Sabtu, 26 Juni 2010

Pupus Haru Istighfar Saat Gerhana Bulan


Tak terasa sudah berapa kali seharusnya diri ini menjadi saksi terjadinya fenomena alam gerhana bulan. Mata pemberianNya terlalu asyik berpaling ke arah angka-angka nafsu dunia di kalkulator. Ketimbang mengamati bukti keAgunganNya berupa gerhana bulan. Telinga ini terlalu akrab dengan gita cinta cengeng dari MP3. Ketimbang coba mendengar berita tentang fenomena alam jagad raya asuhanNYA. Juga mulut ini terlalu lahap dan rakus bicara tentang adegan binatang yang sedang heboh menjadi buah bibir. Hati ini pun keras membatu tak tergetar mendengar lantunan FirmanNya.

Mau di bawa kemana jalan hidup ini ?? Banyak nian insan salah melangkah. Dikiranya hakekat ternyata fatamorgana. Dikiranya asli ternyata tipuan semu. Inikah hidup yang mesti kujalani ???

Dari gulita pagi yang dini hingga gelapnya malam haruskah kuhabiskan jatah umur ini tanpa berdekat-dekat akrab denganNya ?? Tak tau lagi dimana ku simpan sajadah yang dulu di dalamnya ada pesan wanti-wanti almarhumah ibu. Apalagi Al Qur'an yang masa kecil slalu kupeluk erat saat pergi ke madrasah bersama gandengan tangan ibunda tercinta, tak tau ada dimana ??? Masih bisakah lidah ini membacanya ??? Sementara tiap senja pulang kerja lidah ini akrab nyanyi di kafe kongkow-kongkow.


Ku lirik foto keluarga seorang teman yang melekat di komputernya. Bahagia nya mereka. Suami Istri sudah lama pergi berhaji. Padahal dia adalah bawahanku. Yang secara gaji dan pendapatan ada di bawahku. Namun uangku habis berhamburan tak menentu di Mall dan department store mencari kepuasan kuliner anak istri. Berterbangan di tempat-termpat wisata bersama senda tawa anak istri yang jarang rukuk dan sujud padaNya.

Dompetku sering terbuka di salon mobil. Mengejar 'Wah'. Tapi cet mobilku tetap saja kian kusam karna hari terus berganti. Tak terpikirkan bahkan enggan dan berat rasanya membuka isi dompet di depan si fakir. Mengapa oh mengapa ??

Sesampainya di rumah tiap malam, yang kurasa lahir batin gersang dan panas.
Semakin tak menentu manakala mendengar genjrang-genjreng gitar anak ku yang buta huruf qur'an. Wajah istrikupun serasa gelap padahal ia slalu minta uang tambahan untuk pergi ke salon ketimbang minta uang infak ikut majelis taklim.


Ya Allah.....haruskah ini terus terjadi pada diri dan keluargaku ??? Lalai dari mengingatMu.
Baru saja aku memarkir mobil di garasi rumah. Tiba-tiba tetangga-tetangga banyak yang lewat di depan rumah. Ada apa ? Mau kemana mereka ? Akupun bertanya polos pada mereka yang lalu lalang. Ternyata malam ini ada gerhana bulan. Mereka habis magrib mau sholat gerhana. Akupun mereka ajak ke Masjid di komplek perumahan. Mulanya enggan dengan alasan belom mandi. Tapi akhirnya kaki ini melangkah juga ke Masjid. Tak tau siapa yang menggerakkan hingga ringan melangkah.

Akhirnya ku sujud haru dalam permohonan ampunku padaMu Ya Allah.........Berilah kekuatan lahir bathin untuk membawa diri hamba dan keluarga ke jalan yang kau Ridhoi..... Amiiiiiin

Jumat, 25 Juni 2010

Kereta Api GajaYana : Secarik Kertas Catatan


Mendambakan naik kereta api eksekutif mahal akhirnya sore itu tercapai juga. Alhamduliilah. Jarang naik kereta eksekutif jarang pula kaki ini menapak di lantai stasiun Gambir. Karna stasiun Gambir dikususkan untuk calon penumpang kereta eksekutif nan mahal untuk ukuran rakyat jelata sepertiku. Namun tidak akan menyesal karna perjalanan kali ini cukup jauh dan lama. Menuju kota Malang markasnya Arema di jawa timur sana.

Suasana stasiun Gambir tentu berbeda dengan stasiun lain. Penyajian interior ruangan dan segala aneka barang dagangannya memang tarafnya berkelas. Diperuntukkan bagi mereka yang berkantong tebal.

Begitupun wajah-wajah calon penumpang yang memadati stasiun ini dengan penampilan busananya memberi kesan berkelas dari kalangan berpunya.

Memasuki gerbong kereta api eksekutif ini, disambut dengan senyum selamat datang dari dayang-dayang kereta alias pramugari atau pramugaranya. Sejuk nian gerbong ini dengan aroma mewanginya. Jauh dari parfum amoniak yang biasa kujumpai di gerbong kereta ekonomi. Empuknya kursi yang bisa tersandar kebelakang membuat pinggangku yang akrab dengan encok di bangku kereta ekonomi, kali ini dimanjakan sangat. Apalagi pantat ini yang biasa panas menunggu kereta silang, kali ini tak terasakan.

Belum lagi hiburan film yang ada di view depan gerbong kereta berklas ini. Dan pemeriksaan karcispun hanya sekali. Dengan penampilan kondektur yang keren berjas, sungguh nyaman perjalanan kali ini.






Tidak ada pula suara-suara brisik dari pedagang asongan yang kadang bersynergy dengan pengemis dan pengamen. Dan para penjaja ' oleh-oleh' hanya di lakukan oleh dayang kereta yang hilir mudik menawarkan hidangan kuliner kereta yang sudah tentu mesti membayar untuk merasakannya. Soal harga tak usah ditanya. Semua disajikan bagi mereka yang dompetnya penuh kertas uang. Bukan seperti dompetku yang banyak pula kertasnya. Tapi kertas kuitansi pembelian ini itu.


Usai sholat magrib kumerenung. Seiring gelapnya malam yang datang menyelimut.
Kalo di dunia saja kita dibedakan karna status sosial ekonomi yang fana nan semu. Apatah lagi nanti di akherat. Taqwa yang membedakan derajat kita kelak di sisi sang khaliq.

Alangkah bahagia dan lapangnya dada ini menghirup nafas kehidupan manakala uang di saku terlipat berlipat-lipat. Bisa naik kereta mahal yang diprioritaskan jalannya. Tidak seperti kereta ekonomi yang slalu kalah karna dikalahkan. Semua indah karna perbekalan yang lebih dari cukup. Maka terusik hati ini saat menyruput hangatnya kopi susu di dinginnya gerbong Gajayana, karna perbekalan perjalanan panjang abadi di akherat masih sangat kurang.

Senyum dayang kereta yang menyapa.
Akan kita temui kelak di akherat. Senyum bidadari sorga yang menyambut datangnya hamba yang taat. Sebaliknya pemeriksaan dan penyiksaan yang berulang-ulang akan kita jumpai dengan wajah seram menakutkan bila bekal kebajikan minim. Bangga dengan dosa yang terbungkus nafsu. Ternyata membawa siksa pedih kelak.

Cemas takut manakala tidak punya karcis kereta. Saat diperiksa oleh kondektur. Begitupun cemas takut yang sangat di kala malaikat munkar nakir memeriksa kita di alam kuibur yang sempit gulita.
Akhirnya ku terlelap di empuknya buaian kereta Gajayana yang melaju kencang teriring doa Rabbana Atiinaa Fiddunyaa Hasanah Wa Fil Akhiraaati Hasanah Wa Qinaa Adzaban Naaar Amiiiiin

Selasa, 15 Juni 2010

KUPU_KUPU MALAM YANG DATANG


                Sore itu aku tidak  langsung pulang  ke rumah,  di kantor  kami yang  bergerak  dalam urusan pengumpulan zakat,   suasananya sudah lengang karna hampir  semua karyawan/karyawati telah pulang.  Tapi aku duduk-duduk santai di lobby depan sambil makan siomay dan membaca koran yang  dari pagi belum  sempat kubaca.

                Saat sedang makan siomay yang empuk dan perhatianku tertuju pada sebuah berita di koran yang kubaca, tiba-tiba aku dikejutkan suara wanita yang   memberi salam dan masuk  di ruang receptionist.  Sejenak kutertegun melihat sosok penampilan wanita ini.  Sebagai lelaki normal  harus kuakui  dia memang cantik, kuning langsat, tinggi semampai, rambutnya sebahu. Tapi aku segera bisa tersadarkan, yang datang bukan jin  maka segera  ku jawab salamnya.  

              "  Wa alaikum salam wa rahmatullah,  .  Ada yang  bisa saya bantu mbak."Jawabku  segera.

                "  Saya mau mbayar zakat Mas"....suara nya pelan tapi jelas.

                 "O ya, silakan duduk silakan duduk"  jawabku agak tergopoh-gopoh karna sambil mengunyah siomay.

                   Kami  berdua terdiam  sejenak, dan akupun   salah tingkah sambil mencari-cari surat tanda terima zakat yang tersimpan di laci meja receptionist.

                 Akihirnya ku jelaskan beberapa jenis zakat  yang bisa dibayar kepada kantor kami sebagai lembaga amil zakat.

                  "Saya mau membayar zakat profesi, tapi masalahnya.....masalahnya saya e e e", demikian ia berkata padaku.

                   "Masalahnya kenapa mbak ?"   ku kejar ia dengan pertanyaan.

                    "Saya itu kerjanya malam.....jadi gimana ya ?"  Dia bertanya padaku akupun bingung tak tau kemana arah pertanyaan ini.

                     Aku terdiam demikian pula dia. "Emang nya kenapa Mbak kalo kerja malam ?" segera ku tanya agak memaksa. Dia  masih terdiam dan menunduk.  Akupun makin bingung.

                       "Masak mas nggak tau apa maksudnya ?" ia bertanya padaku lagi, pusing gua.

                      "Ya kan banyak yang kena  shif malam, nggak masalah",  jawabku santai.

                        "Bukan itu maksudnya",  ia menjawab dengan nada sendu.

                     Baru aku sadar dan tau dasar begok.  Ternyata yang  sedang aku ajak bicara ini seorang  PSK kelas tinggi. Astaghfirullah.....Kuatkan imanku  Ya Allah....jangan ngeres.

                      Akhirnya ku jelaskan secara detil tentang hukum zakat dan penyalurannya. Meski uang 'panas' nya diterima tapi tidak dimasukkan kedalam rekening  "Halal", melainkan disatukan dengan uang panas lainnya.

                      Apa yang kucritakan di atas adalah kisah nyata. Realitanya masih ada iman walo berukuran 'kecil' di dada PSK itu.

                      Kalo dulu  orang menyebut pelacur, berganti wts sekarang  menjadi PSK  yang seakan ingin disejajarkan dengan  para pekerja halal  di kantor atau di pabrik.

                      Pelacur  sudah ada sejak dulu kala. Sebagai akibat kemiskinan moral dan ekonomi akhirnya terjerumus ke dalam dunia hitam ini.  Dalam kitab suci Alqur'an, jangan kan berzina  mendekati saja tidak boleh.

                       Apalah  arti sex tanpa cinta.  Hanya mengumbar nafsu yang hina. Maka Rosul saw,

bertanya kepada seorang anak muda, yang mau Islam asalkan boleh berzina.  Rosul saw, bertanya, andaikan ibumu dizinai orang relakah kau ?  andaikan adikmu dizinai orang relakah kau ? andaikan anak gadismu dizinai orang relakah kau ?  Pertanyaan  Rosul saw yang  bertubi-tubi ini  seakan  pemecut kesadaran anak muda yang doyan zina itu. Hingga membuat ia insyaf.

                           Maka melalui tulisan ini aku mengingatkan akan bahaya 'Fitnah wanita', bagi laki-laki.  Yang banyak menghancurkan   harga diri  juga keluarga. Hati-hati. 

                      Kenyataannya banyak wanita keluar rumah dengan aroma parfum setajam mungkin. Sehingga bila bersamanya di dalam lift yang penuh atau bus kota yang penuh kita dibikin pusing. Begitu pula dalam berdandan dengan bedak dan lipstik   yang memancing mata nakal laki-laki memandang.  Betul  kata Koes Plus 'WEDHAK PUPOR GO GOLEK DUWEK".  Wallahu 'alam.

 

               

Minggu, 13 Juni 2010

Nasehat Koes Plus Untuk Kita


                     OJO    PODHO   NELONGSO

      Jo  Podho  Nelongso     Jaman ne  Jaman Rekoso

       Urep  Pancen  Angel,   Kudhune  Ra  Usah  Ngomel

     Ati  Kudhu  Tentrem Nyambut Gawe Karo Seneng

     Ulat  Ojo  Pe theng   Yen dikongkon  Yo Seng Temen

      La  Opo  To Koncho,  Ati Kerep Lo ro

      Ra Gelem Rekoso Mbudi Dhoyo

      Pancen Kabeh Podho   Pengen Urep Mulyo

     Wiwitan Rekoso  Pancen Nyoto

      Makna dari nasehat ini adalah kita jangan selalu bersedih.  Saat  serkarang zaman yang berat. Hidup memang sulit.  Seharusnya jangan banyak  mengeluh dan ngomel.  Hendaknya kita  memiliki  hati yang tenang  bekerja apapun dengan senang hati. Cakrawala berpikir jangan gelap (ngeres).  Bila disuruh hendaknya dilaksanakan dengan penuh amanah.  Tapi realitanya  hati sering sakit  malas  tidak mau berusaha sungguh-sungguh.  Memang semua manusia ingin hidup senang bahagia bila awalnya harus melalui  proses yang sukar itu suatu keniscayaan.

     Melalui tulisan ini aku  mengingatkan kita semua, agar jangan mudah menyerah dalam perjuangan hidup yang makin kompleks.   Sebagai apapun kita modal awal kejujuran adalah mutlak.  Dan ingatlah slalu  axioma perjuangan,  " Berakit-rakit kita ke hulu berenang-renang ke tepian> Bersakit-sakit kita dahulu bersenang-senang kemudian.  Moga bermanfaat.

PERLUNYA LAPANG DADA


           Sekali lagi dalam  sepak bola kita dapat  mengambil sebuah pelajaran di  antaranya  tentang  lapang dada. Sebab seorang pemain  sepak bola  harus menerima apapun keputusan wasit yang memimpin  pertandingan  sekalipun  tidak sesuai  dengan  logika berfikir  para pemain yang tim kesebelasannya merasa dirugikan.

            Memang pahit sekali  manakala  kita  menjadi korban  sebuah keputusan wasit yang  menurut kita keliru dalam memberi  hukuman.  Tapi  inilah realitanya, dan keputusan wasit tidak bisa dianulir. Sepahit apapun keputusan wasit mesti diterima dengan lapang dada.  Meski kalah,  biarlah sejarah  yang kan mencatat  bahwa kekalahan tim kita karna faktor wasit.  Dan tidak perlu  terlalu bersedih  karna banyak  juara tanpa piala.

            Sebuah  kesebelasan mungkin saja  tersingkir kalah. Tapi  kalah  secara terhormat. Misalnya melalui  'drama'  adu pinalti.  Atau kalah karna korban tendangan  pinalti  lawan  sebagai akibat hukuman wasit yang berlebihan.  Bisa juga tim kesebelasan  yang seharusnya pantas  juara karna  bermain bagus  tapi kurang beruntung, disebabkan  faktor 'LUCK'. Bisa juga  tim kesebelasan  harus gugur  disebabkan  dua tim  kesebelasan saling 'main mata'  untuk menjegal peluang  bermain di babak berikutnya  terhadap sebuah tim kesebelasan lain.

           Dalam realita kehidupanpun sering kita jumpai.  Seseorang yang seharusnya pantas menduduki  sebuah jabatan strategis tertentu,  tapi karna  tidak bisa  'cari muka,  maka  oleh atasannya tidak  ditunjuk menduduki jabatan itu.  Di sinilah perlunya sikap lapang dada.

           Lapang    dada juga  menemukan  momentumnya   di kala kita sebagai  pejabat  yang melayani  kepentingan umum,   menerima kritikan  pedas. Begitu pula saat   bawahan  menerima 'ceramah'  atasannya yang bila  diterima tidak dengan lapang dada akan sangat menyakitkan hati.

            Apapun keputusan wasit, tidak boleh kita lawan dengan kata-kata kasar juga serangan fisik  terhadapnya.  Hanya satu obat untuk menghadapi kondisi seperti ini yaitu   berlapang dada. Orang   sering menyebut dengan istilah lain yaitu  sabar.

             Melalui tulisan sederhana ini, aku berpesan untuk diri pribadi dan juga kepadamu, mari membakali  diri kita  dalam hidup  yang banyak  cobaannya ini dengan sifat dan sikap lapang dada,  sebab di atas semua dan di atas segalanya  ada Dia Yang Tidak Pernah Ngantuk Dan Tidur   yang  sejatinya  Dialah Wasit Yang Maha Adil  untuk kita. Wallahu 'alam