Minggu, 06 Juni 2010

Mengadu Di Patung Liberty



Pagi yang cerah.....tatkala diri ini tiba di pulau kecil tempat patung Liberty berdiri gagah. Betapa perkasa nya ia, karna bertahun-tahun kokoh berdiri membawa obor 'kebebasan manusia'.

Ada sejuta emosi yang hendak ku sampaikan pada Dewi Liberty ini. Karna suara ku tak satupun orang mau mendengarkannya. Ku percaya Dewi Liberty mau mendengarkan. Daripada mencoba bicara di PBB, siapa lah aku ?? Mau ceramah di OKI pun, ijazahku sangat rendah. Mau bicara di Liga Arab, bahasa arab ku sangat jauh dari mumtaz. Mau bicara pada para pembesar dunia, baju ku teramat dekil. Maka pada patung Liberty lah ku mengadu.

Tanpa banyak basa basi ku langsung ungkapkan kerisauan, kesedihan, kemarahan yang selama ini membikin sesak di dada. Atas kekurang ajaran penguasa kota Tel Aviv. Pada Mbak Dewi Liberty ku katakan, bahwa para pembesar kota Tel Aviv adalah manusia yang bernafas. yang makan, minum, tidur pula. Mereka bila dicubit pasti sakit apalagi di tusuk pisau atau ditembak pasti luka atau pun mati. Pembesar kota Tel Aviv sekolahnya tinggi2, dan masa kecil mereka pastilah orang tuanya mengajarkan sopan santun sebagai manusia beretika.

Tetapi mereka kenapa lebih kurang ajar dari seekor srigala lapar. Mengapa lebih buas dari harimau gila ??? Dan tak satupun yang sanggup menghentikan dan menjinakkannya. Pada Mbak Liberty, ku ingatkan, bahwa para pembesar kota Tel Aviv, akan menangis bila d berduka ditinggalkan keluarga atau teman yang mati. Tapi nyatanya mereka tertawa terbahak-bahak bila ada anak kecil kena bom di kota Gaza.

Mbak Liberty ku sadarkan, bahwa para pembesar kota Tel Aviv, perutnya akan perih bila lapar. Akan sangat risau manakala anak bayinya nangis lapar mencari susu yang habis. Tapi mereka justru bersorak sorai ketika tau anak-anak di kota Gaza merintih kelaparan.

Pada Mbak Liberty akupun bertanya sengit, untuk apa ia berdiri gagah di sini? Apakah hanya untuk 'mejeng' ? Cari perhatian kah ? Tebar pesonakah ? Atau mau pamer saja ?

Kepadanya ku smpaikan harapan manusia yang waras, bahwa menjadi tugas Mbak Liberty lah untuk mengingatkan para pembesar kota Tel Aviv, agar meiliki rasa kemanusiaan kepada penduduk kota Gaza. Jangan biarkan manusia tak bersalah menjadi korban kebengisan pembesar kota Tel Aviv. Dan jangan sampai Mbak Liberty diam membisu, atau bahkan turut serta tingkah sombong pembesar kota Tel Aviv.


Tak lupa ku ucapkan trimakasih karna ia telah sudi menerima keluh sedihku. Sekali lagi ku pesankan agar ia segera bertindak dan mencegah terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh pembesar kota Tel Aviv, yang tak satupun manusia waras bisa menerima. Dan kutitipkan salam pada kepala kelurahan kota tempat patung Mbak Dewi Liberty berdiri.

Tiba-tiba badan ini serasa dingin-dingin sambil badanku serasa digoyang-goyang. Terdengar suara istri membangunkan. Rupanya anak ku yang masih orok ngompol. Oh rupanya aku bermimpi bertemu Mbak Dewi Liberty.

Sabtu, 05 Juni 2010

Kita Di 'Sorga" Dunia Saja ???

Tak terbayangkan oleh ku, perjalanan hidup ini telah mengantarkan kepada suatu pelayaran ke wilayah Indonesia Timur (Intim). KM Kerinci membawa ku ke wilayah waktu Indonesia Timur.

Rasa kantuk masih menggelayut di mata ini, tatkala azan subuh di atas kapal bergema. Usai sholat subuh di atas kapal, ku pergunakan untuk bertafakur, melihat laut yang tenang di pagi hari. Sementara mentari di ufuk timur mulai berani bersinar.

Cakrawala di alam raya begitu indahnya, pulau-pulau kecil seakan menyambut dengan nyiur melambai nya, makin memanjakan jiwa ini dengan pesona samudra raya. Siang ketemu malam. Hari-hari ku nikmati dengan lahapnya menyantap panorama pengalaman berlayar ini.

Yang ku rasa betapa Allah swt begitu Maha Agungnya. Kala magrib tiba mentari terlihat di ufuk barat perlahan tenggelam. Subhanallah gumamku. Yang langsung disambut azan magrib. Malam tiba gelap nya lautan terhiasi butiran jarang lampu kapal yang berpapasan lewat. Tapi bila kita menatap langit cerah di gelap

nya malam kau akan melihat bermilyar bintang gemintang yang menemani sepanjang pelayaran ini. Rembulan sabit tak mau kalah berparade mengawal malam.

Lautan Indonesia sangatlah kaya. Bukan saja ikan nya. Cumi atau karang mengkarang nya tapi juga memiliki potensi kandungan arus listrik. Sayang kita tak meiliki kemampuan mengolahmya. Dan memang bumi persada ini kaya laksana permata zamrud manikam.

Angin laut maupun angin gunung sering menidur lelapkan kita. Air terjun bak rizki yang subur mengalir deras. Sawah ladang yang bertingkat tingkat. Makin lengkap dengan bunyi seruling yang sayup mendayu bersama gemercik air pancuran membikin suasana hati tentram. Inilah alam anugrah ilahi. Tiada perang panjang. Tiada nestapa. Tiada pergolakan. Adem ayem. Baldatun Thoyyibatun Wa Robbun Ghoffur.

Tapi cukup pintar kah kita bersyukur ???

Alam spritualitas cukup kuat di persada ini. Berbagai ajaran sufi dan mistis mengakar bak pondasi kokoh. Para wali mendapat tempat 'mulia' di makamnya yang dikaromahkan. Aneka budaya leluhur menjadi warisan tahan banting. Hingga di zaman Lap Top ini tetap antik meski nyata klenik. Inilah realitanya.




Nasyid perjuangan asing aneh di mata jelata dan priyayi, memanggil-manggil Palestina nama yang tidak ada di kamus bahasa ibu mereka. Berorasi nyaring intifadhah Ahmad Yassin yang mereka tau surah Yaasiin di kala ada kematian. Bernyanyi lagu Al Aqsa yang mereka tau konsumsi Isra Mi'raj. Berpedas pedas kata caci Israel yang mereka tau mengumpat sembako bbm mahal. Kecintaan pada Parpol Islam yang mereka tau cinta 'fitri'.

Kau kan berkata padaku berlebihan, manakala aku berpikir bahwa rakyat Palestinalah yang nanti berhak masuk sorga duluan, atas segala kegetiran hidupnya. Atas segala pengorbanan nya hingga tulang punggungnya patah dalam melawan Israel. Sementara pinggang kita yang asyik joget pada setiap pesta pernikahan, masih merasa pantaskah masuk sorga ??? Karna toh kita sudah merasakan sorga di dunia ini ??? Semoga kita pandai bersyukur.

Kamis, 03 Juni 2010

Unity Is Power


Adalah Mesir negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Setelah sebelumnya ulama-ulama Indonesia melawat ke Mesir, dan diterima sebagai tamu kehormatan para ulama Mesir di antaranya Hasan Al Banna. Dalam rombongan Ulama dari Indonesia terdapat Haji Agus Salim.

Hingga saat ini masih terlalu banyak ummat Islam yang seakan tidak mau peduli terhadap tanah suci Yerussalem Palestina. Dimana terdapat Masjid suci Al Aqsa, salah satu Masjid bersejarah dalam peristiwa Isra' Mi'raj Rosul saw. Juga kiblat pertama ummat Islam.

Kaum impeerialis berhasil memecah belah persatuan Islam, menjadi nation2 yang kecil-kecil. Sehingga berakibat tidak mau tau persoalan negara muslim lain. Atau ummat Islam lebih asyik berkutat kepada persoalan 'Fikih' atau masalah 'Furu' ketimbang memasuki wilayah yang lebih prinsip dan substansial.

Padahal Islam mengajarkan persatuan dalam filosofi sholat berjama'ah di Masjid maupun tatkala seseorang menunaikan ibadah Haji. Kalo saja ini difahami serta dihayati sudah dari kemaren-kemaren Israel lenyap dari peta dunia.

Tapi inilah realitanya. Kalo saja organisasi2 dakwah Islam bisa saling 'bersynergy' dengan semangat saling 'melengkapi' hasilnya tentu akan dahsyat, ketimbang saling mengintai kekurangan satu dengan lainnya. Dan inilah strategy musuh Islam untuk menghancurkan kekuatan persatuan Islam dari dalam. Contoh kasus adanya faham Ahmadiyah.

Indonesia ketika zaman penjajahan Belanda, ummat Islam dilarang kumpul-kumpul, karna takut mau bikin rapat gelap melawan Belanda. Tapi ummat Islam toh tertap bisa ketemu tiap sholat berjama'ah, sholat jum'at. Apalagi ketika musim haji tiba dimanfaatkan betul untuk saling tukar info dengan ulama dari negara lain.

Ir Soekarnolah yang mamprakarsai konferensi Asia Afrika, atas dasar senasib sepenanggungan dengan sesama negara bekas dijajah. Maka hingga kini nama beliau tetap dikenang orang, bahkan oleh orang luar negeri. Itulah sebabnya ketika aku ikut aksi demo solidaritas Paletina atau apapun, berbesar hati. Karna Indonesia memang dari dulu menjadi pelopor perjuangan bangsa-bangsa tertindas seperti Palestina sebagai akibat imperialisme yang zhalim.

Maka melaui tulisan sederhana ini aku mengajak engkau untuk peduli dengan derita sesama muslim walo jaraknya jauh di sana. Tentu yang dekat kita pun tetap kita pedulikan dengan ukhuwah sejati bukan ukhuwah ala kereta api Madiun ke Jakarta, tegur sapa berakhir manakala sudah sampai stasiun Gambir. Wallahu 'alam

Moshe Dayan Dan Ariel Sharon



           Moshe Dayan !   kita tidak akan melupakan  sosok  panglima tentara Israel ini ??  Dia telah ber'prestasi'    bagi Israel  karna  dia yang memimpin  pasukan Israel dalam perang  yang 'memalukan'    bagi bangsa Arab,  yaitu  perang  6 hari  di awal bulan juni 1967.  Dalam perang singkat ini, tentara  Israel berperang  atas nama keyakinan  'yahudi'nya.   Sehingga  semangat tempur nya   berkobar-kobar.  Dan menang !

           Di sisi lain  tentara Arab  yang terdiri dari  Mesir, Syiria, Yordan,  yang berperang  dengan motivasi Arabisme   dan Sosialisme  dapat dirontok kan oleh  tentara  Israel  pimpinan Moshe Dayan   hanya dalam waktu  6 hari saja.

           5 juni 1967  adalah awal perang Arab-Israel yang berlangsung 6 hari.  Dan pada tanggal 7 juni  kota tua  nan suci  Yerussalem, telah berhasil  direbut pasukan Moshe Dayan.   Dengan gegap gempita  sorak sorai  pasukan Israel ini masuk ke wilayah Masjid Al Aqsha,  sambil  menghina  Islam dan Muhammad  saw.  

            Moshe Dayan   memasuk wilayah  Al Maghariba   serta wilayah  termbok  Al Buraq  yang kemudian  dijadikan 'tembok ratapan'. Letaknya  di sebelah barat  komplek Al-Aqsha.    Ketika memasuki wilayah  tembok Al Buraq ini,  Moshe Dayan dengan sombong  berkata, " Kita sudah mempersatukan  kota yang tersobek-sobek , ibukota Israel.   Kita sudah kembali ke tempat paling suci ini, untuk tidak akan berpisah dengannya".   Sambil tangan nya menyelipkan kertas  berisi doa  tulisan tangannya  ke celah-celah tembok ratapan.

          Semenjak itu tembok Al Buraq, serta wilayah disekitarnya  hingga saat ini  dalam kakuasaan tentara Yahudi Israel.  Dan asrama  pasukan Islam  dari Afrika utara yang dibangun sebagai  hadiah  dari   panglima Islam Sholahuddin Al Ayubi, dihancur leburkan tentara  Israel.

          Pada tahun  1948,  di masa awal negara Israel,  Moshe  Dayan memimpin batalyon ke 89.  Ketika itu   ia memerintahkan  semua penduduk di suatu desa Palestina,  untuk berkumpul dan berlindung di dalam Masjid.  Sambil  ia mencari siapa yang telah melemparkan granat yang menewaskan seorang tentara Israel.  Tapi  Moshe Dayan kalap,  semua orang yang berlindung di dalam Masjid itu, dibantai  habis.

         Dalam salah satu pertempuran  matanya terkena peluru, hingga harus  merelakan kehilangan mata satu.  Yang berkibat  ia berciri khas  sebagai jenderal Yahudi ber'mata satu'.

           Selain Moshe Dayan yang tidak kalah kejam dan bengis  kepada  rakyat Palestina adalah Ariel Sharon.  Kami tidak sanggup  melukiskan dengan kata  bagaimana kekejamannya.  Yang kami tau hingga kini  Ariel Sharon,  antara  hidup dan mati   di sebuah rumah sakit di Israel,  kiranya sebagai  balasan  dari Allah swt  atas  kezalimannya. Amin

Rabu, 02 Juni 2010

AKSI SOLIDARITAS KEMANUSIAAN PALESTINA


Ajak semua elemen masyarakat yang memiliki rasa kemanusiaan yang beradab, untuk hadir pada hari Kamis 3 juni 2010 jam 13.00 di Bundaran Hotel Indonesia Jakarta. Guna aksi dukungan Kezaliman Israel terhadap Rakyat Palestina. Maaf bila pada jam tersebut jalan Thamrin- Sudirman Maceeet hingga Sore. Trimakasih