Tampilkan postingan dengan label pencitraan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pencitraan. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Maret 2011

PKS Di Antara Cinta Dan Benci


Sejak awal kelahirannya PK/ PKS ( Partai Keadilan Sejahtera ) menjadikan kejujuran sebagai nafas perjuangannya. Hilangnya sifat jujur kepada rakyat adalah pokok pangkal terjadinya KKN (korupsi,kolusi, nepotisme) yang marak di akhir rezim orde baru yang terjungkal dengan terjadinya gerakan reformasi 98.

Kiranya lahirnya PK/PKS merupakan suatu jawaban akan kerinduan rakyat Indonesia terhadap lahirnya sosok pemimpin sekaligus partainya yang tidak 'doyan' berbohong kepada rakyat.

Sesungguhnya bagi PKS ketika menjadikan sifat 'JUJUR' atau 'Bersih' sebagai harga mati bagi nafas perjuangannya, bukan perkara mudah dan ringan. Karena toh para kader PKS bukanlah malaikat yang turun dari nirwana. Kader PKS juga hanyalah manusia biasa yang normalnya memiliki nafsu. Namun terlanjur bagi rakyat yang memberi harapan begitu besar bagi PKS dan saking besarnya harapan itu, maka jika ada oknum kader PKS yang sedikit 'alpa' akan serta merta dihukum secara sinis oleh rakyat dan pastinya media pemberitaan.

Terlepas dari itu semua, nyatanya kecintaan rakyat kepada partai Dakwah PKS makin meningkat dan merata dari capaian jumlah suara dari Pemilu ke Pemilu. Dan terhadap segala sanjungan maupun kepercayaan yang telah diberikan rakyat, mestinya para kader PKS menyikapi dengan rasa syukur, seraya selalu mengedepankan rasa rendah hati/ tawadhu' untuk tidak sombong dan lalai dari penghayatan nilai-nilai ke Islaman yang menjadi 'Roh' partai ini. Seiring dengan capaian prestasi ini juga, kader PKS harus lebih terpacu untuk meningkatkan kapasitas diri. Karena tantangan di depan makin terjal. Di sisi lain kader PKS adalah para pribadi yang tertempa oleh kerja atau amal nyata keseharian. Bukan dibesarkan oleh sebuah pencitraan yang penuh rekayasa prematur.

Sudah menjadi sunnatullah ataupun hukum alam, di samping ada yang mencintai sudah pasti ada pula yang membenci. Begitu pula dalam menilai segala capaian prestasi kerja atau amal nyata dari para kader PKS.
Saat tulisan ini dibuat, tengah terjadi gonjang-ganjing koalisi dan reshufle kabinet. Dan pada saat yang sama tidak sedikit dari para pesaing politik PKS yang mengarahkan 'moncong meriam' kepada partai yang memiliki jargon politik Bersih, Peduli dan Profesional ini.

Ini merupakan resiko perjuangan yang harus disikapi oleh setiap elemen partai dengan arif tanpa emosional dan tidak usah terlalu reaktif. Biarlah rakyat yang akan menilai mana partai yang sejati dan imitasi. Mana partai yang hakiki dan kamuflase.

Melalui tulisan sederhana dari anak negeri yang terlanjur mencintai PKS, aku mengajak para kadernya untuk menjadikan rasa cinta dan benci kepada PKS sebagai tantangan agar kita lebih giat dan terus komitmen dalam penghayatan nilai-nilai samawi yang pada gilirannya akan membawa dampak positif bagi diri pribadi dan rakyat Indonesia.

Selamat Berkerja dan Berbhakti untuk ibu pertiwi Indonesia.