Sabtu, 08 Januari 2011

Presentasi Oh Presentasi


Pulang kerja ada rasa sebal di dada ini. Perhitungan lembur di slip gaji ternyata meleset dari perkiraanku.Padahal siang malam tanpa lelah berkerja.Apa boleh buat akupun harus memutar otak agar dapat uang tambahan demi biaya anak sekolah.

Baru separoh mimpi aku tertidur di sofa ruang tamu, tiba-tiba istri membangunkan. Katanya di rumah tetangga sebelah akan ada acara kumpul-kumpul warga. Arisankah ?

Bukan arisan tapi presentasi. Mbakyu Sugehwati terdengar suaranya sedang mengajak warga se Rt untuk ikutan acara itu. Nyesel jeng kalo nggak ikut. Jarang ada acara kayak gini. Mau kaya nggak ? Demikian suara Mbak Sugehwati terdengar dari dalam rumah, memotivasi para ibu tetangganya agar ikut serta.

Istriku juga tidak mau ketinggalan memotivasi diri ini yang sedari tadi duduk termangu sambil termenung lesu. Mama aja deh yang hadir kataku. Jangan dong Pa,,,biar kita sevisi maka harus hadir bersama pinta istriku.

Maka kami berdua akhirnya hadir di acara presentasi sebuah produk. Aku duduk paling depan di antara para hadirin. Istriku mendengarkan sambil menggendong anak.

Cukup lincah presenter ganteng ini dalam memainkan kata. Memilih kata dan kalimat yang membuat hati dan jantungku berdegub kencang, sebagai respon dari suntikan obor semangat yang terkandung dalam kalimat demi kalimat yang terucap. Tepuk tangan meriah sering terdengar pada acara presentasi ini. Pertanda semua hadirin larut nurut dalam buaian kata dan kalimat.

Setelah pembicara pertama kini tampillah pembicara kedua. Seorang cewek berparas ayu yang juga sangat lihai dalam berolah lidah. Mobil barunya yang terparkir di depan rumah Mbak Sugehwati sering menjadi sasaran tunjuk telunjuknya, sekedar memperlihatkan bukti kesuksesab menekuni usaha ini.

Papan tulis putih seakan menjadi sasaran lukisan angka-angka tentang gemerlap uang nan memukau dari goresan jemari lentik cewek ini. Kami para hadirin diam terkesima dalam dekap khayal dan angan masing-masing. Kapankah mimpi kaya akan datang jadi nyata ?

Kini dua tahun berlalu sudah, dan presentasi itu tinggal dalam benak memory. Uangku yang terpakai sebagai modal usaha sebagai tindak lanjut presentasi itu, sudah cukup lumayan besar. Namun antara harapan dan khayal serta cita-cita mimpi belum terwujud.

Kusadari dalam mengejar sebuah kesuksesan memang butuh waktu dan pastinya pengorbanan. Sabar dan doa adalah energi yang tak akan mati dalam menggelorakan semangat ikhtiar. Bukan kata-kata yang merasuk bagai pepesan kosong.

Semogalah diriku berserta istri dan juga dirimu kan terhindar dari nafsu buru-buru ingin kaya yang melupakan tahapan prosesnya.

Kamis, 06 Januari 2011

Makhluk Planet Itu Bernama 'Gayus'


Sebuah perkampungan dibuat geger akan tanda-tanda hadirnya makhluk dari planet lain. Betapa tidak ? Karena kehadiran makhluk planet itu membikin penduduk di perkampungan yang semula rajin berkerja, rajin sekolah, rajin usaha menjadi malas. Apa sebab ? Sebabnya makhluk planet itu menebar 'permen ajaib'. Yang dengan permen ajaib tersebut, seseorang bisa langsung kaya raya tanpa harus susah payah sekolah dan atau berkerja.

Tentu saja para kepala suku di perkampungan itu juga menjadi ingin mendapatkan 'permen ajaib' yang oleh makhluk planet tersebut tidak dibagi kesembarang orang melainkan orang yang dianggapnya bisa berkerjasama. Dari hari ke hari penduduk yang mendapat jatah permen ajaib dari makhluk planet jumlahnya sangat banyak, maklumlah siapa sih yang tidak ingin kaya dalam waktu cepat !?

Bagi rakyat kecil permen ajaib itu sekedar untuk membeli mobil, rumah berikut perabotannya, tapi bagi para kepala suku, permen ajaib sangat diperlukan untuk biaya pelestarian kekuasaannya. Maka siang malam di seluruh pelosok perkampungan, melakukan patroli siskamling serentak secara sukarela demi mendapatkan 'saweran' permen ajaib dari makhluk planet.

Anehnya, meski patroli sikamling telah dilakukan, namun makhluk planet ini sangat sulit tertangkap. Belakangan baru disadari, ternyata makhluk planet ini bisa berubah-rubah wajahnya. Bisa berubah seperti orang tua, anak muda,bahkan wanita.

Timbul rasa khawatir, bagaimana jika makhluk planet itu bisa berubah wajah menjadi sosok manusia dan lalu ikutan kontes pemilihan kepala suku !? Namun hanya sedikit penduduk kampung yang memiliki kesadaran semacam ini. Kebanyakan hanyut larut mabok 'permen ajaib'.

Permen ajaib andaikan saja aku memilikimu, tentu aku sudah kaya raya, punya rumah,punya mobil mungkin juga punya selir muda nan cantik. Dan akupun bisa ikutan kontes pemilihan kepala suku. Namun akupun takut dan cemas kalau-kalau permen ajaib itu bisa mendatangkan malapetaka.

Saat rasa cemas dan takutku memuncak, tiba-tiba terdengar azan subuh. Oh kiranya aku hanya bermimpi, setelah sebelum tidur terlalu fokus memperhatikan berita TV tentang Gayus si mafia pajak.

Senin, 03 Januari 2011

Goyang Hot Di Pesta Pernikahan


Pulang kerja aku dikejutkan dengan undangan pernikahan seorang tetangga. Undangan itu sengaja di letakkan istri di atas televisi agar sepulang kerja bisa langsung terlihat olehku.

Sebut saja tetanggaku itu bernama Haji Anyar. Sepekan lagi beliau akan menikahkan seorang putrinya. Tertulis dalam undangan acara resepsinya akan berlangsung dari jam 11.30 hingga selesai tepat di hari sabtu malam minggu.

Maka dua malam menjelang acara pesta pernikahan, sebuah panggung telah mulai dipasang. Kami para tetangga juga ikut membantu sekedarnya. Namun dapat kami perkirakan jumlah tamu yang di undang sudahlah pasti banyak.

Akhirnya hari H pun tiba. Bersama istri aku datang untuk 'kondangan' jam 8 malam selepas Isya. Diiringi alunan suara manja dari biduanita yang menyanyikan lagu slow pop yang romantis, kami para undangan mencicipi jamuan di pesta pernikahan itu, tentu setelah menjabat tangan kedua mempelai.

Tamu undangan yang berdatangan seakan tiada putus hentinya, inilah yang menyebabkan aku mengajak istri untuk segera pulang saja.
Sesampainya di rumah, rasanya suara musik hiburan di acara pernikahan itu makin malam makin terdengar semarak. Aku tak bisa membohongi diri sendiri untuk tidak melihat dari dekat kemeriahannya, karena di dalam rumahpun berisik.
Jam mendekati tengah malam, para biduan yang semula berbusana sopan berganti tampilan dengan busana aduhainya. Dan ini disesuaikan dengan jenis musik serta lagu yang dinyanyikan. Sebenarnya aku malu menceritakan di sini apa yang aku lihat, namun ini mesti kuungkap agar menjadi pelajaran positif bagi kita.

Ada dua orang penyanyi wanita muda yang tanpa risih dan malu bergoyang hot diiringi musik yang juga hot. Apa yang mereka peragakan hanya pantas dilakukan di dalam kamar tidur bersama suami. Namun malam itu mereka lakukan di atas panggung, yang sudah tentu membuat mata nakal lelaki nakal melihat tanpa berkedip. Astaghfirullah.

Semakin berani menggoyangkan badannya semakin banyak tamu undangan yang naik ke panggung untuk 'nyawer' uang. Mereka berdua malam itu memang mandi uang. Tidak terpikirkan mandi 'dosa'. Meski malam telah larut, tidak sedikit anak-anak di bawah umur yang melihat aksi sensual nakal mereka. Sungguh kasihan membayangkan apa yang dirasakan para pemuda pengangguran belum siap menikah yang malam itu turut melihat goyangan erotik.

Melalui tulisan sederhana ini aku hanya ingin berbagi rasa betapa kemungkaran terjadi justru di depan mata orang yang seharusnya mampu mencegahnya seperti pak Haji Anyar itu.

Keesokan harinya saat berjumpa di Masjid, pak Haji Anyar ada yang mengkritiknya. Namun dengan santai ia menjawab, itukan sudah lumrah. Masya Allah. Wallahu 'alam

Jumat, 31 Desember 2010

Di Pinggir Jalan Old And New


Malam pergantian tahun. Sebenarnya bagi orang desa sepertiku, tidak ada bedanya antara tahun lama dan tahun baru. Sejak kecil aku tidak pernah diajarkan orangtua untuk meniup terompet atau membakar ikan manakala pergantian tahun.

Namun sejak lima tahun merantau di Jakarta sebagai sopir, dan bergaul dengan masyarakat sekitar tempat tinggalku, akhirnya tanpa bisa menolak pada setiap pergantian tahun, akupun ikut-ikutan membakar ikan dan meniup terompet. Bahkan anakku yang masih berumur 4 tahun sudah mengoleksi sejumlah terompet.

Seusai sholat Isya, di lapangan kecil samping rumah, sudah berkumpul sejumlah orang tua dan mayoritas anak muda beserta anak kecil. Ada yang mempersiapkan pembakaran ikan. Adapula yang mempersiapkan sound system untuk karaoke maupun joget dangdutan. Untuk yang mencoba membawa 'miras' kami para warga sepakat untuk melarangnya.

Tetangga depan rumahku yang orang kaya tidak mau kalah heboh. Bersama anak istrinya malam ini mereka akan merayakan pergantian tahun di sebuah hotel berbintang. Maklumlah beliau seorang pengusaha. Yang mungkin akan dimanfaatkan untuk menambah relasinya.

Sementara asap pembakaran ikan mulai mengepul dengan pekatnya yang berpadu suara musik dangdut, hati ini serasa gelisah tidak tenang. Akupun segera pergi menyusuri jalanan Ibukota seorang diri bersama motor roda dua yang masih kredit. Mataku bagai kamera foto yang merekam tingkah polah anak manusia di jalanan malam tahun baru.

Sulit untuk menceritakan dengan lukisan kata-kata apa yang kulihat malam itu. Yang pastinya semua manusia larut dalam hura-hura atau hore-hore. Tua muda bagai mabok sesuatu. Orang sepertiku hanya mengelus dada melihat anak muda abg lain jenis berpacaran mesra. Mereka mungkin menyangka diri ini sebagai orang yang linglung karena tidak larut dalam suasana hura-hore. Aku hanya duduk di pinggir jalan sebuah taman yang dijadikan tempat hiburan ganti tahun.
Kusempatkan pula telingaku merekam percakapan para rakyat jelata, sambil melihat dari jauh acara di panggung hiburan. Bagi rakyat kelas bawah, pergantian tahun justru saat yang mendebarkan, karena sangat boleh jadi di tahun yang baru ini kebutuhan hidup akan semakin berat seiring naiknya harga barang kebutuhan (sembako).

Menjelang subuh akupun pulang ke rumah, subuh pertama di tahun baru. Tidak ada kesan dan makna yang kudapat kecuali capeknya mata merekam sejumlah kejadian yang tidak layak sejatinya dilakukan di saat pergantian tahun dimana usia bertambah namun jatah umur kian berkurang.

Seiring azan subuh akupun sholat berjama'ah di Masjid dekat rumah, hanya beberapa orang yang ikutan sholat. Yang lainnya mungkin sekali masih terlelap dalam tidur bersama rasa penat meniup terompet dan goyangannya.

Kamis, 30 Desember 2010

PSSI DAN FREEKICK NASIONALISMENYA


Saat tulisan ini dibuat, kejuaraan sepakbola memperebutkan Piala AFF Suzuki baru saja usai. Dan Indonesia(PSSI) menjadi runner upnya.

Selama kejuaraan ini berlangsung, fokus perhatian masyarakat Indonesia seakan tergiring dan tertuju kepada si kulit bundar yang dimainkan oleh Gonzales dkk. Peran mass media begitu jelas untuk mengarahkan perhatian kepada tim sepakbola Indonesia yang cukup mencengangkan dengan sejumlah kemenangan yang berhasil diraihnya dengan perolehan gol spektakuler selama kejuaraan AFF Cup.

Sepakbola adalah olah raga yang paling populer di tanah air kita. Namun belum pernah begitu menghebohkan seperti saat Gonzales dkk berlaga di AFF Cup ini. Lihatlah, PSSI bukan saja menjadi obrolan di warung kopi kelas bawah hingga di perkantoran elit, bahkan pedagang kaos di pasar-pasar juga turut menikamati, dengan laris manisnya kaos merah putih berlambang Garuda di dada.

Gonzales dan kawan-kawan yang menyuguhkan permainan indah walau belum berhasil menjadi juara, seakan embun penyejuk di tengah krisis prestasi olahraga khususnya sepakbola dan umumnya cabang olahraga lain yang cukup populer di Indonesia misalnya bulutangkis. Kecuali itu, PSSI laksana memberikan sebuah tendangan bebas (Free Kick) kepada elit bangsa dan seluruh rakyat Indonesia akan pentingnya memelihara rasa cinta tanah air/ Nasionalisme.

Indonesia sesungguhnya bangsa yang besar. Namun harkat martabat bangsa kita sering dinodai oleh ulah sementara oknum-oknum pejabat yang tidak jujur dan mengkhianati sumpah jabatannya dengan berKKN ria. Belum lagi dengan seringnya kita mendengar dianiya atau tewasnya para pahlawan devisa TKW/TKI di luar negeri. Tentu membuat sedih dan prihatin bagi kita yang masih memiliki jiwa kebangsaan yang tak akan tergadai dengan apapun.

Tentu kita akan merinding saat lagu Indonesia Raya dinyanyikan pada setiap pembukaaan pertandingan sepakbola. Mestinya hal yang sama akan membuat kita benci terhadap praktek-praktek KKN dan para pelaku yang sejatinya mengkhianati rakyat dan negara.

Akhirnya, melalui tulisan sederhana ini, aku ingin mengucapkan Selamat kepada Gonzales dkk meski belum berhasil juara, untuk meneruskan perjuangannya mengibarkan sang dwi warna merah putih ke ujung tiang tertinggi. Semoga masa depan prestasi PSSI lebih baik lagi. Bravo PSSIku.