Kamis, 03 Juni 2010

Unity Is Power


Adalah Mesir negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Setelah sebelumnya ulama-ulama Indonesia melawat ke Mesir, dan diterima sebagai tamu kehormatan para ulama Mesir di antaranya Hasan Al Banna. Dalam rombongan Ulama dari Indonesia terdapat Haji Agus Salim.

Hingga saat ini masih terlalu banyak ummat Islam yang seakan tidak mau peduli terhadap tanah suci Yerussalem Palestina. Dimana terdapat Masjid suci Al Aqsa, salah satu Masjid bersejarah dalam peristiwa Isra' Mi'raj Rosul saw. Juga kiblat pertama ummat Islam.

Kaum impeerialis berhasil memecah belah persatuan Islam, menjadi nation2 yang kecil-kecil. Sehingga berakibat tidak mau tau persoalan negara muslim lain. Atau ummat Islam lebih asyik berkutat kepada persoalan 'Fikih' atau masalah 'Furu' ketimbang memasuki wilayah yang lebih prinsip dan substansial.

Padahal Islam mengajarkan persatuan dalam filosofi sholat berjama'ah di Masjid maupun tatkala seseorang menunaikan ibadah Haji. Kalo saja ini difahami serta dihayati sudah dari kemaren-kemaren Israel lenyap dari peta dunia.

Tapi inilah realitanya. Kalo saja organisasi2 dakwah Islam bisa saling 'bersynergy' dengan semangat saling 'melengkapi' hasilnya tentu akan dahsyat, ketimbang saling mengintai kekurangan satu dengan lainnya. Dan inilah strategy musuh Islam untuk menghancurkan kekuatan persatuan Islam dari dalam. Contoh kasus adanya faham Ahmadiyah.

Indonesia ketika zaman penjajahan Belanda, ummat Islam dilarang kumpul-kumpul, karna takut mau bikin rapat gelap melawan Belanda. Tapi ummat Islam toh tertap bisa ketemu tiap sholat berjama'ah, sholat jum'at. Apalagi ketika musim haji tiba dimanfaatkan betul untuk saling tukar info dengan ulama dari negara lain.

Ir Soekarnolah yang mamprakarsai konferensi Asia Afrika, atas dasar senasib sepenanggungan dengan sesama negara bekas dijajah. Maka hingga kini nama beliau tetap dikenang orang, bahkan oleh orang luar negeri. Itulah sebabnya ketika aku ikut aksi demo solidaritas Paletina atau apapun, berbesar hati. Karna Indonesia memang dari dulu menjadi pelopor perjuangan bangsa-bangsa tertindas seperti Palestina sebagai akibat imperialisme yang zhalim.

Maka melaui tulisan sederhana ini aku mengajak engkau untuk peduli dengan derita sesama muslim walo jaraknya jauh di sana. Tentu yang dekat kita pun tetap kita pedulikan dengan ukhuwah sejati bukan ukhuwah ala kereta api Madiun ke Jakarta, tegur sapa berakhir manakala sudah sampai stasiun Gambir. Wallahu 'alam

Moshe Dayan Dan Ariel Sharon



           Moshe Dayan !   kita tidak akan melupakan  sosok  panglima tentara Israel ini ??  Dia telah ber'prestasi'    bagi Israel  karna  dia yang memimpin  pasukan Israel dalam perang  yang 'memalukan'    bagi bangsa Arab,  yaitu  perang  6 hari  di awal bulan juni 1967.  Dalam perang singkat ini, tentara  Israel berperang  atas nama keyakinan  'yahudi'nya.   Sehingga  semangat tempur nya   berkobar-kobar.  Dan menang !

           Di sisi lain  tentara Arab  yang terdiri dari  Mesir, Syiria, Yordan,  yang berperang  dengan motivasi Arabisme   dan Sosialisme  dapat dirontok kan oleh  tentara  Israel  pimpinan Moshe Dayan   hanya dalam waktu  6 hari saja.

           5 juni 1967  adalah awal perang Arab-Israel yang berlangsung 6 hari.  Dan pada tanggal 7 juni  kota tua  nan suci  Yerussalem, telah berhasil  direbut pasukan Moshe Dayan.   Dengan gegap gempita  sorak sorai  pasukan Israel ini masuk ke wilayah Masjid Al Aqsha,  sambil  menghina  Islam dan Muhammad  saw.  

            Moshe Dayan   memasuk wilayah  Al Maghariba   serta wilayah  termbok  Al Buraq  yang kemudian  dijadikan 'tembok ratapan'. Letaknya  di sebelah barat  komplek Al-Aqsha.    Ketika memasuki wilayah  tembok Al Buraq ini,  Moshe Dayan dengan sombong  berkata, " Kita sudah mempersatukan  kota yang tersobek-sobek , ibukota Israel.   Kita sudah kembali ke tempat paling suci ini, untuk tidak akan berpisah dengannya".   Sambil tangan nya menyelipkan kertas  berisi doa  tulisan tangannya  ke celah-celah tembok ratapan.

          Semenjak itu tembok Al Buraq, serta wilayah disekitarnya  hingga saat ini  dalam kakuasaan tentara Yahudi Israel.  Dan asrama  pasukan Islam  dari Afrika utara yang dibangun sebagai  hadiah  dari   panglima Islam Sholahuddin Al Ayubi, dihancur leburkan tentara  Israel.

          Pada tahun  1948,  di masa awal negara Israel,  Moshe  Dayan memimpin batalyon ke 89.  Ketika itu   ia memerintahkan  semua penduduk di suatu desa Palestina,  untuk berkumpul dan berlindung di dalam Masjid.  Sambil  ia mencari siapa yang telah melemparkan granat yang menewaskan seorang tentara Israel.  Tapi  Moshe Dayan kalap,  semua orang yang berlindung di dalam Masjid itu, dibantai  habis.

         Dalam salah satu pertempuran  matanya terkena peluru, hingga harus  merelakan kehilangan mata satu.  Yang berkibat  ia berciri khas  sebagai jenderal Yahudi ber'mata satu'.

           Selain Moshe Dayan yang tidak kalah kejam dan bengis  kepada  rakyat Palestina adalah Ariel Sharon.  Kami tidak sanggup  melukiskan dengan kata  bagaimana kekejamannya.  Yang kami tau hingga kini  Ariel Sharon,  antara  hidup dan mati   di sebuah rumah sakit di Israel,  kiranya sebagai  balasan  dari Allah swt  atas  kezalimannya. Amin

Rabu, 02 Juni 2010

AKSI SOLIDARITAS KEMANUSIAAN PALESTINA


Ajak semua elemen masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan yang beradab, untuk hadir pada hari Kamis 3 juni 2010 jam 13.00 di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta. Guna aksi dukungan Kezaliman Israel terhadap Rakyat Palestina. Maaf bila pada jam tersebut jalan Thamrin- Sudirman Maceeet hingga Sore. Trimakasih

Antara Israel Dan Nyamuk
















Siapapun yang belajar sejarah dunia pasti tidak akan memungkiri, bahwa berdirinya negara Israel sesuatu yang direncanakan sejak lama. Dan proses kelahirannya pun disutradarai oleh negara-negara berfaham imperialis.

Adalah sultan Abdul Hamid, khalifah Islamiyah Turki Ustmani, yang tidak mempan rayuan maupun 'sogokan' dari para tokoh yahudi yang minta izin sekedar berziarah ke kota suci Yerussalem. Maka segala rekayasa tipu daya semakin diintensifkan oleh kekuatan yahudi internasional untuk menumbangkan khilafah Turki Usmani yang merupakan benteng pertahanan terakhir ummat Islam.

Alhasil, habis dan tumbanglah khilafah Islamiyah itu. Muncul sosok Musthafa Kemal AttaTurk. Yahudikah ia ??? Sementara pakar sejarah mencurigai asal-usul keyakinannya.

Dan suka atau tidak Israel telah berdiri secara tidak 'halal' di tanah wakaf Palestina. Banyak korban yang berjatuhan selama Israel berdiri. Baik yang membela maupun yang berusaha merobohkan negara itu. Entah sampai kapan ???

Yang jelas bagi kita, berdirinya negara Israel tidak semata-mata disebabkan nafsu pulang kampung orang yahudi yang tersebar di banyak negara, tapi yang utama negara Israel berdiri karna adanya sebuah 'keyakinan'.















Israel raya adalah sebuah mimpi sekaligus cita-cita yang berlandaskan keyakinan zionisme yahudi. Bukan saja tanah Palestina seperti yang telah dan akan dicaplok nya melainkan makin meluas hingga Saudi Arabia, Iraq, Syiria, Libanon, Mesir, Yordan, seandainya mereka mampu. Persis sama bila kita bermimpi wilayah Indonesia identik sama wilayah kerajaan Majapahit zaman dulu yang konon hingga Thailand, Burma, Kamboja.

Tapi bukan karna aspek kesejarahan saja yang membuat yahudi bernafsu memekarkan wilayah 'haram' atau ilegal negaranya, tapi lebih karana keyakinan nya terhadap mitos 'tanah yang dijanjikan' berdasarkan ajaran kitab Talmudnya.

Sebagaimana sinyalemen Rosul saw, tentang prahara menjelang hari Qiyamat, maka sulit rasanya 'mendamaikan' keyakinan Yahudi atau Israel disatu pihak dengan Arab Palestina atau Islam di pihak lain. Meski ada pihak yang tidak setuju, bila konflik Israel vs Palestina ditarik ke ranah Agama. Tapi faktanya sulit untuk memisahkan kepentingan Yahudi dengan keyakinannya.

Melalui tulisan sederhana ini aku menghimbau kepada sesama muslim jadikan konflik Palestina vs Israel sebagai pemicu semangat ber Islam. Serta mari kita sadar bahwa ada pihak yang sengaja membuat ummat Islam tidak peduli dengan persoalan di tanah suci kita setelah Makkah dan Madinah. Mengapa demikian ?? mari ini kita jadikan bahan diskusi.

Masih teramat banyak penceramah hikmah isra' mi'raj yang tidak menyinggung masjid Al-Aqsa dengan kaca mata kekinian yang aktual lagi uptodate. Bicara Islam hanya bicara aspek 'hidup setelah mati' saja.

Secara sederhana ketika anak ku bertanya mengapa bangsa sejahat Israel itu kok bisa ada ??? aku menjawab, mengapa Allah swt, mencipatakan nyamuk ??? Bila direnungkan adakah manfaat nya nyamuk ? Betul ada. Dengan adanya nyamuk maka ada pabrik nyamuk yang memperkerjakan ribuan bahkan jutaan karyawan di seluruh dunia. Maka demikian pula Israel ada, sebagai ujian keimanan bagi kaum muslimin untuk siap jihad fii sabilillah mana kala Isarel semakin brutal dan kalap dan kurang ajar. Siapkah kita ??

Selasa, 01 Juni 2010

Andai aku Obama


              Melihat dan mendengar berita pembantaian semena-mena  oleh Israel,  membuatku gusar dan malu  pada negara-negara  sahabat.   Segera ku memanggil  mentri luar negeri untuk melakukan langkah nyata  guna menghukum Israel yang sudah keterlaluan.

              Apa yang kan kulakukan tentu akan mendapat reaksi negatif dari  para donatur negeri ku, yang   masih sangat diperlukan untuk membiayai proyek perang di Afghan dan Iraq.   Bahkan untuk terus menstabilkan ekonomi negeri ini dari krisis moneternya.

              Tapi apapun reaksi   dari para bankir-bankir atau konglomerat yang memiliki  hubungan 'keyakinan'   dengan Tel Aviv,   hati kecilku  membrontak.  Cukup sudah Israel untuk semaunya.

              Diskusi dengan menteri luar negeri cukup sengit.  Bagaimana memoles wajah politik negeri ku yang  sering mendengung-dengungkan  hak asasi  manusia harus dihormati.  Setelah kejadian penembakan brutal tentara Israel  betul-betul  aku 'kehilangan muka'    di depan  negara sahabat  yang berpenduduk muslim.

             Menteri luar negeriku seakan tidak mau tau dan mau malu  akan peristiwa jorok dan brutal ini.  Nyonya Clinton,   seakan masih punya kartu truf untuk merayu dan mendinginkan emosi negara-negara  muslim.  Berbicara dengan  Madam Clinton bagai berbicara dengan perdana menteri Israel, yang keras kepala sukar diajak berpikir realistis.

             Setelah hampir satu jam, berdiskusi  tiba   pada satu kesimpulan,  untuk rencana kunjungan   ke Indonesia  aku batalkan.  Sampai batas waktu yang belum ditentukan, karna  rasa malu yang mendalam.  Dan aku tak tau lagi  bagaimana ber 'akrobat kata'  agar muka ini tetap tegak di depan rakyat  dan   pemimpin negara muslim.