
Dalam cabang olah raga Sepak Bola, banyak terdapat ajaran tentang filosofi kehidupan. Satu di antaranya adalah ajaran untuk 'pandai bersyukur'.
Dalam sebuah pertandingan sepak bola yang melelahkan, dimana kedua tim selama 90 menit dituntut untuk menang, untuk terciptanya sebuah gol sangatlah sulit. Karna masing-masing menjaga lawan secara ketat dan penuh disiplin tinggi. Tidak jarang seorang 'striker' yang handal dan memiliki naluri haus gol sekalipun hampir-hampir frustrasi manakala bermain dalam sebuah pertandingan yang berlangsung sangat ketat.
Tatkala seorang pemain penyerang yang sudah berhadapan langsung dengan penjaga gawang dalam tendangan pinalti, tetap tidak bisa memastikan apakah tendangannya akan masuk, karna banyak faktor penyebabnya. Bisa grogy bisa pula karna arah bola yang akan ditendangnya telah tertebak oleh penjaga gawang lawan yang memiliki feeling kuat.
Atas semua itu, sering kita melihat, pemain sepak bola dalam situasi genting akan menengadahkan tangan seraya berdoa. Karna bagaimanapun manusia hanyalah sebatas mampu berusaha saja.
Dalam kehidupan nyata, bersyukur jauh lebih sulit ketimbang bersabar. Jika kita tidak mempunyai uang cukuplah bersabar. Tapi bila kita memiliki uang banyak, sangat mungkin kita lupa bersyukur. Bersyukur tentunya tidak sekedar ucapan di bibir saja, tapi mesti dibuktikan dalam prilaku sehari-hari.
Seorang yang telah divonis akan segera mati oleh dokter, sebagai akibat penyakit yang dideritanya, dan ternyata vonis itu tidak terbukti. Seseorang ini apakah lalu pandai mensyukuri karunia yang diberikan kepadanya ??? Belum tentu. Banyak manusia lupa daratan kalo sudah sehat kalo sudah kaya kalo sudah pangkat tinggi. Bersyukur memang tidak cukup dibibir saja.
Akhirnya kita bisa bercermin dari pemain sepak bola yang mampu mencetak gol satu-satunya bagi kemenangan timnya dikala waktu pertandingan hanya tersisa beberapa saat di babak injury time. Tak lupa ia bersujud mengAgungkan KebesaranNYA. Alhamdulillah Allahu Akbar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar