Senin, 11 Oktober 2010

Laksana Rumah Di Tepian Sungai Nan Jernih


Hari ini senen lagi....ketemu macetlagi....bakal ketemu boss dan tugas-tugas membikin pusing di kantor. Kenapa dada ini terasa sempit. Begitu mataku terbangun dari tidur kok kenapa rasanya jiwa ini tidak semangat.

Kemaren hari minggu aku dan istri habis makan dan belanja banyak di Mall, memang suasana riang gembira, tapi setelah senen pagi semua kenapa jadi lain ?

Istri dan anak minta di antar dulu sebelum aku menuju kantor. Selama di perjalanan wajahku nampak murung. Tak tahu....kenapa ? Soal uang yang habiskah ? Ada niat di hati untuk mengakali laporan keuangan yang sedang kususun. Kalau tidak begitu gimana gaji bisa cukup ? Sedangkan, untuk beli bensin mobil saja sudah berat. Apalagi jalanan sering macet. Maka harus ada cara untuk menambah isi dompet.

Siang hari di kantor rasanya mau makan juga tidak enak. Teman-teman seperti tidak ada masalah dalam hidupnya. Dengan gembiranya mereka istirahat makan lalu sholat. Mereka mengajakku namun aku menolak secara halus. Aku tetap di ruang kantor sambil mengisap rokok.

Pikiran ini makin liar setelah mataku tertuju pada seorang karyawati kantor. Ia cantik dan tinggi semampai. Ada bisikan untuk coba mendekatinya. Pikiran ini makin kalut, akupun coba iseng sambil membuka internet, yang ku cari situs porno.

Sewaktu istirahat sore menjelang pulang aku berpapasan dengan karyawati yang diam-diam aku jatuh cinta padanya. Maka ku coba untuk menyapa dan membuka obrolan. Namun ada bisikan dalam hati bahwa bukankah aku telah memiliki anak dan istri ?
Dan apa jadinya bila atasan dan teman-teman tahu aku pacaran dengannya !?

Hari itu jiwaku kalut tak menentu. Uang ada tapi tidak bahagia. Istri punya tapi kok serasa masih bujang.
Di parkiran mobil aku duduk termangu. Tiba-tiba pundak ini di colek seseorang. Ternyata Pak Haji Dalwani....beliau pengusaha sukses yang kantornya satu gedung dengan kantor kami. Dari wajahku ia bisa melihat ada seuatu masalah yang akhirnya ku ceritakan semua apa adanya.

Azan maghribpun berkumandang, aku diajaknya sholat di masjid samping kantor. Sambil pundakku di rangkul olehnya. Usai sholat dia memberi wejangan betapa kebahagiaan yang hakiki bukan di dalam uang yang berlimpah atau kekayaan materi. Meski materi perlu. Namun itu hanyalah sarana bukan tujuan.

Mulai sejak hari itu aku mulai rajin sholat. Setiap selesai sholat aku merenung. Betapa nikmat dan tentramnya jiwa ini. Apalagi bila usai sholat tahajjud. Yang kurasakan ketegaran dalam hidup ini. Kenikamatan ini aku ceritakan kepada istri.

Betul kata pak Haji Dalwani, dia mengutip hadits Nabi, orang yang rajin sholat laksana orang yang memiliki rumah di pinggir sungai jernih lalu ia mandi sebanyak lima kali dalam sehari semalam. Alangkah bersihnya badan orang itu.

Maka hilanglah rasa gundah gulana tak menentu dalam jiwaku.....

Tips Menghadapi Kemacetan Lalu Lintas


Kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Jakarta dan sekitarnya laksana lingkaran setan yang sulit dicarikan solusinya. Karena jumlah kendaraan baru terus bertambah sedangkan kendaraan yang usia STNK nya di atas sepuluh tahun masih bergentayangan di jalanan kota Jakarta meski menyandang predikat mobil tua namun masih menyandang nomer plat polisi 'B' atau Jakarta. Entah sampai kapan ini terus terjadi.

Berikut akan kami sampaikan tips ataupun kiat-kiat yang kiranya akan berguna bila kita mengalami kemacetan lalu lintas di Jakarta dan sekitarnya...

1. sebelum berangkat siapkan mental untuk sabar bila bertemu kemacetan.
2. sebelum berangkat hendaknya anda telah ke toilet agar bila terkena macet di
jalan apalagi jalan tol tidak mengalami (HIV)hasrat ingin vivis. apalagi
mengalami perut mulez. Sebab tidak semua jalan tol ada tempat istirahatnya.
3. Siapkan permen di laci depan dashbor mobil. Permennya yang agak pedez biar
tidak mengantuk.
4.Siapkan makanan kecil seperti biskuit dan air mineral.
5. Siapkan kaset lagu favorit anda untuk mengusir kejenuhan selama macet.
6. Bila mungkin Ac mobil selama macet dikecilkan suhunya agar jangan terlalu
dingin, agar tidak merangsang HIV tersebut.
7. sebaiknya terus pantau radio yang menyiarkan kondisi jalan raya di Jakarta.
8. Bila anda tidak sedang menyetir, bisa sambil menonton TV mini yang mungkin
ada di mobil Anda.
9. Jika Anda memiliki janji untuk bertemu seseorang hendaknya memperhitungkan
waktu jarak tempuh plus dengan waktu macetnya.
10. Bila mengantuk atau lelah cobalah menepi di tempat istirahat atau badan
jalan yang relatif aman, jangan lupa lampu kelap-kelip emergency dinyalakan
agar tidak membahayakan mobil dari belakang.
11. Selam istirahat singkat cobalah menggerak-gerakkan badan juga cuci muka
agar Fresh.
12. Bagi Anda yang muslim, hendaknya lebih mengutamakan Sholat dulu bila takut
atau khawatir waktu sholat habis bila terkena macet. Setelah sholat lahir
bathin kita akan segar lagi.
13. Bila memungkinkan bila macetnya total dan tidak bergerak bacalah artikel
kami dalam situs ini.
14. Ikhlaskan apa yang anda alami dalam kemacetan karena itu bagian daari per-
juangan hidup di Jakarta yang Insya Allah bernilai ibadah disisiNya. amin

Semoga bermanfaat !

Minggu, 10 Oktober 2010

Ini Urusan Pribadi Saya


Ini urusan pribadi saya ! suatu jawaban yang digunakan oleh seseorang seperti contoh kasus di bawah ini.

1. Seorang ayah menegur anaknya yang malas sholat dan dijawab, 'ini urusan pri-
badi saya'.

2. Seorang ibu menegur anak gadisnya agar memakai jilbab, dan dijawab 'ini uru
san pribadi saya.

3. Sorang suami menegur istrinya agar rajin ikut pengajian dan dijawab, 'ini
urusan pribadi saya'.

4. Seorang istri mengingatkan suami agar bangun sholat subuh, dan dijawab 'ini
urusan pribadi saya'.

5. Seorang kakak menegur adiknya agar jangan pacaran dan gaul bebas, dan di-
jawab 'ini urusan pribadi saya'.

6. Seorang adik menasehati kakaknya agar jangan merokok, dan dijawab 'ini uru-
san pribadi saya'.

7. Seorang menegur sahabatnya agar jangan main judi, dan dijawab'ini urusan
pribadi saya.

8. Seorang nenek menegur cucunya agar jangan kebut-kebutan di jalan, dan di
jawab, 'ini urusan pribadi saya.

9. Seorang ibu menegur anak yang naik motor standarnya lupa ditutup, dan dija-
wab, 'ini urusan pribadi saya.

Demikianlah sekelumit contoh jawaban mereka yang entah karena gengsi atau apa selalu menjawab 'ini urusan pribadi saya'.
Sesungguhnya manusia umumnya lebih senang disanjung-sanjung ketimbang dikritik, walaupun kritik yang membangun.
dan bukankah Islam mengajarkankan kepada kita untuk saling menasehati !?

Sabtu, 09 Oktober 2010

Tolak Bogem Mentah


Negeri Indonesia adalah negeri yang kaya raya. Memiliki aneka ragam kekayaan alam dan aneka ragam suku bangsa. Keaneka ragaman suku bangsa adalah aset yang jika bisa kita synergykan merupakan kekuatan yang besar dan ampuh dalam membangun bangsa yang berkarakter.

Tapi laksana paduan musik semuanya tentu sangat tergantung kepiawaian sang derigen dalam mengelola potensi itu.

Prihatin sedih manakala kita hampir setiap hari melihat amuk massa yang terjadi di wilayah negara kita. Dari tingkat anak sekolah yang saling mengejek hingga tingkat mahasiswa yang saling membanggakan fakultas atau almamaternya. Bahkan di tingkat yang paling terhormat di tingkat dewan perwakilan rakyat pusat atau daerah terjadi saling perbedaan pendapat yang berujung benturan fisik.

Belum lagi bila terjadi adu domba atau saling provokasi antar suku bangsa, akibatnya sungguh sangat fatal. Dan bila ini terjadi lagi-lagi rakyat kecil juga yang akan terkena dampaknya. Konon bangsa kita adalah bangsa yang menjunjung tinggi norma atau adab pergaulan. Meski memilik latar belakang yang sangat berbeda.

Melalui tulisan sederhana ini aku ingin mengajak kaum muslimin yang merupakan mayoritas penduduk di bumi Allah swt Indonesia, untuk menjadi pelopor bahkan soko guru terjadinya kehidupan yang harmonis. Sebab bila terjadi konflik horisontal, yang terkena dampaknya dapat dipastikan adalah ummat Islam.

Adalah Rosul Muhammad saw, teladan dan panutan ummat Islam yang telah berhasil membangun negara Madinah. Beliau memulainya dari Masjid yang langsung beliau dirikan setiba di kota Madinah.
Persaudaraan yang beliau ajarkan memiliki tiga prinsip. Pertama saling mengenal, kedua saling memahami dan ketiga saling menanggung beban (gotong royong).
Jika ketiga hal ini dapat diwujudkan dan dapat diejawantahkan secara operasional di lingkungan terkecil seperti pada sebuah Masjid, niscaya merupakan langkah teladan dan strategis bagi kehidupan masyarakat yang harmonis dan dinamis.
Sayangnya, dalam kehidupan organisasi (berjama'ah) di Masjid hal itu hampir-hampir tidak kita temukan lagi. Masih sering kita temukan perbedaan pendapat dalam hal yang tidak prinsip. Hal ini justru diperuncing, karena dibumbui nafsu egoisme serta kebanggaan kelompok.
Masih banyak ummat Islam yang lebih suka sholat sendirian di rumah ketimbang berjamaah sambil bermasyarakat di Masjid lingkungan terdekat. Dan bila sholat di Masjidpun hanya sekedar sholat saja, tanpa menyempatkan waktu untuk beranjangsana atau saling tukar fikiran dan info. Akibatnya terjadi kehidupan masyarakat yang damai tapi gersang.

Coba kita melihat kehidupan Masjid-Masjid yang di wilayahnya terjadi konflik horisonatal. Apakah Masjid itu sudah berfungsi optimal dalam menumbuhkan rasa saling menyayangi atau justru sering terkunci bila waktu sholat tiba.

Tulisan ini tentu saja tidak bermaksud menyederhanakan banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya konflik sosial, tapi paling tidak ingin menyumbangkan fikiran akan pentingnya fungsi Masjid untuk meredam potensi konflik seminimal mungkin. Semoga !

Jumat, 08 Oktober 2010

Biarkan Daku Ikut Penyair Gila


Peluh keringat masih mengucur deras di sekujur tubuhku, tak terasa malam akan menjelang. Entah sampai kapan diri ini menjalani nasib sebagai budak yang selalu dipaksa kerja bagai kuda.

Majikanku orangnya kaya raya dan berdarah bangsawan. Selain aku masih puluhan budak lain yang ia miliki. Tanpa bermaksud memuji diri sendiri, nampaknya aku yang menjadi tangan kanannya. Tidak ada yang istimewa dalam diri ini, selain postur tinggi besar dan tenaga yang lumayan kuat, mungkin kemampuan otakku yang cepat memahami apa yang majikan perintahkan. Inilah yang nampaknya menjadi pertimbangan majikan selalu mempercayaiku.

Bosan dan bosan inilah yang aku rasakan. Rasanya ingin lari saja, tapi akupun takut resikonya. Sebab bila tertangkap pastilah aku disiksa. Tapi bila jalan hidup ini terus aku jalani, rasanya tak kuat lagi. Aku merasa tercipta sebagai manusia dan bukan binatang tapi manjikanku sering berbuat sewenang-wenang.

Malam ini harus cepat tidur. Karena lewat tengah malam nanti harus ke rumah seorang sahabatku. Namanya Bilal, sama seperti diri ini, ia dulu juga seorang budak. Dan belum lama ia dimerdekakan. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang suara dari langit. Yang konon sering didengar dan diterima oleh seseorang yang mengaku dirinya Nabi. Untuk itulah aku ingin tahu siapa dan apa yang diajarkannya. Sedang Bilal katanya sudah menjadi pengikutnya. Maka aku jadi sangat ingin tahu, dan kalau ajarannya bagus tentu aku mau juga ikut.

Tapi akhir-akhir ini banyak orang di kota Mekkah yang diam-diam membicarakan suara dari langit itu. Pernah majikanku berkata kepada temannya sesama orang kaya dan bangsawan Mekkah, agar tidak mempercayai penyair gila itu.
Tekadku sudah bulat, aku ingin tahu dari Bilal, siapa dan apa yang diajarkannya. Mumpung majikan sudah tertidur lelap, dan teman-teman budak juga sudah tidur, dengan mengendap-ngendap aku pergi ke rumah Bilal. Dan Sebelum ayam jago berkokok aku sudah harus ada di rumah ini kembali.
Ternyata orang itu bernama Muhammad. Aku baru tahu dari Bilal. selama ini yang sering aku dengar orang mengolok-oloknya dengan sebutan penyair gila.
Masih jelas apa yang diceritakan Bilal kepadaku. Bahwa semua manusia derajatnya sama. Tidak ada bangsawan tidak ada budak, tidak ada bedanya kaya dan miskin. yang mebedakannya hanyalah Taqwanya saja. Dan pencipta alam semesta ini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara arca-arca berhala itu bukan apa-apa dan harus dijauhi.
Oleh Bilal aku diajaknya ikut rombongan Muhammad yang hendak pindah ke kota Madinah. Hanya satu jalan bila aku memang jadi mau ikut mereka. Aku harus kabur dari majikanku. Maka sebelum pergi, aku tinggalkan pesan yang tertulis di atas kulit. Pesan kepada majikanku singkat, biarkan aku ikut penyair gila.