Sabtu, 15 Mei 2010

Keteguhan Sebuah Prinsip !



















Menjelang Subuh aku dikejutkan bunyi telpon yang berdering-dering. Ku paksakan bangun untuk mengangkatnya. Ternyata Pak De ku yang menelpon. Katanya singkat, pagi itu aku mesti segera ke rumahnya. Ada apa ? Aku pun tak tak tau. Sesampai di rumahnya, Pak De dan Bu De ku bercerita nyaring. Tentang si Fitri anaknya yang juga sepupuku. Si Fitri sehari lagi akan menikah. Harapan orangtuanya, Si Fitri mau berbusana adat tatkala pesta pernikahannya berlangsung. Duduk di pelaminan dengan busana adatnya, apalagi dengan acara 'ngunduh mantu' yang mamakan korban sebutir telor yang diinjak pengantin pria. Aku mendapat tugas 'mission imposible' untruk merayu Fitri agar mau menuruti titah ibu bapaknya. Karna dulu aku yang mengajarinya 'ngaji' hingga dia berJilbab rapih dari SMP hingga Kuliahnya usai dan dipinang orang. Wow tugas berat, "Sekali ini saja nduk,nduk," begitu harapan ibunya. 'Mbok ya yang luwes' begitu Pak De ku menimpali. Sebab Fitri mengancam lebih baik pestanya 'batal kalo dia mesti membuka Jilbabnya. Usai orangtuanya 'curhat'. Aku langsung permisi pulang, dan merekapun kaget, kok demikian reaksiku. Tapi aku berjanji malam nanti kembali lagi. Malamnya aku datang bersama istriku. Rumah Pak De ku semakin banyak tamu saudara yang datang, karna besok adalah hari H pernikahan anaknya. Ku ajak Pak De dan Bu De ke kamar bersama Fitri juga istriku. Aku mulanya bingung bagaimana memulainya, tapi nggak ku duga istriku membawa Foto pernikahan kami. Istriku membuka kenangan 14 tahun lalu ketika Pak De dan Bu De hadir di pernikahan kami. Dan mereka terkesan akan ornamen pelaminan serta kostum pengantin yang kami pakai. Tapi tak segampang yng kuduga. Alot, Ruwet, sama-sama keras. Fitri air matanya terus berlinangan. Sementara jam dinding mendekati jam 12 malam. Sudah kucoba dengan dalil, juga argumen logika. Semua kandas oleh 'gengsi semu' Pak De Bu De ku. Tinggal doa yang bisa ku la ku kan. Jam 12 malam lewat 10 menit. The Last Minute. Melalui perundingan alot kadang diselingi nada tinggi. Akhirnya orangtuanya Fitri 'luluh hatinya'. Dengan kata-kata pamungkasku, " kalo pesta pernikahan Fitri besok gagal, yang malu bukan hanya Pak De Bu De tapi keluarga besar kita, dan jangan harap aku akan menginjak kan kaki di rumah ini, karna Pak De Bu De orangnya Egois, tidak bisa Tut Wuri Handayani kepada anak gadis satu2nya. Alhamduliillah gertakan khas Priok ku membawa hasil. Mereka akhirnya berpelukan saling minta maaf disertai tangis haru bahagia, aku dan istri demikian pula. Tapi tugas ku belum usai, aku mesti menjelaskan hasil 'perundingan' malam itu ke calon besan dan anaknya. Dini hari itu juga aku berangkat ke rumahnya. Alhamdulillah dengan iringan musik karawitan yang mengalun syahdu pernikahan Fitri berlangsung meriah dan sukses tanpa harus membuka Jilbabnya dan tanpa memakan korban telor mentah yang diinjak. Trimakasih moga bermanfaat.

Istriku Tidak Tergiur


Ketika kasus Gayus sebagai mafia makelar pajak mencuat di media2, datang kepadaku seorang teman mantan pegawai pajak yang memilih pensiun muda. Dia bercerita padaku sebagai berikut : Sebagai seorang akuntan di Kantor Pajak, pekerjaan ku sering memeriksa ratusan perusahaan yang sudah dan belum membayar pajaknya pada negara. Sudah menjadi tekadku untuk menjauhi praktek2 ketidak jujuran pada negara. Ini harga mati bagiku ! Tekadku pula jangan sampe anak- istriku memasuk kan sesuatu yang haram dalam perutnya. Maka aku sangatlah hati-hati jika memberi uang belanja kepada Istriku ! Sikap komitmenku ini tentu membawa dampak di kantor. Ada yang senang tapi pasti ada pula sebaliknya. Teman seruanganku sebutlah namanya Mas Fulan, prilakunya kebalikan dengan prinsipku. Dia sangat doyan uang-uang 'UnderTable' yang panas. Rupanya dia tidak enak sama aku. Kalo dapat wang begituan tidak bagi-bagi padaku. Tapi kalo berbagi denganku dia takut aku bertanya Wang apa ? Dan darimana asalnya ? Akhirnya dia menemukan cara. Pada setiap mendapatkan wang 'begituan', dia pura-pura maen dan ngobrol ngalor-ngidul di rumahku katanya sih silaturrahim. Dan pada saat mau pulang dia memanggil anak ku yang masih Sd, lalu menitipkan amplop yang katanya 'Buat Jajan ya Naak'. Manis betul bahasanya gumamku yang membuatku tidak sadar sama sekali ada apa di balik ini. Hal ini terus dia lakukan berulang-ulang pada setiap dapat 'proyek. Akhirnya pada suatu hari aku dan Mas Fulan temanku terlibat pertengkaran seru di kantor, bagiku ini soal prinsip ! Persoalannya tentang sebuah perusahaan yang menunggak pajak, hingga negara dirugikan ratusan juta rupiah. Sesuai peraturan dan menurutku perusahaan itu mesti kena Pinalti. Karna telah melanggar aturan. Tapi bagi Mas Fulan temanku, hal ini bisa diselesaikan secara "damai atau Win-win solution atau CinCai CinCai sambil makan di Restoran enak dan mahal. Tidaak kataku tegas. Aku tidak biasa dan bisa makan Wang macam begitu. Dengan entengnya temanku Mas Fulan berkata sambil ngledek, "Kalo kamu nggak biasa makan Wang begituan lalu Wang yang sering saya kasih setiap saya maen kerumahmu memangnya Wang darimana ? Aku terdiam lemaaas sambil ber Istighfar. Dan tersadarkan bahwa Mas Fulan telah meracuni keluargaku. Aku langsung pulang cepat. Sampai rumah usai Sholat asar ku panggil istriku. Ku critakan semuanya, bahwa rupanya si Fulan telah menjebak Ayah. Dan meracuni keluarga kita. Tanpa ku duga aku mendengar jawaban istriku yang luar biasa membuatku meneteskan airmata, Istriku berkata," Jangan khawatir Mas, amplop dan isinya yang sering Fulan kasih ke kita, belum Ibu buka sama sekali dan masih Ibu simpan dan kumpulin. Ya Allah....Allahu Akbar. Masya Allah aku menangis haru. Ternyata istriku tidak tergiur untuk buru-buru membuka isi amplop-amplop itu. Esok hari semua amplop yang masih utuh itu aku masukkan tas kresek lalu ku kembalikan kepada Mas Fulan temanku yang doyan. Dan segera ku menghadap personalia untuk mengajukan pensiun muda. Dengan resiko yang ku hadapi. Biarlah miskin harta asal kan Kaya harga diri dan Iman. Tapi ku yakin rizki Allah swt maha luas. Aku bergabung dengan teman2ku memajukan usaha sebagai konsultan pajak. Alhamduliillah hari berganti aku hidup bahagia. Demikian sekelumit crita dari temanku moga bermanfaat. Makasih.

Niat Haji Kandas Di Lokalisasi (Naudzubillah)

Usai sudah malam itu kami mendengarkan ceramah Agama dalam acara Walimatus Syafar, yang diadakan di rumah Bapak Fulan. Beliau sesuai sambutannya, hendak berangkat ke Tanah Suci guna naik haji. Kami para hadirin setelah mendengarkan ceramah tentang haji pada acara ini, dipersilahkan untuk memberikan ucapan selamat kepada tuan rumah sambil berjabat tangan bergiliran. Cukup panjang kami harus mengantri, karna para tamu sangat banyak yang hadir di bawah tenda. Mobil-mobil berderet di sepanjang jalan depan rumah Bapak Fulan. Maklumlah beliau seorang tokoh masyarakat yang cukup dikenal luas dari tingkat Rt hingga tingkat Propinsi. Beliau bertahun-tahun aktif sebagai salah seorang aktivis pengurus suatu Parpol. Setelah usai berjabatan tangan kami dipersilakan menyantap hidangan makan malam yang telah disediakan secara 'prasmanan. Wow cukup berdesak-desakan ngantrinya. Dan cukup lezat hidangannnya.

Bersama remaja-remaja Masjid aku menunggu hingga acara berakhir hingga larut malam. Karna masih banyak tamu yang datang sembari ngobrol lama dengan tuan rumah. Begitu tamu telah kembali pulang semua, maksud hati kami para remaja Masjid hendak membongkar tenda yang dipakai untuk acara ini, tapi karna sudah lewat tengah malam maka kami urungkan niat tsb. Usai sholat subuh ku ajak teman2 untuk membongkar tenda itu, tapi hanya sedikit yang merespon. Maka kami sepakat habis Zuhur tendanya baru dilepas. Unruk diketahui tendanya cukup besar dan luas merupakan inventaris Masjid kami. Mendekati sholat zuhur aku dikejutkan suara pengeras Masjid yang mengumumkan bahwa Bapak Fulan yang semalam baru saja mengadakan Walimatus Syafar di rumahnya, dan kami pun belum sempat melepas tenda yang terpasang di depan rumahnya, ternyata beliau telah Wafat. Inna Lillahi..... Maka akupun segera bergegas-gegas menuju rumah Bapak Fulan. Yang membuatku bertanya dalam hati kok ada mobil-mobil polisi yang terparkir di depan rumah beliau. Maka ku coba mendekat masuk kedalam rumah itu, suara tangisan anak istri almarhum yang kudengar. Sementara Bapak-bapak Polisi sedang berbicara serius dengan sanak keluarga Almarhum. Ada apa ini ? Semakin banyak para pelayat yang datang, tak lama mobil ambulance yang membawa jenazah Bapak Fualan pun tiba. Sontak anak istri beliau berhamburan keluar rumah menyongsong. Sambil menangis duka. Pilu di hati yang mendengarkannya. Menjelang keberangkatan jenazah menuju pemakaman usai di Sholatkan, aku baru mendapat jawabannya, mengapa para aparat Polisi datang ke rumah almarhum !? Oleh Imam Masjid aku dibisikkan sesuatu yang sangat mencengangkan. Astagfirullah Laa Haula Wa Laa Quwwata Illa Billah Tsumma Naudzubillahi Min Dzalika, Bahwa ternyata Almarhum menemui ajalnya setelah Kencan dengan seorang WTS langganannya di Lokalisasi. Berarti sebelum berangkat Haji sepertinya mau perpisahan dulu. Tapi keburu Malaikat Maut Datang mencabut Rohnya. Naudzubillah !!! Semoga menjadi "ibroh, ajal setiap saat bisa datang bahkan Tenda pun belum sempat kami lepas. Trimakasioh.