Kamis, 20 Mei 2010

Menagis Di NARITA Air Port




              Setelah resmi di PHK  dan mendapatkan pesangon, waktu terus berjalan cepat. Sementara untuk mendapatkan pekerjaan yang 'mapan'  seperti 11  tahun yang lalu cukup sulit.    Maka timbul ide untuk mencoba cari kerja ke luar negeri.  Bersama istri  ku cari-cari info lowongan kerja di luar negeri melalui iklan  koran pagi yang  terbit di Jabodetabek. 

              Salah satu agen  yang menawarkan kerja di luar negeri beralamatkan di sekitar Tol Timur Bekasi. Maka bersama istri  aku mencoba datang ke sana.   Bertemulah kami dengan pimpinan agen itu sebutlah MR X.   Suasana kantornya tertata cukup rapih dan wangi.  Dari wajahnya MR X ini seperti orang Jepang, cocok dengan iklannya yang mengajak calon2 TKI kerja di Jepang, sebagaimana  keinginanku pula.

                Maka pada kali kedua kami datang ku serahkanlah uang, paspor juga foto dan pengalaman kerja.   Lalu bersama  MR X   saya diajak pergi mengurus Visa di Kedubes Jepang.   Visa yang kan diminta adalah Visa turis ini berarti saya sadar akan menjadi TKI ilegal.  Seminggu dua minggu usai pergi ke Kedubes Jepang aku baru diberi tahu oleh MR X  bahwa permohonan Visa ditolak.  Lalu MR X  berjanji untuk mencoba mencarikan kerja di Eropa.  Maka dengan kesabaran yang terlalu 'bodoh'   aku menunggu kabar dari MR X.  Dengan janji-janji manisnya selama 3 bulan menunggu. Maklumlah uang ku sudah kuserahkan padanya sebanyak 15 juta. 

               Dalam masa penantian yang panjang aku sudah terlanjur percaya pada MR X, karena orangnya sopan dan halus bicaranya. Tidak ada indikasi orang jahat. Tapi aku coba cari tau di kantornya yang dekat  tol Bekasi timur. Anehnya suasana kantornya sudah tidak seperti aku datang pertama kali,  sekarang suasana sudah tidak wangi lagi. Pengaturan meja kursi dan buku-buku di raknyapun berantakan.

               Aku ingin tau rumah MR X dimana ?   Semua anak buahnya 'tutup mulut' tidak ada yang menjawab setiap aku bertanya tentang MR X.  Dan MR X pun tidak mau memberitahukan kepadaku di mana ia tinggal.  Bila ingin bertemu dengannya ia lebih suka di Sarinah Thamrin, atau di Mall lainnya.  Kata-kata maaf  karena ini dan itu selalu ia ucapkan manakala bertanya kelanjutan rencana saya ke Jepang. Karena prosesnya sudah 4 bulan lebih.

                MR X ini sering kong-kow2 dengan teman2 nya di warung kopi tidak jauh dari Kedubes Jepang di Thamrin. Akhirnya MR X menawariku segera berangkat ke Jepang dengan VISA PALSU!    Karena sudah kepalang basah dan malu dengan teman dan tetangga2  aku meng iyakan tawaran MR X ini.  Maka malam itu dengan tangisan anak istriku akupun berangkat ke Jepang diantar pula teman-teman.

                Melewati imigirasi Soekarno-Hatta ada perasaan deg-degan, tapi aku lolos. Setelah 7 jam terbang bersama 747   Garuda, tibalah aku di Narita Jepang. Mulailah perasaan cemas menghinggapiku,  mendekati loket2 imigrasi Narita.   Dan betul saja saat ku menyerahkan paspor ke petugas imigrasi,  secara spontan dan reflex dia berkata dengan bahasa Jepang kepada temannya (mungkin artinya)    "Palsu, Palsu".  Akupun langsung diamankan. Dan digeledah. Di telenjangi. Juga diinterogasi dari mana dan bagaimana bisa mendapat Visa Palsu tsb.

                 Tas koperkupun dibuka dilihat membawa apa. Yang ada hanyalah baju dan supermi.

                   Akhirnya hari itu juga aku dideportasi. Pulang lagi ke Indonesia memakai pesawat yang sama. Selama di Narita yang ada hanyalah rasa sedih. Betapa bangsa kita bersusah payah cari penghidupan ke negara orang. Dengan iming-iming gaji besar meski melalui segala macam cara ditempuh walo dengan Visa palsu sekalipun.  

                    Sudah seperti orang hilang di Narita tidak bisa bahasa Jepang, membaca pun buta huruf. Karna semua memakai huruf kanji.   Untung aku ketemu anak muda Indonesia yang hendak pulang ke tanah air.    Dia menolongku menggunakan telpon umum di Narita, karna semua instruksi dalam telpon umum ini memakai bahasa Jepang.

                     Semoga tulisan singkat pengalaman pribadi ini bermanfaat, bahwa calo-calo TKI yang 'jahat'  bergentayangan merayu dengan kata-kata manisnya. Untuk itu berhati-hatilah  dan jangan mudah tergiur enak kerja di negeri orang. Moga bermanfa'at.

Rabu, 19 Mei 2010

Wibawa Yang Tercabik


          Pak  Haji Fulan adalah seorang tokoh masyarakat yang cukup disegani.  Harus diakui beliau memiliki kharisma. Selain karena keilmuan  beliau juga memiliki jabatan strategis di kantornya.  Secara materi termasuk orang berada. Bahkan tidak jauh dari rumah,  beliau membuka usaha "toko besi'.  

           Tidak salah bila kemudian masyarakat muslim mempercayakan 'Ketua DKM Masjid kepadanya. Maka untuk aktualisasi diri, pak Haji yang satu ini menemukan jalan yng tepat.  Dan para jama'ah Masjid selalu mendengar setiap arhan beliau pada setiap rapat. Kedatangan Pak Haji ini selalu dinanti bila ada pertemuan baik di Masjid maupun di lingkungannya hingga tingkat kelurahan.  

          Saya pribadi sebagai salah satu pengurus remaja sangatlah segan untuk berdialog dengannya.  Takut salah ngomong. Pada suatu kesempatan saya  pernah  di tugaskan teman2  untuk menghadap pak Haji ini, guna  membicarakan pelaksanaan suatu event menyambut bulan Ramadhan. Semalaman saya menyusun kata-kata agar jangan sampe salah. Alhamdulillah saya berhasil meyakinkan beliau akan kemampuan Remaja Masjid sebagai Event Organizer acara tsb. Meskipun saya  tidak berani bertemu pandang dengan mata pak Haji .

          Hari berganti hari dan tahun pun terus berganti.  Sekian lama aku tidak Sholat di Masjid masa remajaku.   Ku ingin tau apa kabar semua. Termasuk Pak Haji yang penuh Kharisma itu. Ternyata masa  'keemasan'   beliau telah berlalu.  Dikarnakan ulah "syetan yang mampu memperdaya iman Pak Haji itu.  Dari imam Masjid aku dapatkan cerita yang tidak enak. Bahwa rumah tangga Pak Haji terpuruk. Usahanya beliau pun hancur. Bahkan para tetangga nya pun menyaksikan  peristiwa 'adu jotos'  Pak Haji dan anaknya.   Ini semua disebabkan oleh karena Pak Haji menikah lagi !

           Menikah lagi bukan sesuatu yang haram dan jelek, yang patut disesalkan karena Pak Haji menikahi  'Cewek Billiard'.   Sungguh ironi memang.  Kalo beliau menikah dengan wanita muslimah baik-baik tentu mendapat dukungan moril dari jamaah masjid dan masyarakat muslim di lingkungannya. Tapi inilah kenyataannya.

             Pada suatu malam yang hampir larut, rumah Imam Masjid yang sangat sederhana, pintunya diketuk seseorang.  Ternyata setelah di buka Pak Haji yang dulu sangat disegani karena ilmu dan jabatan serta kekayaannya, datang menemui Imam Masjid yang hidup sangat sederhana.  Mau ngapain ???  Mau minjam uang 200 ribu aja.   Masya Allah.  Moga menjadi pelajaran bagi yang sedang di'atas agar hati-hati dunia terus berputar, dan jika kita salah dalam mengambil keputusan bisa Fatal bagi diri sendiri apalagai buat  anak istri. Naudzubillah   Wallahu'alam.

The Power Of Iman


Sekarang banyak kita jumpai toko buku menjual buku2 Motivasi dengan judul yang memakai kata Power. Power ini itu. Tanpa kita sadari tiap Subuh kita telah memiliki Power, yaitu Power of Iman. Dengan Power ini kita mampu bangun untuk Sholat Subuh bahkan mampu melangkahkan kaki ke Masjid atau Mushalla terdekat. Karna banyak orang terbangun di waktu Subuh bukan untuk Sholat melainkan untuk aktifitas yang lain. Misalnya Jogging, nyuci mobil/motor nyiram kembang atau berangakat main Golf. Dengan Power of Iman yang telah kita raih di waktu Subuh, diharapkan segala aktifitas kita dalam sehari itu, berlandaskan 'Keimanan'. Dan kebahagiaan hakiki lah yang akan kita raih. Karna Hati, Pikiran, serta tindakan kita akan jernih dan produktif sebab dibimbing oleh The Power of Iman yang telah kita raih di setiap bangun untuk Sholat Subuh. Semoga Nikmat Lezatnya bangun Subuh untuk Sholat Subuh yang telah kita rasakan dapat kita bagi kepada saudara-saudara kita yang bangun Subuhnya Malas dan selalu Kesiangan. Semoga !

Kala Magrib Tiba Di Atas Gaya Baru Malam


Sudah kuduga kereta ekonomi yang membawaku pulang ke Madiun, malam itu sangatlah penuh. Maklum besok hingga lusa adalah Longweek End. Dan juga pas tanggal muda. Suara obrolan berbalut asap rokok berpadu dengan suara pedagang asongan sangat menyibukkan telingaku. Apalagi diselingi tangisan anak yang merengek minta jajan , makin riuh suasana kereta malam ini. Tapi kunikmati saja makin lama makin asyik ditelinga. Bunyi roda kereta yang bergesek setia dengan relnya mengalun merdu di telingaku bagai mendengar alat musik Drum. Ku arah kan pandanganku ke luar jendela. Nampak Sang Surya Tenggelam sudah di ufuk barat. Menyisakan lembayung nan menguning sutra. Azan magrib ku dengar sayup sampai dihempas badan kereta yang melaju. Di lubuk hati ada yang membisik agar aku segera tayamum. Guna Sholat Magrib skaligus Isya jama' qoshor. Tapi ada pula yang coba menghadangku, dengan menghembuskan bisikan Malu yang Semu Dusta. Karna di hadapanku ada dua orang penumpang yang tidak bergegas untuk Sholat bahkan makin menambah frekwensi obrolannya. Sedang di samping kananku seorang kakek tua yang tidur mendengkur. Tarik-menarik antara Sholat dan Tidak terjadi di relung Iman dadaku. Usai bertayamum, ku permisi pada mereka yang ngobrol, ku bertahu aku hendak Sholat. Mereka pun diam senyap. Ya Allah, atas kekuatan dariMu jua aku mampu bertakbiratul ihram. Sungguh ujian Iman yang ku rasa. Mungkin bisa di hitung dengan jari sebelah tangan saja di antara ratusan penumpang kereta hanya seglintir yang Sholat Magrib apalagi Isya. Padahal tidak sedikit yang memakai peci hitam atau putih, juga berjilbab. Atau mungkinkah Magrib dan Isya digabung Subuh ? Wallahu "alam.

Selasa, 18 Mei 2010

THE DAY AFTER


             Keyakinan akan datangnya hari kemudian merupakan sesuatu yang wajib diImani oleh mereka yang mengaku  Muslim yang Mukmin.  Karena hal tersebut merupakan bagian dari rukun iman yang enam. Dan pada setiap  sholat wajib membaca MALIKI  YAUMIDDIN.  ALLAH SWT sebagai 'penguasa tunggal'  hari kemudian.  Mestinya hal ini membawa dampak keyakinan yamg tercermin dalam Akhlaq keseharian kita.  Bahwa nanti nya masing-masing kita akan menghadapi 'audit amal, umur dan harta'   pada saat THE DAY AFTER   di  Mahkamah  yang Maha Agung Allah Swt.

               Kita boleh berperan sebagai apa saja di mana saja selama hidup di 'panggung sandiwara' dunia ini. Tapi nanti mesti kita pertanggung jawabkan secara pribadi tanpa seorangpun yang bisa membela  kecuali fakta yang jujur dan nyata dari amalan kita sendiri.  Masya Allah.

                Islam bahkan memandang keberadaan hidup di dunia yang sementara,   di samping untuk menanam amal kebajikan yang kelak akan dipetik di Akherat, juga sebagai Khalifah  yang bertugas mengelola bumi seisinya  demi kemakmurannya  selaras dengan  mematuhi hukum-hukum Allah swt.

                  Jadi sebagai seorang muslim sangat dianjurkan berperan. Bukan sebagai obyek tapi sebagai Subyek. Sesuai dengan kemampuan dari strata sosial yang dimiliki  tetap bertanggung jawab  mengindahkan  dan menjaga hukum2 Allah swt.  Sebagai Direktur atau Manager dia dapat berperan melalui tanda tangannya, sedang level yang paling bawah bisa berperan melalui tenaga yang dimiliki.    Walaupun hanya sekedar membuang  duri/paku  di jalanan hal itu merupakan suatu kebajikan.  

                   Namun sayangnya banyak mantan pejabat yang Muslim baru menyadari bahwa Islam memerlukan 'Power   justru setelah ia pensiun.   Justru ketika tanda tangannya tidak 'ampuh lagi padahal Islam sangat membutuhkan Power  guna kesejahteraan ummatnya yang masih banyak hidup menderita.

                   Kehidupan di kota besar sangatlah merangsang  seseorang untuk pergi pagi pulang malam banting keringat  peras tenaga,  kepala jadi kaki dan kaki pun jadi kepala.  Tidak jarang membuat  keimanan seorang muslim terguncang-guncang.   Ibadah sholat hanya bila sempat dan mau. Dari 5 waktu bisa jadi cuma 1 waktu Magrib saja.  Karna tidak enak dengan mertua.  Bila tidurpun mimpinya  kerja dan cari fulus.  Karna di kota besar tidak ada fulus mamfus.  Semua level begitu. Dari level Bos  hingga Office boy  sibuk oleh  dunia.   

                    Betapa pun kita sibuk mencari dunia, tetap saja dunia mesti dipandang sebagai "Sarana  bukan "Tujuan.  Dan jangan dibalik, kalo dibalik Dunia menjadi tujuan  maka yang terjadi menghalalkan segala cara berakibat kita berurusan dengan KPK.

                     Melalui tulisan singkat ini saya mengajak Anda dan diriku untuk bijaksana dalam menyikapi hidup di dunia ini.   Jangan sampai kita terpedaya dengan kemilau dunia tapi juga tidak menjadikan Dunia sebagai musuh.  Kata-kata bijak dari orang yang paling bijak, kiranya dapat kita jadikan pedoman.     "Bekerjalah untuk duniamu seakan engkau kan hidup selamanya  tapi bekerjalah untuk akheratmu seakan besok pagi kau mati."   (Al-Hadits)      Bila penyikapan dunia kita bijaksana tidak akan ada yang terkena Post Power Syndrom   sebaliknya  juga tidak akan ada orang yang Frustasi.   Wallahu 'alam