Tampilkan postingan dengan label kader pks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kader pks. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 April 2011

Lowongan Menjadi "Pandu Ibu Pertiwi"


Bagi kita rakyat Indonesia yang memiliki rasa cinta tanah air, sudah pasti akan merinding dan berdegub jantungnya manakala mendengar lagu kebangsaan Indonesia Raya dinyanyikan.

"Di sanalah aku berdiri, jadi pandu ibuku ". Adalah sebuah kalimat dalam bait syair lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Mestinya setiap pribadi rakyat Indonesia mampu memahami makna yang terkandung dalam tiap-tiap kata dan kalimat pada syair lagu kebangsaan ini. Agar perasaan cinta tanah air semakin meresap hingga ke jiwa raga kita.

Alam Indonesia sungguh elok nan permai. Kekayaan alamnya sangat berlimpah. Penjajah Belandapun sangat krasan tinggal di Indonesia dan perginya sangat terpaksa karena dipaksa melalui perlawanan yang penuh heroik dari para patriot bangsa.

Setelah 66 tahun merdeka ternyata kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masih sangat jauh dari harapan. Laksana diagram piramid. Kemakmuran dan kesejahteraan hanya dinikmati oleh sebagian kecil dari bangsa kita.

Sungguh ironis memang, negeri yang begini subur ternyata masih banyak rakyatnya yang hidup menderita. Apa sebabnya ?

Dalam kondisi ibu pertiwi yang banyak masalah. Akar dari semua masalah adalah hilangnya rasa kejujuran dari para oknum petinggi negeri yang lalu diteladani secara salah oleh banyak masyarakat bawah. Semuanya mengejar kepentingan dan nafsu memperkaya diri.

Di sini kita perlu merenungkan makna, "menjadi pandu ibuku". Kita harus mampu memberi arahan berupa teladan yang benar kepada segenap elemen bangsa agar tidak salah melangkah hingga menabrak norma hukum. Misalnya dengan melakukan praktek KKN. Yang cepat atau lambat akan berakibat pada kebangkrutan ekonomi negeri kita. Di sisi lain, "menjadi pandu ibuku" maknanya kita harus memiliki kepedulian untuk melayani rakyat. Bukan malah ingin dilayani rakyat.

Sesungguhnya rakyat Indonesia pada setiap Pemilu diajak untuk melihat dan memilih manakah partai yang mampu 'menjadi pandu bagi ibu pertiwi".
Kehadiran PKS di kancah perpolitikan nasional dengan slogannya Bersih, Peduli dan Profesional membuat sinis mereka yang biasa main 'kotor'. Namun rakyat Indonesia justru menaroh harapan yang sangat besar. Semogalah PKS mampu mewujudkan harapan rakyat Indonesia.

Melalui tulisan sederhana ini, aku mencoba menafsirkan makna, " menjadi pandu ibuku". Karena untuk mewujudkan hal ini merupakan sebuah lowongan yang menantang setiap saat sepanjang masa bagi pribadi kita dan utamanya partai politik.

Akhirnya dari pojok rumah rakyat yang sederhana aku ucapkan Dirgahayu PKS yang ke 13. Semogalah Allah swt, memberi keteguhan hati bagi para kadernya untuk tabah dalam menghadapi segala cobaan. Amiin

Sabtu, 09 April 2011

Setia Hingga Akhir Di Dalam Keyakinan


Judul artikelku kali ini meminjam tulisan seorang pejuang kemerdekaan Indonesia. Ia bernama Wolter Monginsidi.
Menjelang ia dihukum tembak di depan regu tembak tentara Belanda, ia sempat menulis beberapa kalimat pesan-pesan terakhirnya yang bernada syair. Salah satu syair yang ia tulis dan kemudian menjadi kalimat yang selalu dikenang, adalah 'Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan'.
Sosok Wolter Monginsidi adalah sosok pemuda pejuang yang jantan pemberani. Hingga ia tidak mau matanya ditutup kain saat berhadapan dengan regu tembak. Ia bahkan sempat berteriak merdeka, merdeka saat delapan timah panas merobek dadanya.


Demikian sekelumit kisah patriotik seorang Wolter Monginsidi. Sengaja aku mengajakmu mengingat perjuangannya karena saat tulisan ini dibuat, ujian bagi partai dakwah PKS laksana ombak badai yang datang menghampiri silih berganti.

Ada beberapa peristiwa nyata yang aku alami, yang rasanya sedih untuk aku ceritakan tapi aku segera menemukan jawabannya. Jawabannya adalah 'Setia Hingga Akhir Dalam Keyakinan'. Berikut beberapa contohnya :

A. Di Sebuah Kantor Instansi Pemerintah.

Seorang teman bertanya padaku, " apa yang kamu udah dapatkan dari PKS, bukankah dirimu tetap saja hidup susah. Sedang yang menikmati mereka yang tidak mempedulikanmu ?, lebih baik tinggalkan PKS saja."

Aku menjawab. "Untuk PKS, aku setia hingga akhir dalam keyakinan."

B. Dalam sebuah obrolan di warung kopi.

Beberapa teman ngobrol berkata dan bertanya padaku usai membaca dan mendengar berita yang memojokkan PKS. Mereka berkata dan bertanya, " Berarti sama saja antara PKS dan partai lainnya. Lalu buat apa kita mati-matian memperjuangkannya?"

Aku menjawab, " Untuk PKS, aku setia hingga akhir dalam keyakinan."

C. Dalam sebuah obrolan di jalan dengan beberapa kawan yang aku temui, ia berkata, "Saya sibuk nggak sempat ikut-ikut acara PKS".

Aku menjawab, " Untuk PKS, aku setia hingga akhir dalam keyakinan."

Demikian beberapa contoh dari peristiwa saat loyalitas seorang kader diuji. Dengan adanya berbagai pemberitaan yang mendiskreditkan PKS, maka akan menguji loyalitas para kadernya. Sudut pandang kader dengan sudut pandang simpatisan terhadap PKS tentu berbeda.

Biarlah waktu yang akan berbicara, saat kapal PKS berlayar makin jauh melalui pasang surutnya ombak gelombang, akan terlihat siapa ? Dan mengapa ?
Karena betapa banyak orang yang kelihatannya berada di dalam kapal namun hakekatnya ia berada di luar kapal. Namun banyak pula yang terlihat berada di luar kapal sejatinya ia ada di dalam kapal.

Dirgahayu PKS . Teruskan berbhakti untuk negeri.

Sabtu, 19 Maret 2011

Ombak Ujian "Kapal PKS".


Tulisan yang aku buat bukanlah untuk menjawab 'gonjang-ganjing' berita yang dihembuskan oleh eks pendiri Partai Keadilan/PK/PKS yang terhormat ustadz Yusuf Supendi.

Aku hanyalah 'penumpang kapal' PKS yang berada di kelas deck paling bawah. Dan pastinya tidak tahu persis apa yang terjadi di 'anjungan kapal PKS'.

Diriku tertarik menaiki dan ikut berlayar dengan 'kapal PKS' bukan karena ikut-ikutan. Tapi karena mencerna dengan seksama apa yang telah disampaikan oleh 'sales marketing'nya hingga mencoba untuk memahami kemana arah yang akan di tuju, sejak kapal ini berlayar di tahun 1998, berangkat dari pelabuhan Reformasi.

Sepanjang pelayaran dengan kapal PKS banyak pengalaman yang telah aku dapatkan dan saksikan. Betapa mengasyikkan mengalami masa suka dukanya. Suatu pengalaman yang hanya terasa nikmat bila dinikmati dengan cita rasa 'keikhlasan'. Maka sudahlah pasti aku membawa obat anti mabok laut yang bernama 'ikhlas'. Bagi penumpang yang tidak sempat membekali diri dengan obat anti mabok laut ini, pastinya pelayaran panjang di lautan tak bertepi akan sangat melelahkan karena menderita mabok laut akibat ombak badai yang kadang datang menghampiri secara tiba-tiba.

Di dalam kapal ini banyak pula tipe dan jenis karakter penumpangnya. Ada yang doyan bicara, ada yang doyan berdandan, ada yang doyan cepat marah, ada yang doyan diam, ada yang doyan shoping dsb. Aku coba mendekati dan menyelami kepribadian mereka satu per satu. Ternyata mereka hanyalah manusia biasa. Sebiasa diri ini. Atribut yang mereka sandang, sering membuat mata orang biasa sepertiku tersilaukan. Namun dalam kedekatan silatuirrahim aku dapat merasakan persaudaraan yang tulus. Aku sadar, persaudaraan ini tak akan terwujud tanpa rasa saling memaafkan dan lapang dada seluas lautan yang kami arungi. Maklumlah kami para penumpang kapal ini hanyalah manusia biasa yang memiliki lidah tak bertulang.

Rasa persaudaraan di kapal ini mestinya tetap terjaga. Setiap usai sholat maghrib berjamaah di Masjid kapal, kami saling berjabat tangan dan berpelukan dalam bingkai doa persatuan. Budaya ini harusnya tetap diamalkan meski kesibukan masing-masing yang kadang membikin tidak sempat. Agar keterpaduan hati tetap terjaga.


Terlebih lagi ombak ujian kapal PKS semakin hari semakin besar seiring makin jauhnya pelayaran yang ditempuh. Dan makin banyaknya jumlah penumpang yang menaiki kapal ini pada setiap pelabuhan pemilu.

Melalui tulisan ini aku mengajak pada sesama ABK (anak buah kapal), untuk selalu siaga dan waspada serta tetap bergandengan tangan agar kapal ini tidak 'terkotori' oleh oknum penumpang yang tidak memiliki rasa memiliki. Semoga kapal PKS akan berlayar selamat hingga tepi pantai pelabuhan Mardhatillah. Amiin

Selasa, 08 Maret 2011

PKS Di Antara Cinta Dan Benci


Sejak awal kelahirannya PK/ PKS ( Partai Keadilan Sejahtera ) menjadikan kejujuran sebagai nafas perjuangannya. Hilangnya sifat jujur kepada rakyat adalah pokok pangkal terjadinya KKN (korupsi,kolusi, nepotisme) yang marak di akhir rezim orde baru yang terjungkal dengan terjadinya gerakan reformasi 98.

Kiranya lahirnya PK/PKS merupakan suatu jawaban akan kerinduan rakyat Indonesia terhadap lahirnya sosok pemimpin sekaligus partainya yang tidak 'doyan' berbohong kepada rakyat.

Sesungguhnya bagi PKS ketika menjadikan sifat 'JUJUR' atau 'Bersih' sebagai harga mati bagi nafas perjuangannya, bukan perkara mudah dan ringan. Karena toh para kader PKS bukanlah malaikat yang turun dari nirwana. Kader PKS juga hanyalah manusia biasa yang normalnya memiliki nafsu. Namun terlanjur bagi rakyat yang memberi harapan begitu besar bagi PKS dan saking besarnya harapan itu, maka jika ada oknum kader PKS yang sedikit 'alpa' akan serta merta dihukum secara sinis oleh rakyat dan pastinya media pemberitaan.

Terlepas dari itu semua, nyatanya kecintaan rakyat kepada partai Dakwah PKS makin meningkat dan merata dari capaian jumlah suara dari Pemilu ke Pemilu. Dan terhadap segala sanjungan maupun kepercayaan yang telah diberikan rakyat, mestinya para kader PKS menyikapi dengan rasa syukur, seraya selalu mengedepankan rasa rendah hati/ tawadhu' untuk tidak sombong dan lalai dari penghayatan nilai-nilai ke Islaman yang menjadi 'Roh' partai ini. Seiring dengan capaian prestasi ini juga, kader PKS harus lebih terpacu untuk meningkatkan kapasitas diri. Karena tantangan di depan makin terjal. Di sisi lain kader PKS adalah para pribadi yang tertempa oleh kerja atau amal nyata keseharian. Bukan dibesarkan oleh sebuah pencitraan yang penuh rekayasa prematur.

Sudah menjadi sunnatullah ataupun hukum alam, di samping ada yang mencintai sudah pasti ada pula yang membenci. Begitu pula dalam menilai segala capaian prestasi kerja atau amal nyata dari para kader PKS.
Saat tulisan ini dibuat, tengah terjadi gonjang-ganjing koalisi dan reshufle kabinet. Dan pada saat yang sama tidak sedikit dari para pesaing politik PKS yang mengarahkan 'moncong meriam' kepada partai yang memiliki jargon politik Bersih, Peduli dan Profesional ini.

Ini merupakan resiko perjuangan yang harus disikapi oleh setiap elemen partai dengan arif tanpa emosional dan tidak usah terlalu reaktif. Biarlah rakyat yang akan menilai mana partai yang sejati dan imitasi. Mana partai yang hakiki dan kamuflase.

Melalui tulisan sederhana dari anak negeri yang terlanjur mencintai PKS, aku mengajak para kadernya untuk menjadikan rasa cinta dan benci kepada PKS sebagai tantangan agar kita lebih giat dan terus komitmen dalam penghayatan nilai-nilai samawi yang pada gilirannya akan membawa dampak positif bagi diri pribadi dan rakyat Indonesia.

Selamat Berkerja dan Berbhakti untuk ibu pertiwi Indonesia.