anwar Sadat yang terbunuh dalam sebuah parade militer, tidak lama setelah penandatanganan perjanjian Camp David dengan Israel.

Apa yang terjadi di Mesir khususnya dan wilayah Arab lain pada umumnya, sesungguhnya sejak lama telah menjadi bagian dari 'Grand Strategic' bagi terjaminnya negara ilegal Israel.

Mentalitas dan nyali serta harga diri dunia arab telah dilemahkan secara sistematis. Baik itu dengan politik belah bambu, inttrik militer maupun serangan penjajahan budaya yang halus namun mengena bagai hipnotis.

Belum lama, saat jalur Gaza mengalami 'bombardemen' dari Israel, adalah Mesir yang di depan mata menyaksikan dan seakan menikmati tontonan peristiwa itu tanpa berbuat apapun. Baru setelah mendapat desakan dari dunia Islam, pintu perbatasan Mesir ke Palestina dibuka meski dengan keterbatasan yang ketat.

Dalam sudut pandang dan kepentingan Israel, jelaslah Mesir adalah negara sahabat yang berhasil 'dijinakkan'. Tidak heran bila berjuta kaum muslimin maupun mereka yang nonmuslim yang masih memiliki rasa kemanusiaan, merasa geram akan sikap acuh kepada nasib Palestina dari negara arab misalnya Mesir.

Nampaknya rakyat Mesir menyimpan rasa frustrasi dan kekecewaan yang lama terpendam kepada presiden mereka, ditengah sikapnya yang selalu nurut kepada kepentingan Israel dan sekutunya, ternyata si gaek Husni Mubarok justru gagal membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia.

Reformasi merupakan jalan keluar yang harus ditempuh oleh Husni Mubarak jika ingin turun tahta secara terhormat. Masalahnya nafsu ingin terus berkuasa nampaknya sulit disembunyikan oleh Mubarak. Bahkan ia telah menyiapkan 'putra mahkota' pengganti, yaitu Gamal Mubarak.

Apa yang terjadi di Mesir berupa aksi demo yang berlangsung dengan kekerasan merupakan gambaran akan kemarahan rakyat yang menemukan momentum seusai revolusi Tunisia.

Akankah 'tembok' besar Israel yang berkuasa sejak 1981 ini berhasil dirobohkan oleh rakyatnya ?
Bagi kita di Indonesia yang menginginkan negara Palestina merdeka berdaulat, berikut mengembalikan kemuliaan tanah suci Al Quds, tentu menginginkan adanya perubahan kebijakan terhadap Israel dan Palestina oleh negara Mesir. Dan ini sulit terjadi selama si gaek Husni Mubarak berserta kroninya tetap berkuasa.

Kamis, 27 Januari 2011

Kok Fanatik Amat Sih !?


Dalam pergaulan terkadang kita bertemu dengan resistensi terhadap prinsip ajaran keyakinan Islam yang kita anut. Yang lebih menyedihkan, jika resistensi itu justru berasal dari saudara-saudara kita yang juga mengaku beragama Islam pula.
Dari zaman penjajahan pencitraan negatif kepada Islam dan olok-olok yang merendahkan para penganutnya telah berhasil memberi stigma dan kesan jelek. Seperti contoh-contoh di bawah ini...

A. Di Sebuah Cafe.

Pulang kerja aku tidak langsung pulang ke rumah melainkan pergi ke Cafe dengan relasi sambil kongkow-kongkow. Mereka memesankan minuman Bir kepadaku. Namun aku menolak secara halus. Sambil tertawa sinis mereka berkata, kok fanatik amat sih.

B. Di Sebuah Acara Rapat.

Hari itu adalah hari jum'at. Sejak pagi kami dipanggil direktur untuk rapat membahas berbagai persoalan perusahaan. Tepat jam 11.30 aku izin karena mesti pergi sholat jum'at di masjid. Sontak para peserta rapat melihatku. Ada pula yang sempat berkata, kok fanatik amat sih.

C. Di Rumah Tetangga Yang Mau Hajatan.

Malam itu aku ikut warga ngobrol sambil menemani tuan rumah yang besok pagi akan menikahkan anaknya. Ada beberapa orang yang berkumpul duduk membentuk lingkaran. Rupanya mereka sedang main kartu alias judi. Akupun mereka ajak. Namun aku menolak secara halus. Di antara mereka ada yang berkata,"kok fanatik amat sih".

D. Memberi nama anak dengan nama Islam.

Saat anakku lahir para tetangga dan saudara aku undang ke rumah untuk menghadiri acara selamatan Aqiqah sekaligus memberi nama anak. Ketika mereka tahu nama anakku memakai nama Islam, ada yang berkata lirih, kok fanatik amat sih.

E. Memakai Busana Muslimah (Jilbab).

Saat hari Kartini di lingkungan Rw diadakanlah lomba wajah dan penampilan mirip ibu Kartini. Istriku yang memakai jilbab, mengusulkan agar lomba itu berlaku juga bagi wanita yang berbusana muslimah (jilbab). Namun tidak sedikit yang berkata sinis, "kok fanatik amat sih".

F. Di Ruang Kerja.

Aku di rayu seorang kawan yang memintaku menandatangani kwitansi fiktif. Aku menolak secara halus, namun ia malah berkata, kok fanatik amat sih.


Demikianlah sedikit contoh-contoh kasus dimana memegang prinsip kebenaran terkadang mendapatkan resistensi.

Rabu, 26 Januari 2011

Sutradara Rekayasa


Menjadi seorang pemimpin perusahaan yang memimpin banyak anak buah, sudah pasti memiliki banyak kesan terhadap pribadi masing-masing anak buah.
Ada yang jujur ada yang yesman ada yang cari muka ada yang nakal. Bahkan ada yang vocal atau kritis terhadap kebijakan manajemen.

Khusus bagi yang vocal, saya sebagai pemimpin perusahaan mesti hati-hati dan siap adu argumen bila ada suatu kebijakan yang dikritisi.
Tentu saja bagi kepentingan manajemen, barisan vokal sangat merepotkan dan bikin tidur tidak nyenyak. Apabila datang saat hitung menghitung bonus atau kenaikan gaji karyawan, sudahlah pasti aku memakai strategi argumen yang harus lebih baik dari barisan vokal.

Barisan vokal sangat disukai oleh banyak karyawan. Itu makanya mereka dipercaya menjadi pengurus serikat pekerja. Sedang barisan 'cari muka' adalah para karyawan yang dekat dan disenangi manajemen. Mereka adalah mata-mata manajemen.
Tahun berganti tahun, seiring makin meningkatnya biaya produksi dan biaya operasional perusahaan, maka aku mencari cara untuk 'mengenyahkan' barisan vokal dari kepengurusan serikat pekerja, yang nanti akan digantikan oleh barisan 'cari muka' yang disukai oleh manajemen.

Maka segera saja aku menyusun skenario rekayasa agar barisan vokal terpancing untuk melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Berkat partisipasi aktif dari barisan cari muka, terjadilah demo mogok kerja yang dikomandoi oleh barisan vokal. Demo itu berawal dari berita yang belum pasti yang sengaja dihembuskan-hembuskan oleh barisan cari muka atas petunjuk dan arahan dari diriku sebagai sutradara rekayasa.
Demikianlah akhirnya melalui persidangan yang berkali-kali, aku berhasil mendepak barisan vokal dari kepengurusan serikat pekerja. Dan kini ketika aku sudah pensiun, kenangan lama itu timbul kembali seiring pemberitaan tentang gonjang ganjing mafia pajak dan mafia hukum yang penuh tipu daya dari sutradara rekayasa. Pertanyaannya siapakah sang sutradara itu ?

Selasa, 25 Januari 2011

Sebatas Retorika saja


Di sebuah ruangan aula ada ratusan pasang mata yang sore itu mendengarkan diriku saat menyampaikan kuliah tentang ajaran Islam soal pelayan masyarakat atau 'khadimul ummat'.

Melihat perhatian audien dengan berbagai pertanyaan yang diajukan saat sesi tanya jawab, aku berkesimpulan baik materi ceramah maupun diriku yang menyampaikannya mendapat respon positif dari para hadirin yang umumnya para kader sebuah partai politik yang mencanangkan nomer tiga besar di pemilu 2014 nanti.

Dalam ceramah yang berlangsung selama satu jam setengah itu, aku banyak mengambil contoh dari akhlak Rasul saw dan juga para sahabat beliau yang mulia. Yang kesemuanya berangkat dari rasa ikhlas untuk 'rela berkorban' demi orang lain atau rakyat yang mereka pimpin apapun latar belakang keyakinan agamanya.

Seorang muslim harus gaul habis namun tetap memegang teguh prinsip keyakinannya tanpa ikut larut arus negatif. Misalnya ikut judi atau miras. Begitu pula untuk tingkat Rt/Rw harus 'ringan tangan' dan 'ringan kaki' untuk membantu program kerja bhakti. Dan tanpa segan-segan rela meminjamkan mobilnya jika ada tetangga yang sangat memerlukan misalnya untuk ke rumah sakit.

Pendek kata, inti dari ceramah tentang khadimul ummat yang aku sampaikan adalah bagaimana sikap yang terbaik dalam bermasyrakat yang heterogen atau majemuk agar tidak menjadi pribadi 'kuper eksklusif'. Kepedulian sosial adalah kata kuncinya.

Sesampainya di rumah usai menyampaikan kuliah tersebut, istriku bilang malam ini aku diundang rapat rt. Namun aku berkata, aku sedang kurang sehat.
Besok paginya ada tetangga yang mau pinjam mobil karena anaknya mau 'khitan' namun aku berkata, mobilku mau masuk bengkel.
Sore harinya saat sedang nonton tv, tetangga sebelah mengajakku main bulutangkis sambil ngobrol santai. Namun aku menolak dengan alasan sedang capek.
Malam hari saat bercanda dengan anak, ada teman meminta sumbangan konsumsi kerja bhakti, aku hanya memberi sedikit uang padahal di dompet ada banyak uang.
Besok pagi usai sholat subuh tiba-tiba telpon rumah berdering, ternyata aku diundang acara kerja bhakti, namun lagi-lagi aku beralasan mau pergi ke kantor meski hari minggu karena ada pekerjaan di kantor.

Ternyata harus kuakui, kalo hanya sekedar beretorika memang mudah namun dalam kerja nyata dan nyata kerja sangatlah sulit. Entah sampai kapan !?

Minggu, 23 Januari 2011

Hanya Teka-Teki Silang


Sejak Gayus membikin heboh negeri ini. Diriku sering mendapat pertanyaan dari rekan kerja maupun para tetangga di rumah. Maklumlah sejak lama mereka mengenalku sebagai pengamat politik tingkat 'warung kopi, namun cukup lumayan dalam memberikan pandangan ataupun ulasan terhadap fenomena perpolitikan yang terjadi.

Senen pagi itu sebagaimana biasanya aku tidak langsung menuju ruang kerja. Masih ada waktu beberapa menit yang bisa kupergunakan untuk duduk di kantin kantor sambil sarapan dan juga ngobrol dengan sesama rekan kerja.

Sudah dapat kuduga, topik pembicaraan mereka yang duduk sarapan pagi di kantin adalah seputar 'kesaktian' Gayus yang dapat menari-nari terbang kesana- kemari.

Dan saat melihat aku datang dan duduk di antara mereka, topik pembicaraan semakin panas dan seru dengan disertai sumpah serapah untuk Gayus. Mereka ingin aku memberi tanggapan, namun terhambat oleh lonceng jam masuk kerja yang berbunyi.

Saat istirahat siang tanpa basa-basi lagi para rekan kerjaku yang sejak pagi menyimpan rasa ingin tahu tentang apa dan mengapa makhluk yang bernama Gayus itu, langsung meminta diriku memberi penjelasan.

Maka seluruh karyawan kantor yang sedang berada di kantin untuk makan siang tanpa aku sadari mereka mendengarkan penjelasan tentang fenomena Gayus dalam kacamata pengamat warung kopi seperti diriku.

Apa yang terjadi saat ini di negeri kita adalah suatu tontonan yang tidak baik untuk pendidikan generasi muda. Karena generasi muda seakan diajarkan sesuatu yang tidak jujur. Mereka yang dipundaknya ada amanah untuk menegakkan hukum ternyata mentalnya ambruk oleh rupiah.
Hukum positif di negeri kita seakan dalam kendali para mafia yang beruang 'unlimited'. Memerangi musuh dari luar lebih mudah ketimbang memerangi musuh yang menjalar-jalar bagai rayap di dalam tubuh bangsa kita.

Musuh bangsa kita berada di tengah-tengah bangsa kita sendiri. Sedihnya rayap seperti Gayus sudah terlalu banyak dan entah perlu waktu berpa lama untuk memusnahkannya !?

Adapun siapa di belakang Gayus ? Suatu pertanyaan yang hanya membuat rakyat makin pusing di tengah problematika hidupnya. Teka-teki silang itulah jawaban dari pertanyaan terus siapa dong ?
Yang pastinya bila kasus Gayus di ungkap dan di bongkar bersiaplah menyaksikan penjara yang penuh koruptor akan semakin penuh saja.
Kiranya ini merupakan etape yang harus di lewati oleh bangsa kita yang Insya Allah bila dapat melewatinya suatu hari akan menjadi bangsa yang kuat dengan hukumnya yang berwibawa.
Perlu keberanian memang untuk menumpas para mafia itu, sebagaimana keberanian menumpas pemberontakan G30S/PKI dulu. Tanpa itu maka teka-teki silang bangsa kita makin tak terjawab.
Dan bagi rakyat yang sadar dan harus sadar, perkembangan di negeri kita hendaknya terus dijadikan bahan obrolan diskusi di manapun. Semoga dengan begitu kita dapat mengawal perjalanan sejarahnya.
Di anatara rekan kerja ada yang masih ingin bertanya, namun lonceng jam masuk telah berbunyi usai sudah ceramah tentang Gayus dan hukum di kantin kantor kami.

Minggu, 16 Januari 2011

Dulu Asing Sekarang Trendy


Masih segar dalam ingatan saat banyak pelajar putri sebuah SMA negeri harus keluar dari sekolahnya hanya karena memakai busana muslimah atau berjilbab. Begitu pula saat karyawati sebuah perusahaan harus menghadapi pilihan, untuk tetap berjilbab dan dipecat atau tetap berkerja dengan syarat mau melepas jilbabnya.

Saat itu tidak jarang perasaan rendah diri menghinggapi seorang muslimah yang dengan busana muslimahnya mencoba tampil di tengah pergaulan kantor yang serba berbusana modis. Maka yang terjadi adalah praktek 'bongkar pasang' jilbab atau busana muslimah. Dalam pergaulan di lingkungan rumahpun tidak sedikit yang merasa asing bila harus berbusana muslimah. Kecuali saat menghadiri acara pengajian atau kematian saja.

Indonesia yang mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam, adalah sebuah negeri yang masuk dalam skenario 'de Islamisasi yang dilancarkan oleh para musuh Islam sejak jaman penjajahan dahulu. Atmosfer de Islamisasi sangat terasa selama PJPT pertama selama 25 tahun kekuasaan rezim orde baru. Pada saat itu kebebasan berbusana muslimah termasuk yang diperketat aturannya.

Memasuki masa 25 tahun kedua atau PJPT 2 atmosfer kebebasan berIslam sedikit demi sedikit makin berhembus kencang. Hal ini dimulai sekembalinya alm Presiden Soeharto dari tanah suci.
Meski ada yang mengistilahkan dengan 'ijo royo-royo' namun era kebebasan dalam keberIslaman makin terasa pasca reformasi.
Kini busana muslimah seakan menjadi sesuatu yang sedang nge'trend. Dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi negeri maupun swasta, karyawati bank maupun para dokter wanita tidak canggung lagi menenakan busana muslimahnya.

Bila Saat ini kita berkunjung ke pasar tanah abang misalnya, banyak pedagang busana muslimah yang akan kita jumpai. Ini menandakan betapa busana muslimah yang dulu dianggap asing sekarang menjadi sesuatu yang trendy. Semoga pula ini suatu pertanda bahwa kehidupan keberIslaman semakin maju dan semarak di bumi NKRI yang sama-sama kita mencintainya. Semoga

Jangan Paksa Aku Untuk Berbohong


Tepuk tangan meriah membahana dari segenap hadirin saat aku menjabat tangan pimpinan kepala cabang yang aku gantikan dalam acara 'pisah sambut' di sebuah hotel berbintang.

Malam 'pisah sambut' itu begitu meriah, karena dihadiri banyak karyawan cabang perusahaan tempat aku menjabat sebagai kepala cabangnya yang baru. Apalagi saat aku didaulat untuk tampil membawakan lagu. Suasana makin meriah saja.
Seperti diriku mereka yang hadir juga membawa serta para istrinya.

Begitulah sekelumit acara pisah sambut yang dapat kuceritakan kepadamu saat memulai tugas sebagai kepala kantor cabang.

Selanjutnya hari demi hari dan bulan berganti bulan, harus aku akui memang enak menjadi kepala cabang dengan segala fasilitasnya. Ada rumah dinas, mobil dinas, juga biaya pengobatan keluarga yang kesemuanya ditanggung oleh perusahaan.

Genap hampir setahun menjabat sebagai kepala cabang, aku berkesempatan meneliti secara detil laporan keuangan perusahaan.
Pagi itu aku memanggil kepala keuangan cabang, lalu coba dialog dan bertanya padanya terhadap kejanggalan sebuah laporan keuangan. Mulanya ia coba berkelit terhadap temuan itu. Namun kemudian ia tidak bisa mengelak. Nampak olehku keringat dingin terbit di kening kepala keuangan cabang ini. Setelah dengan nada keras aku membentaknya. Hal ini terpaksa aku lakukan karena ia berusaha menutupi ketidak jujuran. Aku berbicara empat mata dengannya dari jam 8 pagi hingga kumandang azan zhuhur terdengar.

Esok paginya seluruh staf keuangan aku kumpulkan. Semua berkas laporan keuangan aku suruh bawa dalam rapat. Dan kuteliti satu persatu. Rapat suasananya tegang berlangsung hingga maghrib. Hanya istirahat saat sholat atau makan siang saja.
Meski yang ku ajak rapat hanya khusus staf divisi keuangan namun dampaknya terasa ke seluruh bagian kantor cabang.

Aku tiba di rumah sudah malam. Malam itu tidak seperti biasanya aku tidak enak makan. Istriku bertanya ada apa ?
Lalu kuceritakan apa yang ku alami di kantor selama hampir setahun menjabat sebagai kepala cabang. Ternyata penyakit kebohongan atau ketidakjujuran sudah merajalela selama bertahun tahun sejak sebelum aku menjabat di kantor cabang ini.

Keesokan harinya, semua kepala divisi aku kumpulkan. Satu persatu aku pandang wajah anak buah ini dalam-dalam. Mereka ada yang menunduk, ada yang coba tegar memandangku.

Ku katakan kepada mereka untuk tidak usah takut,selagi mereka jujur bicara apa adanya. Sebagai kepala cabang saya tidak akan melaporkan mereka secara pribadi ke kantor pusat. Aku berkata, bahwa mungkin hanya diriku kapala cabang yang paling singkat menjabat dan bertugas di kantor ini.

Mendengar kata-kata ini, sontak wajah dan mata para kepala divisi menatapku.
Di antara mereka coba bertanya mengapa ? Toh ketidak jujuran ini sudah bertahun lamanya sejak aku belum bertugas dan menjabat di kantor cabang ini.

Aku berkata lirih kepada mereka, jangan paksa diriku untuk berbohong. Kalimat ini pulalah yang aku pakai saat istri bertanya mengapa mengajukan pengunduran diri sebagai kepala cabang ?

Tepat setahun setengah aku bertugas di kantor cabang itu, akhirnya permohonan pengunduran diri ini diterima oleh pimpinan di kantor pusat.

Sejak pagi hari, halaman rumah dinasku dipenuhi oleh anak buah yang akan menyampaikan ucapan selamat jalan dan selamat berpisah. Karena memang hari itu aku dan keluarga pindah ke Jakarta. Untuk selanjutnya aku dinas sebagai staf biasa di kantor pusat.

Sabtu, 08 Januari 2011

Presentasi Oh Presentasi


Pulang kerja ada rasa sebal di dada ini. Perhitungan lembur di slip gaji ternyata meleset dari perkiraanku.Padahal siang malam tanpa lelah berkerja.Apa boleh buat akupun harus memutar otak agar dapat uang tambahan demi biaya anak sekolah.

Baru separoh mimpi aku tertidur di sofa ruang tamu, tiba-tiba istri membangunkan. Katanya di rumah tetangga sebelah akan ada acara kumpul-kumpul warga. Arisankah ?

Bukan arisan tapi presentasi. Mbakyu Sugehwati terdengar suaranya sedang mengajak warga se Rt untuk ikutan acara itu. Nyesel jeng kalo nggak ikut. Jarang ada acara kayak gini. Mau kaya nggak ? Demikian suara Mbak Sugehwati terdengar dari dalam rumah, memotivasi para ibu tetangganya agar ikut serta.

Istriku juga tidak mau ketinggalan memotivasi diri ini yang sedari tadi duduk termangu sambil termenung lesu. Mama aja deh yang hadir kataku. Jangan dong Pa,,,biar kita sevisi maka harus hadir bersama pinta istriku.

Maka kami berdua akhirnya hadir di acara presentasi sebuah produk. Aku duduk paling depan di antara para hadirin. Istriku mendengarkan sambil menggendong anak.

Cukup lincah presenter ganteng ini dalam memainkan kata. Memilih kata dan kalimat yang membuat hati dan jantungku berdegub kencang, sebagai respon dari suntikan obor semangat yang terkandung dalam kalimat demi kalimat yang terucap. Tepuk tangan meriah sering terdengar pada acara presentasi ini. Pertanda semua hadirin larut nurut dalam buaian kata dan kalimat.

Setelah pembicara pertama kini tampillah pembicara kedua. Seorang cewek berparas ayu yang juga sangat lihai dalam berolah lidah. Mobil barunya yang terparkir di depan rumah Mbak Sugehwati sering menjadi sasaran tunjuk telunjuknya, sekedar memperlihatkan bukti kesuksesab menekuni usaha ini.

Papan tulis putih seakan menjadi sasaran lukisan angka-angka tentang gemerlap uang nan memukau dari goresan jemari lentik cewek ini. Kami para hadirin diam terkesima dalam dekap khayal dan angan masing-masing. Kapankah mimpi kaya akan datang jadi nyata ?

Kini dua tahun berlalu sudah, dan presentasi itu tinggal dalam benak memory. Uangku yang terpakai sebagai modal usaha sebagai tindak lanjut presentasi itu, sudah cukup lumayan besar. Namun antara harapan dan khayal serta cita-cita mimpi belum terwujud.

Kusadari dalam mengejar sebuah kesuksesan memang butuh waktu dan pastinya pengorbanan. Sabar dan doa adalah energi yang tak akan mati dalam menggelorakan semangat ikhtiar. Bukan kata-kata yang merasuk bagai pepesan kosong.

Semogalah diriku berserta istri dan juga dirimu kan terhindar dari nafsu buru-buru ingin kaya yang melupakan tahapan prosesnya.

Kamis, 06 Januari 2011

Makhluk Planet Itu Bernama 'Gayus'


Sebuah perkampungan dibuat geger akan tanda-tanda hadirnya makhluk dari planet lain. Betapa tidak ? Karena kehadiran makhluk planet itu membikin penduduk di perkampungan yang semula rajin berkerja, rajin sekolah, rajin usaha menjadi malas. Apa sebab ? Sebabnya makhluk planet itu menebar 'permen ajaib'. Yang dengan permen ajaib tersebut, seseorang bisa langsung kaya raya tanpa harus susah payah sekolah dan atau berkerja.

Tentu saja para kepala suku di perkampungan itu juga menjadi ingin mendapatkan 'permen ajaib' yang oleh makhluk planet tersebut tidak dibagi kesembarang orang melainkan orang yang dianggapnya bisa berkerjasama. Dari hari ke hari penduduk yang mendapat jatah permen ajaib dari makhluk planet jumlahnya sangat banyak, maklumlah siapa sih yang tidak ingin kaya dalam waktu cepat !?

Bagi rakyat kecil permen ajaib itu sekedar untuk membeli mobil, rumah berikut perabotannya, tapi bagi para kepala suku, permen ajaib sangat diperlukan untuk biaya pelestarian kekuasaannya. Maka siang malam di seluruh pelosok perkampungan, melakukan patroli siskamling serentak secara sukarela demi mendapatkan 'saweran' permen ajaib dari makhluk planet.

Anehnya, meski patroli sikamling telah dilakukan, namun makhluk planet ini sangat sulit tertangkap. Belakangan baru disadari, ternyata makhluk planet ini bisa berubah-rubah wajahnya. Bisa berubah seperti orang tua, anak muda,bahkan wanita.

Timbul rasa khawatir, bagaimana jika makhluk planet itu bisa berubah wajah menjadi sosok manusia dan lalu ikutan kontes pemilihan kepala suku !? Namun hanya sedikit penduduk kampung yang memiliki kesadaran semacam ini. Kebanyakan hanyut larut mabok 'permen ajaib'.

Permen ajaib andaikan saja aku memilikimu, tentu aku sudah kaya raya, punya rumah,punya mobil mungkin juga punya selir muda nan cantik. Dan akupun bisa ikutan kontes pemilihan kepala suku. Namun akupun takut dan cemas kalau-kalau permen ajaib itu bisa mendatangkan malapetaka.

Saat rasa cemas dan takutku memuncak, tiba-tiba terdengar azan subuh. Oh kiranya aku hanya bermimpi, setelah sebelum tidur terlalu fokus memperhatikan berita TV tentang Gayus si mafia pajak.

Senin, 03 Januari 2011

Goyang Hot Di Pesta Pernikahan


Pulang kerja aku dikejutkan dengan undangan pernikahan seorang tetangga. Undangan itu sengaja di letakkan istri di atas televisi agar sepulang kerja bisa langsung terlihat olehku.

Sebut saja tetanggaku itu bernama Haji Anyar. Sepekan lagi beliau akan menikahkan seorang putrinya. Tertulis dalam undangan acara resepsinya akan berlangsung dari jam 11.30 hingga selesai tepat di hari sabtu malam minggu.

Maka dua malam menjelang acara pesta pernikahan, sebuah panggung telah mulai dipasang. Kami para tetangga juga ikut membantu sekedarnya. Namun dapat kami perkirakan jumlah tamu yang di undang sudahlah pasti banyak.

Akhirnya hari H pun tiba. Bersama istri aku datang untuk 'kondangan' jam 8 malam selepas Isya. Diiringi alunan suara manja dari biduanita yang menyanyikan lagu slow pop yang romantis, kami para undangan mencicipi jamuan di pesta pernikahan itu, tentu setelah menjabat tangan kedua mempelai.

Tamu undangan yang berdatangan seakan tiada putus hentinya, inilah yang menyebabkan aku mengajak istri untuk segera pulang saja.
Sesampainya di rumah, rasanya suara musik hiburan di acara pernikahan itu makin malam makin terdengar semarak. Aku tak bisa membohongi diri sendiri untuk tidak melihat dari dekat kemeriahannya, karena di dalam rumahpun berisik.
Jam mendekati tengah malam, para biduan yang semula berbusana sopan berganti tampilan dengan busana aduhainya. Dan ini disesuaikan dengan jenis musik serta lagu yang dinyanyikan. Sebenarnya aku malu menceritakan di sini apa yang aku lihat, namun ini mesti kuungkap agar menjadi pelajaran positif bagi kita.

Ada dua orang penyanyi wanita muda yang tanpa risih dan malu bergoyang hot diiringi musik yang juga hot. Apa yang mereka peragakan hanya pantas dilakukan di dalam kamar tidur bersama suami. Namun malam itu mereka lakukan di atas panggung, yang sudah tentu membuat mata nakal lelaki nakal melihat tanpa berkedip. Astaghfirullah.

Semakin berani menggoyangkan badannya semakin banyak tamu undangan yang naik ke panggung untuk 'nyawer' uang. Mereka berdua malam itu memang mandi uang. Tidak terpikirkan mandi 'dosa'. Meski malam telah larut, tidak sedikit anak-anak di bawah umur yang melihat aksi sensual nakal mereka. Sungguh kasihan membayangkan apa yang dirasakan para pemuda pengangguran belum siap menikah yang malam itu turut melihat goyangan erotik.

Melalui tulisan sederhana ini aku hanya ingin berbagi rasa betapa kemungkaran terjadi justru di depan mata orang yang seharusnya mampu mencegahnya seperti pak Haji Anyar itu.

Keesokan harinya saat berjumpa di Masjid, pak Haji Anyar ada yang mengkritiknya. Namun dengan santai ia menjawab, itukan sudah lumrah. Masya Allah. Wallahu 'alam