
Ketika berwisata ke Taman Safari Cisarua, seorang kawan berkata padaku, di zaman canggih ini, manusia kalah dengan hewan-hewan. Kalo dulu hewan-hewan buas dikrangkeng dalam kandangnya, sehingga kita manusia dapat melihat segala gerak-geriknya di dalam kandang. Ternyata yang terjadi di Taman Safari manusialah yang dikrangkeng dalam mobil-mobil wisata.
Apakah manusia lebih buas dari binatangnya ?? Ataukah binatang itu minta ganti nasib dengan manusia ?? Adakah budaya bagi hewan ? Atau lenyapkah budaya yang kita miliki ?
Kenyataannya sejahat-jahatnya binatang buas, manusia bisa lebih buas. Kalo binatang mencari makan hanya cukup buat dirinya. Sebatas kenyang saja. Tapi manakala manusia yang telah hilang jiwa kemanusiannya justru bisa melebihi 'rakus'nya binatang. Mencari harta bukan saja untuk dirinya, tapi untuk persiapan keturunannya kelak. Sepanjang ini dilakukan dengan cara-cara yang halal, tentu sah-sah saja. Tapi bila harus menginjak-injak norma hukum inilah yang sekarang banyak ditayangkan ditelevisi maupun media pemberitaan yang lain. Banyak pejabat yang semula disegani karna wibawanya, harus rela sedrajat dengan bahkan lebih rendah dari hewan karna tega mengkhianati sumpah jabatannya sekaligus rakyat dan negaranya.
Seorang pejabat 'nakal yang memiliki pangkat kedudukan, harta melimpah, istri cantik yang rajin senam dan ke salon, anak-anak yang tinggi sekolahnya. Tak seorangpun mengira ia berkhianat dengan sumpah jabatannya. Tapi bila tabir kebejatan moralnya tersingkap oleh aparat hukum. Sejak itulah 'rasa malu' baru tiba. Yang merasakan 'malu' bukan saja dirinya pribadi tapi ditanggung oleh anak istri bahkan handai taulan di kampungpun merasakan.
Begitu pula 'atas nama tuntutan profesi' seseorang rela memamerkan lekak lekuk tubuh yang aduhai. Tidak kah ia sadar bahwa apa yang ia lakukan ikut merangsang gelora sex anak muda bahkan orang tua. Sehingga banyak terjadi free sex juga praktek aborsi.
Apa perlunya seorang suami merekam adegan persetubuhan dengan istrinya ?? Apakah akan dijadikan arsip file untuk kelak dapat di lihat anak cucunya sebagai percontohan ??
Sekarang realitanya banyak orang yang tidak tau kapan meletakkan rasa malu. Rasa malu sejatinya tidak dapat terpisahkan dengan iman. Seperti dua rel kereta api.
Untuk memberi kata sambutan di kantor RW banyak yang tidak sanggup karana malu katanya. Tapi kalo disuruh goyang atau joget pada acara pesta pernikahan banyak yang antri.
Akhirnya kita berdoa semoga tetap meiliki rasa malu yang positif. Perbedaaan manusia dan binatang kecuali akal adalah rasa malu. Dengan malu kita memiliki martabat dan budaya yang adhi luhung. Para Nabi berkata, bila kau sudah tidak memiliki rasa malu, silakanlah berbuat semau mu. Wallahu 'alam
catatan ini adl fenomena yg terus ak terjadi,Rasa Malu adl buah dari keimanan, jikalau tlah hilang rasa malu dari diri kt, pertanyakan kembali hati kt masihkah keimanan itu bercokol atau bergeser penempatannya,jk bgt kt smua harus bangkit memperbaiki rasa malu kt,terutama malu kt kepada Allah, smg kt smua mjd org2 yg mmiliki rasa malu yg besar sbg wujud akhlaqul karimah seorang muslim.
BalasHapusmbak Nur: Rasa Malu Terhapus Karna Fulus Semoga Kita Dikuatkan Iman Dan Islam Oleh Allah Swt.
BalasHapus