Kamis, 18 November 2010

Binal Di Jalanan Nyawapun Melayang....


Namanya Mas Songong. Siapa yang tidak mengenalnya seorang pembalap tingkat komplek perumahan. Harus diakui ia memang trampil dalam mengendarai motor. Namun sayang nalurinya sebagai pembalap tidak tersalurkan. Sehingga karirnya sebagai pembalap terhenti hanya pada tingkat komplek perumahan.

Namun bagi Mas Songong, sudah cukup senang memeperoleh pujian cewek-cewek komplek yang bertepuk tangan setiap ia beraktraksi dengan mengangkat roda depan motornya. Hati Mas Songong makin membumbung tinggi manakala tepuk tangan penonton sangat meriah. Gaya atraksinya semakin atraktif.

Tentu kita akan turut bangga jika melihat generasi muda seperti Mas Songong memiliki ketrampilan tertentu seperti jago balap motor selama hal itu disalurkan pada tempatnya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Mas Songong adalah sosok preman tanggung produk keluarga yang jauh dari nilai ajaran agama.

Bersama konco gengnya, Mas Songong yang siswa sebuah SMU itu, hampir tiap malam selalu membuat gaduh dengan genjrang-genjreng gitarnya. Begitu pula suara knalpot motor yang brisik makin gaduh saja. Rt dan Rwe hanya sabar dan sabar tanpa pernah menegur karena Babenya Mas Songong adalah orang yang berlatar belakang mengerti soal keamanan.

Pendek kata bagi Mas Songong antara kebut-kebutan motor, mabok minuman keras, judi dan gitar adalah rangkaian rukun prinsip hidupnya. Warga hanya bisa berdoa kapankah semua ini kan berakhir. Mungkinkah Allah Swt memberi hidayah kepada Mas Songong ?

Malam menjelang aku tidur, tiba-tiba ada pengumuman di corong Masjid samping rumah. Ada pengumuman warga yang meninggal dunia. Ternyata Mas Songong telah berpulang. Setelah kecelakaan menabrak truk yang berhenti. Ia meninggal saat sedang mabok sambil ngebut. Naudzubillah.

Sejak ia meninggal tidak ada lagi bunyi knalpot brisik dan suara gitar bising ataupun suara gelak tawa beraroma alkohol yang biasa kami dengar di belakang pos Rwe. Jangan kau tanya betapa bersyukurnya warga komplek perumahan kami.

Semoga bermanfaat.

Jumat, 12 November 2010

Teladan Langka Dalam Kabut Hedonis


Sore itu aku duduk di teras rumah sambil menyeruput teh manis berikut pisang gorengnya, hasil karya istri tercinta. Maksudku mau ngobrol berdua istri. Tapi tiba-tiba aku dikejutkan oleh sebuah mobil sedan bagus yang berhenti tepat di depan pintu pagar. Ternyata sahabat lama teman kuliah dulu, ia bernama Mas Sajak e.

Luar biasa kesan dalam hatiku, masih muda namun sudah sekaya ini. Dua tahun lalu ia ke ke rumah naik sepeda motor tapi kini ia telah menjadi seorang usahawan sukses.

Penampilan Mas Sajak E luar biasa jauh beda dengan dua tahun lalu. Setelah jabat tangan penuh akrab kami pun mengobrol santai di teras rumah. Tak lupa istriku menghidangkan teh manis.

Mas Sajak E dalam obrolannya berkisah tentang kesuksesan usaha namun juga berkisah tentang kehancuran rumah tangganya. Kasihan betul kawan ini, gumamku dalam hati.

Usai ia berkisah tentang perjalan hidupnya, akupun mengajak Mas Sajak e pergi ke sebuah rumah besar, letaknya tidak jauh dari rumahku. Kami hanya jalan kaki santai sepuluh menit saja. Mulanya temanku ini tidak tahu untuk apa ia ku ajak ke rumah besar ini.

Di samping rumah besar ini ada Musholla bagus yang menyatu dengan bangunan rumah. Kami berdua duduk lesehan sambil memandang ke arah rumah besar.

Akupun mulai bercerita tentang Pak Haji Barokah. Ia dulu orang biasa. Bahkan dulu tergolong orang tidak mampu. Berbeda dengan kita yang mengeyam sekolah hingga perguruan tinggi. Demikian aku memulai memberi wejangan kepada Mas Sajak E. Namun berkat kegigihan usaha, bersama istrinya yang setia. Kini Pak Haji Barokah termasuk orang kaya yang terpandang dan disegani.

Dengan kekayaan yang ia miliki, tidak membuatnya lupa daratan hingga misalnya menambah nyonya. Walaupun ia sanggup untuk itu. Ia tidak lantas pula memperkaya diri sendiri dengan melupakan kondisi masyarakat sekeliling.

Yang ia lakukan adalah dengan membeli rumah besar ini, lalu ia mendirikan lembaga pendidikan dan ketrampilan. Semua peserta yang ikut dalam lembaga pendidikan ini tidak dikenai biaya. Dana operasional dan gaji tenaga pengajar menjadi tanggungan perusahaan Pak Haji Barokah. Bagi Pak Haji dan keluarganya, kebahagiaan tidak diukur dari harta melimpah yang lalu mencari kepuasan dengan harta itu. Tapi sudah menjadi prinsip hidupnya, kebahagiaan adalah ketika ia mampu berbagi kepada sesama.

Bukan hanya soal pendidikan yang menjadi fokus perhatiannya. Tapi juga soal ekonomi rakyat. Maka di sebelah depan rumah besar ini ada koperasi sekaligus sekolah Bisnisnya.

Mas Sajak E, hanya terdiam mendengar penjelasanku. Apa yang ia lakukan selama ini bertolak belakang dengan apa yang dilakukan oleh Pak Haji Barokah. Bagi Mas Sajak E, uang dan wanita juga harta adalah suatu dogma hidupnya yang sulit untuk ia kalahkan. Maka yang terjadi, meski ia kini kaya namun kebahagiaan tidak kunjung datang.

Menjelang Maghrib Mas Sajak E pamit pulang, katanya mau buru-buru ketemu kawannya. Kamipun lantas bersalaman.

Kamis, 11 November 2010

Diplomasi Bakso Dan Sate Yang Simpatik....


Alhamdulillah....Indonesia baru saja kedatangan tamu yang luar biasa. Bukan soal Amerika Serikatnya semata, tapi faktor pribadi sang tamu yang pernah merasakan 'sejuknya' alam Indonesia. Dia adalah Presiden Obama.

Begitu mendarat di Airport Halim Perdana Kusumah, jutaan pasang mata rakyat Indonesia ingin melihat sosok Obama meski lewat Televisi atau internet. Banyak juga yang melihat dan menyambutnya di pinggir jalan yang dilalui rombongan meski saat itu hujan.

Sejak masa kampanye pemilihan Presiden Amerika Serikat, penulis melihat sosok Obama memiliki kepribadian yang berbeda dari Presiden sebelumnya. Wajah dan senyumnya lebih bersahabat dan agaknya lebih bisa menerima perbedaan pendapat. Pastinya kultur pendidikan keluarga yang mengasuh Obama sangat mempengaruhi kepribadiannya. Sehingga sosoknya jauh dari kesan angkuh dan sombong.

Dan kita rakyat Indonesia telah melihat bagaimana Sang Presiden 'anak menteng dalam' ini berdiplomasi. Obama datang ke Indonesia disambut laksana bagian dari 'keluarga' bangsa Indonesia. Meskipun kita tahu diri untuk tidak banyak berharap kepentingan Indonesia akan diperjuangkannya.

Dalam pandangan penulis yang seorang muslim, sikap penyambutan terhadap Obama cukup bagus. Islam mengajarkan untuk menghormati tamu dan memberi kasih sayang terhadap semua insan. Apapun latar belakang keyakinannya. Dan yang perlu disyukuri pula, bahwa soal tanah suci Palestina juga diangkat dalam pembicaraan tingkat tinggi antara Presiden Obama dan Presiden SBY. Memang kita belum puas terhadap berbagai kebijakan Amerika terhadap dunia Islam, namun kita mesti yakin, bahwa Obama hadir sebagai Presiden Amerika merupakan bagian dari skenario sang Khaliq.

Dari sudut kepentingan ummat Islam di Amerika, sudah tentu sosok Obama bagaikan pohon rindang tempat sejuk untuk berteduh di saat siang yang terik.

Meski sangat singkat kunjungan Barrack Hussein Obama ke Indonesia telah berhasil membangun citra positif bagi Amerika maupun Islam. Semuanya tergantung dari The Man Behind The Gun. Indonesia sebagai negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia adalah model suatu negara yang majemuk penduduknya namun dapat hidup berdampingan secara damai tetapi tetap dinamis.

Akhirnya melalui tulisan sederhana ini, sekali lagi aku ingin mengucapkan selamat kepada rakyat Amerika khususnya warga muslimnya, karena memiliki sosok Presiden seperti Obama.

Cita rasa Bakso dan sate begitu melekat dalam diri Sang Presiden sebagaimana kesejukan alam Indonesia yang nyaman dan bersahabat kepada siapa saja.

Trimakasih.

Selasa, 09 November 2010

Alzheimer Alias Pikun


Dementia Alzheimer/Pikun adalah salah satu bentuk dimensia akibat degenerasi otak yang paling sering ditemukan dan paling ditakuti. Ditemukan oleh Dr.Alois Alzheimer.

Pikun adalah penyakit bukan perjalanan usia tua yang normal. Penyakit ini merupakan masalah dunia. sering menyerang mereka yang berusia lima puluh tahun atau lebih, namun tidak menutup kemungkinan dapat terjadi pula pada mereka yang berusia empat puluh tahun.

Saat ini 4,5 juta orang Amerika menderita penyakit Alzheimer. Mereka memperkirakan pada tahun 2050 akan berkembang mencapai 16 juta orang. Penyebab kematian kedua pada usia dewasa di negara yang sama setelah penyakit kanker. Lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan pria.

Kejadian kepikunan atau demensia tidak diinginkan oleh setiap individu. Sebab selain tidak mampu untuk merawat diri sendiri, penyandang demensia bisa menimbulkan beban emosional (stress0 anggota keluarga jika mereka tidak paham bahwa itu adalah problem prilaku yang timbul akibat demensia. Selain itu juga dapat menimbulkan beban ekonomi anggota keluarga.

Siapa saja yang bisa terkena penyakit ini ?

A. Latar belakang keluarga ada yang menyandang penyakit demensia Alzheimer.
B. Latar belakang keluarga ada yang menyandang penyakit Parkinson.
C. Latar belakang keluarga ada yang menderita sindroma Down
D. Riwayat Cedera kepala berat.
E. Tingkat pendidikan rendah.
F. Penyakit kelenjar tiroid/ gondok
G. penyakit diabetes melitus/ kencing manis
I. Penyakit stroke.
J. Penyakit hipertensi.

Ada sepuluh gejala penyakit ini :

1. Gangguan daya ingat yang mempengaruhi ketrampilan pekerjaan.
2. Kesulitan melakukan tugas yang biasa dilakukan.
3. Kesulitan berbicara bahasa.
4. Gangguan pengenalan waktu dan tempat.
5. Kesulitan mengambil keputusan yang tepat.
6. Kesulitan berpikir abstrak
7. Salah meletakkan barang
8. Perubahan mood/ alam perasaan dan tingkah laku.
9. Perubahan tingkah laku.
10. Kehilangan inisiatif.

Demikian sedikit tentang Alzheimer semoga bermanfaat.

Senin, 08 November 2010

Ikrar Suci Bangsa Kita


Pagi itu aku datang ke sekolah anak yang dulu juga sekolahku. Bertahun lamanya tidak ke sekolah ini. Biasanya istriku yang selalu mengambil rapor anak. Tapi pagi itu akulah yang mengambil rapornya. Kesempatan ini akan aku gunakan untuk bersilaturrahim dengan bapak ibu guruku yang mungkin masih mengajar di sekolah ini.

Rupanya sebagian besar para guru yang mengajar di sekolah ini adalah guru baru. Termasuk wali kelas anakku. Sehingga sulit menjumpai guru lama yang mungkin guruku dulu.

Usai menerima rapor, akupun bergegas pulang. Namun di parkiran motor, mata ini dari kejauhan melihat sosok tua yang sedang memarkirkan motornya. Memoryku segera ingat beliau adalah Pak guru sejarah. Apa mungkin dia masih mengenalku ? dalam hati aku bertanya sendiri.

Segera saja aku menghampirinya, rupanya beliau masih sangat mengenaliku. Kamipun berpelukan melepas rindu. Maklumlah sudah lebih duapuluh tahun tidak berjumpa. Segera saja Pak guru sejarah ini aku ajak mengobrol di kantin sekolah. sambil menikmati hidangan yang ada.

Mulanya kami berdua saling menanyakan kabar masing-masing. Kemudian pembicaraan berkembang kepada keadaan bangsa dan negara ini. Termasuk perangai ketidakjujuran para oknum elit bangsa ini. Juga berbagai macam bencana alam yang menimpa bangsa ini.

Menurut Pak guru sejarah ini, bangsa kita telah lupa dengan ikrar suci yang itu merupakan kalimat keramat yang memiliki konskwensi yang dalam. Kalimat yang beliau maksudkan adalah kalimat dalam pembukaan undang-undang dasar negara Republik Indonesia. Yang sampai kapanpun selama negara ini ada, kalimat pembukaan itu tidak boleh sedikitpun berubah.

"Atas Berkat Rahmat Allah Yang Maha Kuasa....." adalah kalimat ikrar suci bangsa kita yang sesungguhnya memiliki implikasi bahwa bangsa ini mesti dan wajib mensyukuri nikamat kemerdekaan yang merupakan Rahmat pemberian Allah Swt. Tentu mensyukuri atau bersyukur maksudnya mentaati secara sungguh-sungguh apapun perintah dari Allah Swt. Apapun agama atau keyakinan seorang Indonesianis, ia harus mematuhi dan mentaati ajaran agama atau keyakinan yang dianutnya.

Sebab menurut Pak guru sejarah ini, para bapak kita "The Founding Fathers" adalah orang yang sangat religius. Mereka sadar betul tanpa Rahmat Kasih Sayang dari Yang Maha Kuasa, sulit bagi kita untuk merdeka. Dan tidak ada satupun agama di Republik ini yang mengizinkan praktek asusila, seperti KKN atau perangai menipu rakyat.

Kiranya Pak guru sejarahku, menangkap suatu hikmah di balik tragedi bencana alam bertubi-tubi yang dialami bangsa kita.

Sebelum mengakhiri wejangannya Pak guru sejarah ini, mengulangi kata-katanya bahwa selama kita lupa atau melupakan ikrar suci kemerdekaan, maka keberkahan hidup dan rejeki tidak akan kita rasakan di negeri ini. Maka beliau mewanti-wanti aku agar tidak termasuk mereka yang memperkaya diri sendiri dengan cara menipu rakyat.

Tak terasa obrolan kami sudah cukup lama, akupun mohon pamit karena hendak berangkat ke kantor, tak lupa aku mencium tangan beliau yang telah sepuh. Aku tak kuasa menahan air mata haru.

Beliau melambaikan tangannya saat motor yang aku naiki beranjak dari sekolah itu.

Moga bermanfaat !