Tampilkan postingan dengan label purchasing. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label purchasing. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Oktober 2010

Terjebak Sanjungan


Saya adalah Presiden direktur sebuah perusahaan swasta. Dalam membesarkan perusahaan ini, saya memulai dari titik nol. Seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya perusahaan telah mencapai prestasi terbaiknya selama sepuluh tahun berdiri.

Banyak asam garam atau pahit getir pengalaman yang kuperoleh. Salah satunya adalah yang ingin aku ceritakan kepadamu.

Tentu saja untuk meraih sukses dalam bisnis, saya selaku Presiden direktur, mengambil kebijakan extra ketat terhadap masalah keuangan dan juga rekruitmen tenaga kerja khususnya para staf office.

Para staf itu adalah lulusan yang memiliki nilai prestasi tinggi di sekolah mereka. Untuk seleksi tahap akhir penerimaan mereka, saya sendiri yang mengujinya.

Adalah Mr Chary dan Miss Mukey dua staf kepercayaanku. Mr Chary aku percayakan sebagai manager purchasing dan Miss Mukey sebagai manager keuangan. Kedua orang ini merupakan orang yang sangat aku percaya. Fasilitas yang diberikan padanya sangat lengkap, dari mobil hingga rumah dan perabotan di dalamnya.

Harus di akui dua orang staf ini memiliki kapasitas otak yang cemerlang. Pada setiap rapat ia dapat segera memahami dan mewujudkan apa yang aku inginkan selaku Presiden direktur. Ditambah lagi budi bahasa yang mereka miliki membuat hatiku serasa adem tentram juga fikiranku jauh dari kepanikan bila mereka memberi laporan lisan atau tulisan.

Dari mulut mereka aku menangkap kesan mereka adalah pribadi tangguh dan ulet dalam berkerja dan dalam membela kepentingan perusahaan dari unsur-unsur yang merongrong dan merugikan. Maka untuk menghargai jasa-jasa mereka tiap tahun selalu aku ajak berlibur gratis ke luar negeri.

Memasuki tahun kesebelas dari usia perusahaan ini, ternyata ujian cukup berat bagi kelanjutan usaha ini. Persaingan ketat ditambah harga bahan baku yang mahal membuat aku berfikir keras untuk mencegah penyusutan biaya dan kerugian.

Kecuali Mr Chary dan Miss Mukey, aku juga memiliki staf lain. Namanya Mr Vholoz. Stafku yang satu ini, meski kapasitasnya juga llumayan pintar, namun dalam penyampaian laporan dan anlisa keuangan dan usaha pada setiap rapat, sering membuat jantungku berdebar-debar. Apa yang ia laporkan sering membuat tidurku tidak nyenyak. Mr Vholoz aku percayakan sebagai staf Expor dan Impor.

Sore itu, tidak seperti biasanya, seusai rapat melelahkan yang membahas keuangan dan kinerja perusahaan, entah mengapa aku ingin berbicara empat mata saja dengan Mr Vholoz. Semula niatku ini ditentang oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Tapi aku betul-betul terusik dengan laporan Mr Vholoz yang berisi kebocoran keuangan perusahaan yang seharusnya bisa dicegah sejak lama.

Maka kuajak Mr Vholoz berbicara empat mata di apartemenku. Ada hal aneh yang terlihat dari jendela apartemenku di tingkat 9. Aku melihat di parkiran mobil nampaknya Mr Vholoz sedang bicara serius dengan Mr Chary dan Miss Mukey. Aku baru sadar rupanya mobil Mr Vholoz yang menuju apartemenku diikuti oleh Mr Chary dan Miss Mukey. Ada apa ini ? Aku pura-pura tidak tahu dulu.

Mr Vholozpun masuk sendirian di ruang tamu apartemenku. setelah ngobrol basa basi akhirnya aku korek keterangan yang jujur dan jelas dari Mr Vholoz yang semula berusaha menutup-nutupi tentang kebocoran keuangan yang terjadi di perusahaan kami.

Akhirnya setelah kupelajari data dan fakta, aku berkesimpulan, aku telah tertipu oleh dua orang staf yaitu Mr Chary dan Miss Mukey. Mereka memang orang pintar. Tapi dengan kepintarannya telah menipuku dengan laporan asal bapak senang. Dari lidahnya keluar kata-kata manis yang menyanjung-nyanjung diriku. Tapi di balik itu semua ada racun yang berbisa.

Semoga dirimu bila sedang berkuasa tidak mabok sanjungan. Ketahuilah meski kritikan itu sakit dan pahit, sesungguhnya itu lebih baik daripada sanjungan palsu yang keluar dari mulut mereka yang suka 'cari muka'. Semoga bermanfaat.

Sabtu, 18 September 2010

Selamat Tinggal Dusta !


Setahun sudah diriku berkerja sebagai Rceptionist dan operator telepon di sebuah perusahaan swasta. Tak tersaa waktu berlalu begitu cepatnya dari lebaran ke lebaran.

Mencari pekerjaan sesuai cita-cita hidupku tidaklah mudah. Hingga aku diajak ke Jakarta oleh paman, ia adalah seorang security senior di kantornya. Tanpa pertolongannya mungkin diriku masih terlunta-lunta mencari kerja kesana kemari.

Awalnya sebagai anak desa yang biasa berkata apa adanya kepada semua orang, merasa canggung menjadi operator telpon kantor yang harus pandai memutar balikkan kata dengan cara seribu satu alasan. Tapi karena tuntutan profesi akhirnya, lama kelamaan biasa dan enak juga pandai berbohong sesuai pesanan teman sekantor yang tidak mau menerima telpon atau tamu.

Sampai akhirnya aku tersadarkan ketika pulang kerja diriku dikejutkan oleh pengemis bisu yang datang menghampiri untuk meminta sekedar uang seikhlasku. Waktu itu spontan kuberikan uang seribu kembalian angkot yang mengantarkanku pulang ke kost-kosan.

Maghribpun tiba. Usai sholat biasanya langsung makan. Tapi kali ini tidak. Wajah pengemis bisu masih terekam dalam benakku. Di hati ada bisikkan, bahwa apa yang kukerjakan di kantor sebagai receptionist dan operator telpon yang pandai berdusta adalah sebuah dosa. Dosa mengapa kata-kata itu seakan menggema di relung jiwaku hingga nafsu makan malam sirna.

Menjelang terlelap untuk besok kembali kerja, aku beristighfar dalam-dalam memohon ampun dan petunjukNya. Moga diberikan alternatif solusi.
Keesokan harinya di depan meja operator wajahku tidak secerah hari-hari kemaren kerena bayangan dosa dan wajah pengemis bisu. Alangkah tercelanya aku, diberi Allah Swt Sang Khalik lidah namun kugunakan untuk berdusta hanya demi uang yang lebih sedikit dari UMR.

Maka tiap sholat aku slalu berdoa. Kecamuk dalam hatiku tak kucritakan pada siapapun meski keterman akrab. Banyak teman yang bertanya mengapa penampilan wajah ini tak ceria seceria biasanya.

Alhamdulillah doaku yang sungguh-sungguh telah terkabulkan. Menjelang Ramadhan tahun ini ada bagian yang kosong di purchasing dept. Dan oleh atasan diriku dicalonkan menempati posisi itu. Syukur tak terhingga ketika aku secara resmi diberi tahu.

Dan terhitung sejak hari pertama kerja usai libur lebaran, diriku menemapati ruang dan kursi meja baru tidak lagi di meja operator telpon. Semogalah ditempat yang baru ini tidak ada kamuflase kata dan laporan yang menjadi beban dosa bagiku.

Sekedar tulisan sederhana dari hasil curhat seseorang padaku. Moga bermanfaat,