Jumat, 08 Oktober 2010

Biarkan Daku Ikut Penyair Gila


Peluh keringat masih mengucur deras di sekujur tubuhku, tak terasa malam akan menjelang. Entah sampai kapan diri ini menjalani nasib sebagai budak yang selalu dipaksa kerja bagai kuda.

Majikanku orangnya kaya raya dan berdarah bangsawan. Selain aku masih puluhan budak lain yang ia miliki. Tanpa bermaksud memuji diri sendiri, nampaknya aku yang menjadi tangan kanannya. Tidak ada yang istimewa dalam diri ini, selain postur tinggi besar dan tenaga yang lumayan kuat, mungkin kemampuan otakku yang cepat memahami apa yang majikan perintahkan. Inilah yang nampaknya menjadi pertimbangan majikan selalu mempercayaiku.

Bosan dan bosan inilah yang aku rasakan. Rasanya ingin lari saja, tapi akupun takut resikonya. Sebab bila tertangkap pastilah aku disiksa. Tapi bila jalan hidup ini terus aku jalani, rasanya tak kuat lagi. Aku merasa tercipta sebagai manusia dan bukan binatang tapi manjikanku sering berbuat sewenang-wenang.

Malam ini harus cepat tidur. Karena lewat tengah malam nanti harus ke rumah seorang sahabatku. Namanya Bilal, sama seperti diri ini, ia dulu juga seorang budak. Dan belum lama ia dimerdekakan. Aku ingin tahu lebih lanjut tentang suara dari langit. Yang konon sering didengar dan diterima oleh seseorang yang mengaku dirinya Nabi. Untuk itulah aku ingin tahu siapa dan apa yang diajarkannya. Sedang Bilal katanya sudah menjadi pengikutnya. Maka aku jadi sangat ingin tahu, dan kalau ajarannya bagus tentu aku mau juga ikut.

Tapi akhir-akhir ini banyak orang di kota Mekkah yang diam-diam membicarakan suara dari langit itu. Pernah majikanku berkata kepada temannya sesama orang kaya dan bangsawan Mekkah, agar tidak mempercayai penyair gila itu.
Tekadku sudah bulat, aku ingin tahu dari Bilal, siapa dan apa yang diajarkannya. Mumpung majikan sudah tertidur lelap, dan teman-teman budak juga sudah tidur, dengan mengendap-ngendap aku pergi ke rumah Bilal. Dan Sebelum ayam jago berkokok aku sudah harus ada di rumah ini kembali.
Ternyata orang itu bernama Muhammad. Aku baru tahu dari Bilal. selama ini yang sering aku dengar orang mengolok-oloknya dengan sebutan penyair gila.
Masih jelas apa yang diceritakan Bilal kepadaku. Bahwa semua manusia derajatnya sama. Tidak ada bangsawan tidak ada budak, tidak ada bedanya kaya dan miskin. yang mebedakannya hanyalah Taqwanya saja. Dan pencipta alam semesta ini adalah Allah yang Maha Esa. Sementara arca-arca berhala itu bukan apa-apa dan harus dijauhi.
Oleh Bilal aku diajaknya ikut rombongan Muhammad yang hendak pindah ke kota Madinah. Hanya satu jalan bila aku memang jadi mau ikut mereka. Aku harus kabur dari majikanku. Maka sebelum pergi, aku tinggalkan pesan yang tertulis di atas kulit. Pesan kepada majikanku singkat, biarkan aku ikut penyair gila.

Kamis, 07 Oktober 2010

Makna Modern


Di sebuah pulau terpencil di lautan Karibia Amerika latin. Seorang pemuda desa bernama Gumun. Ia anak desa yang hidup di tengah lebatnya hutan. Pekerjaannya hanyalah berburu dan berkebun.

Sebagaimana penduduk desa yang taraf hidupnya sangat terbelakang dan primitif. Ia akan sangat terpukau melihat orang asing yang datang. Biasanya para turis yang hendak berlibur dan berjemur menikmati indahnya panorama pasir putih dan gelombang air laut untuk bersilancar.

Meski pulau tempat tinggal Gumun adalah pulau yang indah namun sangat jarang turis yang datang berlibur ke sana. Maklumlah lokasinya sangat jauh dari daratan. Kecuali para turis, yang datang ke pulau itu adalah para ilmuwan yang hendak riset tentang budaya dan kandungan alam yang terdapat di pulau itu.

Untuk melihat dunia luar melalui televisi haruslah melalui televisi satelit yang terdapat di kantor perwakilan sebuah lembaga riset. Maka tiap malam, Si Gumun dan warga desa banyak yang menonton televisi di kantor itu.

Rasa penasaran dan mimpi untuk bisa melihat dari dekat berbagai keindahan kota besar dan modern yang ditampilkan dalam layar Tv, membuat Gumun berkhayal kapan suatu ketika bisa pergi ke kota besar yang paling dekat dengan pulau itu yang jaraknya bila naik kapal laut harus menempuh perjalanan 2 malam.

Hasrat ingin tahu kehidupan modern di kota besar Gumun sampaikan ke salah seorang ilmuwan peneliti yang telah akrab dengannya. Bernama Prof, Encher. Beruntung sang profesor baik hati karena juga ingin memperkenalkan contoh penduduk asli kepada para mahasiswanya tempat Profesor Encher mengajar di sebuah Universitas di kota besar yang terdapat di negara wilayah pulau itu berada.

Maka Profesor Encher dengan semangatnya mengajak Gumun pergi ke kota besar, untuk memenuhi rasa ingin tahu Gumun tentang makna modern.
Sesampainya di kota besar itu, Gumun sangat terpesona melihat ribuan mobil lalu lalang hilir mudik. ada yang di bawah ada yang di atas. Ada yang di samping. Begitupula saat malam tiba. Lampu kota yang temaram mebuat mata Gumun sulit berkedip,
apalagi melihat gadis-gadis kota yang hilir mudik membuat nafsu normalnya bergairah.

Gumun bertanya pada Profesor Encher. Apakah ini yang namanya modern ? Sang profesor berkata bukan ini yang ia ingin perlihatkan kepada Gumun. Ada sesuatu yang ia ingin perlihatkan kepada Gumun. membuat hati gumun makin penasaran saja dibuatnya.

Profesor dan Gumun akhirnya masuk ke sebuah Night Club yang ada di kota besar itu. Dan suasana Night Club yang bergemuruh dengan alunan musik yang menghentak-hentak disertai tata lampu yang gemerlap, dan banyak manusia yang bergoyang meliuk-liuk membuat Gumun berbisik dan bertanya lagi, apa ini yang akan diperlihatkan oleh Profesor Encher ? Bukan, sabar nanti jam 12 malam kamu akan melihat sesuatu yang seru.

Rasa penasaran Gumun makin menjadi-jadi, tak sabar menanti., jam 12 malam tiba.
Dan tepat jam 12 malam tiba-tiba ruangan dalam Night Club lampunya padam. Musik pun berganti musik lembut memanja. Tidak lama kemudian, lampu hanya menyorot tubuh wanita yang berdiri di atas panggung pertunjukan. Dengan diiringi musik lembut yang makin keras, wanita yang semula berpakaian sopan ini lambat laun menanggalkan pakaiannya satu persatu hingga polos bugil.

Tepuk tangan sorak-sorai menyambut atraksi ini. Tapi anehnya Gumun biasa saja. Tidak menunjukkan reaksi sebagaimana orang yang melihat pertunjukan itu.
Profesor Encher tidak dapat menutupi keheranannya atas reaksi Gumun yang dingin saja. Kenapa kamu ? Kok diam saja ? Ini yang namanya modern....ini yang namanya hidup di kota megapolitan. Begitu profesor Encher berkata kepada Gumun.
Dengan entengnya Gumun berkata lirih kepada Profesor, bahwa apa yang ia saksikan barusan bukanlah sesuatu yang aneh baginya. Karena pemandangan serupa hampir tiap hari ia saksikan di pulau terpencil dan primitif tempat ia tinggal sejak lahir.
Demikian sekelumit cerita tentang orang yang mencari makna modern. Kita jangan salah menilai arti modern. Modern bukan kumpul kebo, bukan minuman keras, modern bukan telanjang. Kehidupan modern kiranya manusia menemukan jati dirinya yang sejati sebagi makhluk Allah swt yang beradab dan berakhlaq mulia. Wallahu 'alam

Rabu, 06 Oktober 2010

Kemiskinan Lahir Bathin


Maksud hatiku ingin melihat dan memperhatikan acara berita di televisi, sambil minum kopi pagi.Namun tiba-tiba handphone di kantong baju berbunyi. Ternyata ada permintaan ambulan untuk mengangkut jenazah.

Pekerjaan sebagai sopir ambulan membuat diriku mendapat banyak pengalaman. Salah satunya yang hendak aku ceritakan kepadamu.

Di daerah pemukiman padat dan kumuh serta miskin. Amubulan yang aku setir berhenti karena ada jenasah yang perlu diangkut.

Daerah yang kumuh dan miskin yang kumaksud lokasinya di utara kota Jakarta. Daerah ini terkenal dengan praktek prostitusi kelas bawah. Ditambah dengan jual beli narkotika dan obat terlarang juga minuman keras. Maka tak heran bila di daerah ini angka terjadinya kriminalitas atau tindak kejahatan sangatlah tinggi.

Bila waktu sholat tiba, azan dari Masjid atu Mushola bersahutan di daerah ini.
Tapi faktanya hanya sedikit orang yang mau melangkahkan kakinya ke Masjid atau Mushola. Kebanyakan mereka terus sibuk dengan urusannya. Bagi mereka mencari makan jauh lebih diutamakan. Agama hanya di pandang urusan orang tua yang mau mati.

Demikian keadaaan daerah itu yang sedikit dapat aku lukiskan. Sementara menunggu jenasah di masukkan ke dalam ambulan. Mataku terus mangamati dan mencari tahu segala informasi di daerah ini. Diam-diam akupun bertanya siapa yang meninggal dan apa sebabnya ? Selidik punya selidik ternyata yang meninggal adalah anak muda yang over dosis karena mengkonsumsi obat-obat terlarang. Yang sedihnya lagi, setahun yang lalu kakaknya juga tewas karena kasus yang hampir sama. Tewas karena mabok minuman keras setelah sepeda motor yang ia naiki bersama wanita malam menabrak tembok jembatan hingga kepalanya terbentur dan retak.

Beginilah sekelumit gambaran akibat kemiskinan lahir bathin. Secara materi lemah secara spritual juga miskin.
Dalam realita kehidupan, kemiskinan terbagi dua. Ada miskin struktural ada pula miskin kultural. Boleh jadi kita miskin secara ekonomi urusan perut tapi jangan sampai miskin intelektualitas di otak apalagi jangan sampai miskin keimanan di dada.
Semoga tulisan sederhana ini mampu mengingatkan diri kita agar memperkaya wawasan keimananan ataupun spiritualitas kita. Semoga

Selasa, 05 Oktober 2010

Metafora Petani dan Ladang Sawahnya


Sebagai guru Agama yang di tempatkan di daerah terpencil, membuat diriku harus mampu beradaptasi dengan masyarakat setempat. Segala kebiasaan mereka aku amati dan pelajari. Kendati mereka umumnya beragama Islam, namun banyak yang tidak memahami ajaran Islam dengan benar. Bahkan kepercayaan nenek moyang yang tersisa masih kuat melekat.

Dari mana harus memulainya ? Setelah jam sekolah aku memberi pelajaran tambahan berupa bimbingan belajar membaca Al-qur'an. Kesabaran adalah kunci keberhasilan. Dari limapuluh siswa putra/putri yang awalnya ikut, lama kelamaan terus menyusut hingga hanya sepuluh atau lima belas orang saja. Tentu dengan berbagai macam alasan mengapa mereka tidak ikut.

Selain di sekolah akupun terus mencoba mengadakan pendekatan kepada warga masyarakat sekeliling rumah. Untuk menawarkan diri secara halus membimbing mereka dalam belajar Agama. Semua yang kulakukan hanya berdasar keikhlasan tanpa mengharap imbalan materi. Kepedulian adalah kata yang tepat, mengingat meski mereka secara de facto muslim namun secara kualitas masih jauh dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Kecuali buta huruf alqur'an, tidak sedikit mereka yang belum mengerti tentang masalah bersuci (thoharoh). Belum mengerti pula bagaimana gerakan sholat yang sesuai dengan sunnah Rosul saw. Maka meski aku sudah lelah mengajar dari pagi hingga siang di sekolah. Habis ashar hingga malam, akupun keliling kampung mengajar dari rumah ke ruimah. Dari hari ke hari makin banyak saja mereka yang ingin belajar Islam. Adalah kepuasan bathin yang tak terhingga yang kurasakan saat semua muridku yang terdiri dari siswa SMP hingga SMA sampai para ibu dan bapak, aku kumpulkan dalam acara menyambut bulan Ramadhan. Tetes air mata haru bahagia.

Apa yang kulakukan hanyalah mencoba mewujudkan filosofi dan perumpamaan bahwa sosok guru agama atau da'i laksana Petani yang mesti sabar dan rajin mengolah serta memelihara sawah ladangnya. Yang dalam hal ini para murid atau obyek da'wah laksana sawah ladang itu.
Prinsip ajaran inilah yang selalu mengiringi setiap aku melangkah mengajarkan agama.Maka dalam mengajarkan Islam, para murid selain menganggapku sebagai guru agama juga sebagai orang tua atau kakak yang bisa diajak konsultasi masalah pribadi. Dan akupun sangat terbuka untuk mendengar sekaligus mencarikan solusi bagi masalah yang mereka hadapi.
Demikian sekelumit pegalaman yang dapat aku kisahkan kepadamu, mari kita berbuat sesuatu yang terbaik buat Islam sesuai kemampuan yang kita miliki. Sabar dan ikhlas adalah kunci sukses perjuangan tanpa pamrih materi. Insya allah.

Senin, 04 Oktober 2010

Khasiat Yang Terpendam


Kaum imperialis yang menjajah negeri-negeri Islam berhasil menanamkan pandangan negatif terhadap Islam kepada rakyat negeri yang dijajah. Islam dipandang sebagai Agama kaum miskin dan terbelakang dsb. Bila yang menilai negatif mereka yang bukan penganut Islam adalah hal yang masuk akal, tapi yang kita sesalkan mereka yang mengaku sebagai seorang muslim turut membenci atau apriori terhadap Islam.
Hal ini disebabkan pemahaman yang keliru. Padahal Islam agama yang ajarannya sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kebaikan universal termasuk soal kesehatan.

Islam mengajarkan konsep kesehatan berupa ajaran tentang Puasa. Sesungguhnya kaum muslim diajarkan untuk tidak makan kecuali bila lapar, dan berhenti sebelum kenyang. Kecuali itu Islam juga mengajarkan tentang pemeliharaan kesehatan dengan cara pengambilan darah kotor (BEKAM) dan minuman kesehatan yang direfensikan langsung oleh Nabi Muhammad SAW, yaitu Habbatussaudah.

Lebih baik mencegah daripada mengobati. Kehidupan masa kini yang sangat dinamis menyebabkan kita berpikir praktis mencari sesuatu dengan mudah. Termasuk soal makanan.
Asalkan ada uang soal makanan mudah diperoleh langsung beli. Namun harus disadari, banyak pedagang makanan hanya mencari untung tanpa memperhatikan sisi terjaminnya kesehatan terhadap makanan yang mereka jual. Misalnya kualitas minyak goreng yang digunakan berkali-kali untuk menggoreng tahu, tempe atau ikan.

Selain itu, tingkat persaingan hidup dan kompetisi kerja sering membuat tenaga dan daya fikir manusia yang hidup di perkotaan terkuras habis yang membuat mereka terkena darah tinggi, sakit maag dsb.

Berangkat kerja pagi buta dan pulang malam hari. Di sepanjang jalan menemui kemacetan. Ketika tiba di rumah, nonton sinetron yang menyuguhkan cerita kekerasan dalam rumah tangga. Ditambah suara anak sendiri yang berteriak-teriak menangis rebutan mainan dengan kakak atau adiknya, makin menambah kalut jiwa dan fikiran.

Begitulah kehidupan di perkotaan yang membuat kita harus pintar menjaga kesehatan jiwa dan raga keluarga. Yang terbaik adalah mencegah daripada mengobati.
Maka melalui tulisan sederhana ini, aku mengajak dirimu untuk mengkonsumsi Habbatussauda karena khasiatnya berguna untuk pencegahan dan penyembuhan darah tinggi, diabetes, peningkatan daya tahan tubuh dsb. Dan rajinlah berpuasa sunnah serta secara periodik berbekam. Akan sangat bagus bila kita juga rajin olah raga seperti jogging atau renang.