Tampilkan postingan dengan label sosok. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sosok. Tampilkan semua postingan

Rabu, 11 Agustus 2010

Tentang Saya


Namaku SENO WIDI HARDJO lahir 41 tahun lalu di desa Mbatil DOLOPO Madiun Jatim

Taman kanak-kanak di Surabaya

SD di Makassar tamat 1982

SMP di Dumai dan Jakarta

SMA s/d kuliah hingga Sekarang di Jakarta.

Selamat membaca Blog saya, semoga ada manfaatnya. Salam persaudaraan dari orang yang 1/4 jiwanya ada di Karebossi Makassar; 1/4 jiwanya lagi di Dumai, 1/4 jiwanya di Madiun, 1/4 jiwanya di DKI JKTA.

Selasa, 29 Juni 2010

BILAL MUAZIN DARI AFRIKA


Jutaan pasang mata dari seluruh dunia saat tulisan ini dibuat sedang mengarah ke Afrika selatan. Tempat diselenggarakannya Piala Dunia sepak bola.
Segera ingatanku terbawa kepada sosok seorang sahabat Nabi Muhammad saw. Dia bernama Bilal Bin Rabah. Seorang bekas budak asal Afrika, tepatnya dari Habsyah/ Ethiopia.

Meskipun beliau sebagai bekas seorang budak yang semula tidak memiliki harga, begitu menjadi seorang muslim ia memiliki kedudukan yang utama seperti juga sahabat yang lainnya yang bukan berasal dari kalangan budak.
Suara bilal adalah suara panggilan Sholat. Karena dirinya ditunjuk langsung oleh Rosulullah sebagai sang Muazin. Sebuah kedudukan yang utama nan mulia.
Tantangan dan cobaan iman yang diterima oleh Bilal sebagai seorang budak yang belum dimerdekakan tidaklah ringan. Oleh majikannya ia disiksa ditelentangkan di gurun pasir yang panas sambil dadanya dihimpit batu besar agar mau keluar Islam. Namun Bilal tetap kokoh dan gigih untuk tidak keluar Islam.
Di saat sakit dan pedihnya siksaan yang ia terima ia berucap Ahad.....Ahad.....Ahad......Ahad artinya Satu......Satu.....Satu maksudnya ia hanya tetap berkeyakinan Allah Robbul 'Alamin Maha Esa. Tidak seperti sesembahan kaum majikannya yang berkeyakinan Polytheisme.

Kehadiran ajaran Islam yang dibawa oleh Rosul saw segera mendapat sambutan yang beragam. Para bangsawan dan para pembesar yang merasa diri mereka besar pada umumnya enggan dan menolak ikut ajaran Islam. Tapi bagi kaum tertindas yang terzolimi para tiran, menyambut ajaran Islam dengan hangat sepenuh hati. Termasuk sahabat Bilal sang muazin Rosul saw.

Ajaran Islam tidak membedakan manusia berdasarkan ras keturunan atau status strata sosialnya. Yang membedakan hanyalah kualitas Taqwanya. Dan yang dapat menilai ketaqwaan seorang manusia hanyalah Allah swt saja. Karna persoalan iman dan taqwa tidaklah terukur dari baju gamis atau jenggot atau peci putih atau besarnya sorban.

Di zaman modern ini realitanya banyak yang masih berfaham pembedaan drajat level manusia berdasarkan status sosialnya sesuatu yang dikikis habis dalam Islam. Terbukti dalam suasana di Masjid atau tatkala seseorang menunaikan ibadah haji. Semuanya duduk sama rendah berdiri sama tinggi.

Dan suara sandal Bilal yang mantan budak terdengar nyaring ditelinga Rosul saw tatkala beliau mengalami peristiwa Isra Mi'raj. Sesuatu yang mahal yang didambakan semua insan. Amiiiin

Selasa, 01 Juni 2010

Andai aku Obama


              Melihat dan mendengar berita pembantaian semena-mena  oleh Israel,  membuatku gusar dan malu  pada negara-negara  sahabat.   Segera ku memanggil  mentri luar negeri untuk melakukan langkah nyata  guna menghukum Israel yang sudah keterlaluan.

              Apa yang kan kulakukan tentu akan mendapat reaksi negatif dari  para donatur negeri ku, yang   masih sangat diperlukan untuk membiayai proyek perang di Afghan dan Iraq.   Bahkan untuk terus menstabilkan ekonomi negeri ini dari krisis moneternya.

              Tapi apapun reaksi   dari para bankir-bankir atau konglomerat yang memiliki  hubungan 'keyakinan'   dengan Tel Aviv,   hati kecilku  membrontak.  Cukup sudah Israel untuk semaunya.

              Diskusi dengan menteri luar negeri cukup sengit.  Bagaimana memoles wajah politik negeri ku yang  sering mendengung-dengungkan  hak asasi  manusia harus dihormati.  Setelah kejadian penembakan brutal tentara Israel  betul-betul  aku 'kehilangan muka'    di depan  negara sahabat  yang berpenduduk muslim.

             Menteri luar negeriku seakan tidak mau tau dan mau malu  akan peristiwa jorok dan brutal ini.  Nyonya Clinton,   seakan masih punya kartu truf untuk merayu dan mendinginkan emosi negara-negara  muslim.  Berbicara dengan  Madam Clinton bagai berbicara dengan perdana menteri Israel, yang keras kepala sukar diajak berpikir realistis.

             Setelah hampir satu jam, berdiskusi  tiba   pada satu kesimpulan,  untuk rencana kunjungan   ke Indonesia  aku batalkan.  Sampai batas waktu yang belum ditentukan, karna  rasa malu yang mendalam.  Dan aku tak tau lagi  bagaimana ber 'akrobat kata'  agar muka ini tetap tegak di depan rakyat  dan   pemimpin negara muslim. 

Jumat, 28 Mei 2010

Muhammad Ali Sang Legenda Tinju


Suasana belajar mengajar di kelas kami tiba-tiba terhenti, tatkala Pak Kepala Sekolah masuk. Setelah berbisik sebentar dengan Pak guru wali kelas, ia mengumumkan, bahwa sekolah diliburkan para siswa boleh pulang cepat, dikarnakan pagi ini ada pertandingan tinju Muhammad Ali akan naik ring.
Kisah ini sekelumit kenangan saat aku masih kelas 2 SD tahun 1977 di desa Dolopo Madiun Jawa Timur. Demikian besar pengaruh Muhammad Ali sebagai sosok petinju, sehingga sekolah pun saat itu diliburkan. Padahal masa itu televisi masih sangat sedikit orang yang memilikinya. Dan kalo pun ada, adalah televisi hitam putih dengan ukuran kecil.

Dan benar saja, sesampainya aku di rumah, rumah tetangga ku yang memiliki pesawat Tv hitam putih, telah dipenuhi penonoton yang berjubel. Ada yang kebetulan sedang lewat di jalanpun berhenti atau menghentikan kendaraannya untuk nonton bareng. Dalam waktu singkat rumah itu, penuh orang berdesakan, tidak imbang dengan ukuran televisi yang kecil.

Muhammad Ali pun bermain dengan gaya nya yang khas. Bercelana putih, garis hitam dipinggir. Bagai penari lincah yang memainkan ke dua kakinya dengan lincah, seiring pukulan-pukulan jeb, huk, atau uppercut memang menawan dan tidak membikin bosan kita melihatnya.Juga tidak terlalu cepat selesai seperti Mike Tyson. Ali seakan mempertunjukkan seni bertinju yang memadukan kecepatan pukulan tangan dengan kakinya yang lincah menari.

Yang mesti kita teladani dari seorang Muhammad Ali adalah ia tegolong muslim yang taat dan juga tidak malu memperlihatkan identitas keIslamannya. Memakai nama Islam di tengah masyarakat yang asing bahkan membenci Islam seperti di Amerika, bukanlah persoalan yang mudah. Tapi justru ini dilakukan oleh seorang Muhammad Ali. Sorak sorai penonton riuh di dalam stadion yang memanggil-manggil namanya .....Ali.....Ali ......Ali....sungguh membikin kita hanyut dalam emosi dari kharismanya.

Banyak Masjid maupun sekolah Islam telah mendapat suntikan dana dari Muhammad Ali, tidak saja di Amerika tapi juga di luar Amerika.

Kalo saja para pejabat muslim mau meneladani Ali tentu akan semakin mengharumkan ummat Islam. Kenyataan nya berbeda di negeri yang mayoritas Islam seperti Indonesia, para pejabat muslim alih-alih mengharumkan nama Islam, fenomenanya banyak yang tersangkut praktek KKN yang sejatinya menjadi pengkhianat negara.

Di sisi lain, ketika para pejabat itu bila di tanya mengapa tidak memperjuangkan kepentingan ummat Islam, berdalih, bahwa meskipun ia muslim tapi kan ia seorang menteri, ia kan seorang gubernur, ia kan seorang bupati. Mestinya ia berprinsip, walopun ia seorang Presiden sekalipun atau menteri apapun, tapi ia tetaplah seorang muslim yang kan memperjuangkan Islam dan ummatnya melalui kekuatan 'tanda tangan' yang ia miliki.

Tentu tidak semua pejabat memiliki karakter seperti apa yang ku tulis di atas. Masih ada pribadi pejabat yang istiqomah memperjuangkan kepentingan Islam dan Ummatnya. Walo jumlahnya mungkin sedikit.

Akhirnya aku mengajak dirimu untuk memeperjuangkan Islam sesuai kemampuan yang kita miliki di segala level kehidupan. Karna kecintaan kita pada Islam harus terbukti dalam bentuk memperjuangkannya. Semogalah. Wallahu 'alam

Rabu, 26 Mei 2010

Bang Imad Dalam Kenangan











Ahad pagi yang cerah. Jam 09.00. Kaum muslimin/muslimat berdiri rame di depan pintu kaca toko buku Walisongo Kwitang senen, yang belum di buka. Mereka menanti dengan sabar bahkan dari pagi-pagi. Harapan nya agar dapat duduk di saf depan.

Ada yang datang dari tangerang, bogor, bekasi selain yang dari dalam kota Jakarta. Ada apa gerangan ??? Hari itu adalah hari ahad ke 3, acara pengajian ahad pagi yang menjadwalkan bang Imad atau Immaduddin Abdurrahim, sebagai pembicara. Akupun berdiri persis di depan kaca, wajahku menempel habis di kacanya. Sementara tubuhku serasa ditekan dari belakang oleh pengantri yang lain. Persis seperti antrian tiket kereta api. Aku tak mau peduli, saking ngeFans nya sama Bang Imad. Dan suasana semakin rame menjelang pintu dibuka oleh pegawai toko. Dan begitu di buka, berhamburanlah pengunjung ke dalam toko buku wali songo. Bukan mau beli buku tapi segera ke Masjid Al A'Raaf yang terdapat di belakang atas toko ini. Akupun segera bergegas wudhu dan mengambil posisi saf depan agar fokus.

Usai solat Tahiyyatul Masjid, jamaah menanti dengan sabar akan kedatangan Bang Imad. Dan mendekati jam 10 pagi beliau memasuki Masjid Al A'Raaf ini. Di dahului pembukaan oleh Mc, lalu tilawah qur'an, sambutan dari tuan rumah, Haji Mas Agung yang selalu hadir. Maka Bang Imad pun memulai kajiannya hingga kira2 jam 11. 25 dilanjutkan tanya jawab.

Di antara materi aqidah Tauhid yang menjadi tema kajiannya, ada yang hingga kini melekat diingatanku. Kaum muslimin yang telah bersyahadat adalah manusia yang paling merdeka, karna ia tidak terikat menjadi hamba apa pun kecuali hamba Allah swt. Demikian kutipan pemikiran beliau.

Di masa orba masih berkuasa, kebebasan bicara sangat dikekang. Tapi Bang Imad berani mengkritik kebijakan2 pemerintah. Misalnya tentang Pemilu, undang-undang bikinan manusia, menyindir Sudomo, Benny Murdani dsb. Maka bagi ummat yang merindukan 'perubahan' sekaligus yang ingin aspirasinya terwakili melalui sindiran atau kritikan dari Bang Imad, kehadiran beliau sangat dinanti-nanti dan menjadi buah bibir di kalangan aktivis dakwah. Masa itu belum ada HP atau pun internet.

Buku kuliah Tauhid hasil karya beliaupun laris manis. Dan saking ngeFans nya aku pada Bang Imad, di awal tahun 1989 beliau kami undang ceramah di sebuah Masjid dekat rumahku. Alhamdulillah beliau hadir. Meski sebelumnya kami ditentang habis oleh ketua Masjid yang 'ngeper' duluan, takut dipanggil pihak yang setia dengan rezim orba. Kecuali berbicara tentang Tauhid, Bang Imad berpandangan bahwa Islam adalah The Complete System/ sistem yang lengkap dan menyeluruh. Universalitas Islam.

Sosok Bang Imad tidak bisa dipisahkan dengan ICMI, Republika, Salman ITB, karena beliau yang memberikan inspirasi bagi kelahirannya. Walau beliau telah tiada tapi sosok nya yang istiqomah, tegar dan tawadhu akan selalu dikenang. Walaupun sudah tentu sebagai manusia biasa, tetap memiliki kekurangan. Moga anak-anak muda generasi muda Islam siap menerima tongkat estafeta dakwah dari para pendahulu kita seperti Bang Imad. Moga Allah swt, menempatkan arwahnya di golongan hamba-hamba Allah swt, yang Muttaqin. Amin