
Usai sholat magrib berjamaah di sebuah Mushola yang terdapat pada sebuah gedung perkantoran. Oleh seorang teman yang 'ngantor di gedung itu, aku diajaknya naik ke lantai teratas puncak gedung.
Rasa kagum ku melihat panorama alam juga panorama kota tak bisa kututupi. Mungkin anda akan menilai diriku sebagai orang 'ndeso yang tidak pernah naik ke gedung tinggi. Bukan itu masalahnya. Naik ke gedung tinggi akupun sering. Tapi melihat panorama alam di senja hari, di alam terbuka dari lantai paling atas pencakar langit, adalah sebuah pengalaman yang mesti kucritakan padamu.
Di ufuk barat sang surya telah tenggelam, tinggal lah awan menguning jingga yang tersisa. Angin senja yang sepoi sejuk manja makin kencang menggelitik kulit. Burung-burung kecil pun berombongan pulang ke sarangnya. Di langit yang makin membiru malam terlihat bintang gemintang datang bagai butiran milyaran mutiara. Ku arahkan pandangan mata ke ufuk timur, rembulan malu-malu datang menyambut malam. Subhanallah.... Allahu Akbar.... Betapa Maha Agungnya sang pengatur Alam jagad raya ini.....sedang kita manusia terlalu kecil.
Malam makin menggulung kota, lampu-lampu kota warna-warni temaram. Jutaan manusia lalu lalang di jalan kota. Hendak kemana mereka ? Pulang ke rumahkah ? Atau baru berangkat kerja malam ? Bila muslim, sudahkah sholat magrib ?
Motor mobil ribuan jumlahnya. Kereta api pun tak mau kalah hilir mudik. Semua insan berlomba ingin segera sampe kerumah, melepas lelah, bercengkrama dengan keluarga yang setia menanti dengan doa harapan rizki dari ilahi yang terbagi pada suami atau istri yang berkerja. Di sudut sana ada penyapu jalan, pedagang kaki lima, karyawan karyawati di halte bus. Mereka semua telah mengeluarkan keringat ibadah menjemput rizki masing-masing.
Dari atas puncak gedung ini kurasakan juga fana nya hidup ini. Di dunia tiada yang abadi. Semua akan kembali kepadaNya. Tinggal persoalan waktu. Rasa syukur sering hilang ditelan kartu kredit yang tak terpuaskan. Beli ini beli itu. Mall-mall hadir bak penggoda genit. Merayu untuk sering menggesek kartu ATM. Di manakah rasa syukur sembunyi, bila tagihan utang ini dan itu selalu menunggu di depan pintu kantor. Belum sampe rumah slip gajiku sudah kumal oleh tertawa an sinis sembako. Gaji sebulan hanya jadi tertawaan sembako. Rasa syukur makin pergi menjauh manakala tahun ajaran baru sekolah anak ku telah mengintai. Baju seragam baru, sepatu baru, alat tulis baru, semua membentak-bentak dalam mimpiku. Rasa syukur dimanakah kau berada ???
Dalam lamunan ku yang masih berada di puncak gedung, azan Isya berkumandang. Tersadarkan aku untuk segera kembali sujud padaNya, mogalah diberi tambahan kekuatan Bathin dalam perjuangan hidup ini. Teringat sosok Jenderal Sudirman, sebelum aku beranjak turun, mata ini tertuju pada patungnya di bawah sana. Beliau tokoh yang tegar dalam jalan juangnya. Moga bangsa ini pun tegar dalam perjuangan hidup, yang kadang dikhianati oleh oknum pemimpin yang bermental 'aji mumpung'.
Temanku yang sejak tadi menemani di atas gedung ini, memanggil-manggil namaku untuk segera ikut turun guna Sholat Isya. Moga bermanfaat.