Senin, 30 Agustus 2010

Besok Apa Makan ???


Bulan Ramadhan memiliki kandungan hikmah yang sangat banyak. Salah satu hikmahnya mendidik kita memiliki rasa kepedulian sosial.

Ibadah yang start dan finishnya serentak adalah puasa. Begitu masuk waktu imsak atau subuh semua kaum muslimin yang tinggal di wilayah zona waktu yang sama serentak berhenti melakukan kegiatan yang dapat membatalkan ibadah puasa. Dan ketika maghrib tiba serentak semua berbuka untuk mengakhiri pelaksanaan ibadah puasa pada hari itu.

Ini mengandung nilai filosofis bahwa manusia apapun status sosialnya hendaknya membangun rasa kebersamaan dan persaudaraan dengan sesama.
Dalam Islam rasa kepeduliaan sosial bukan teori atau sebatas wacana dan retorika, melainkan diwujudkan dalam perbuatan nyata atau langsung dipraktekkan.


Sebentar lagi kaum muslimin akan merayakan hari kemenangannya setelah selama sebulan berhasil mengalahkan dan mengendalikan hawa nafsu. Saat tulisan ini di buat Idul Fitri tinggal 11 hari lagi. Dalam makna idul fitri, secara ringkas berarti manusia telah menemukan jati dirinya yang asli yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah Swt yang paling mulia. Yang dapat mengendalikan hawa nafsu negatifnya. sekaligus pula ia seakan terlahir kembali sebagai makhluk yang masih suci tanpa dosa yang itu berarti mampu menyingkirkan egoisme, atau rasa menang sendiri yang membawa dampak memiliki rasa kepedulian sosial.

Indonesia di karuniakan Allah Swt kekayaan alam yang melimpah. Namun sayang realita menunjukkan betapa bangsa ini masih banyak yang hidup menderita. Banyak pula yang terpaksa mencari uang jauh ke luar negeri. Meninggalkan keluarga tercinta, ada yang berhasil banyak pula yang pulang nama atau tewas. Bahkan banyak pula yang terlunta-lunta di negeri orang.

Prihatin sedih tak dapat dilukiskan dengan kata, ketika negara tetangga kita Malaysia begitu arogan dan sombong menghina bangsa kita. Tapi di sisi lain mestinya hal ini menjadi bahan perenungan bahwa bangsa Indonesia masih teramat jauh dari cita-cita kemerdekaannya untuk mencapai masyarakat adil makmur.


Jika memang Indonesia kaya, rakyatnya tidak akan bersusah payah cari makan di negeri orang. Jika Indonesia subur makmur tidak akan ada rakyatnya yang disiksa di negeri orang, jika memang negeri kita laksana kolam susu tak akan ada rakyatnya yang pulang nama dari negeri orang. Dan jika keadilan kesejahteraan telah terwujud tidak akan ada rakyat Indonesia yang tinggal di bawah jembatan atau pemukiman kumuh.

Melalui tulisan sederhana ini aku hanya bisa mengajak pembaca untuk ikut mencermati dan mencoba memikirkan keadaan di negeri kita tercinta.
Dengan momentum Ramadhan mari kita jadikan sebagai sarana untuk membangun rasa empati kepada sesama. Bukankah masih teramat banyak rakyat jelata kita yang hidup miskin. Hidup di bawah atap langit. Dan mereka selalu di liputi persoalan yang selalu menghantuinya yaitu pertanyaan, besok apa makan ????

Sabtu, 28 Agustus 2010

Ayo Mudiiiiik !!!!


Sebentar lagi kita akan menyaksikan jutaan penduduk perkotaan akan kembali ke daerah asalnya masing-masing. Peristiwa ini biasa terjadi menjelang hari raya Idul Fitri.
Dengan suasana hati gembira mereka akan bersilaturrahim dan temu rindu dengan orang tua dan sanak saudara di desa. Tentu tak lupa mereka membawa oleh-oleh.
Dan jalanan menuju ke arah kampung mereka akan macet atau padat merayap.
Kemacetan yang menimbulkan kelelahan itu serasa nikmat. Karena rasa rindu yang mengharu biru kepada kampung halaman. Berbagai resiko selama di perjalanan tidak terlalu dihiraukan yang penting bisa segera sampai di kampung.

Dari sisi negatifnya budaya mudik ini dapat dijadikan ajang 'pamer' kekayaan. Meski ini boleh saja, tapi akan berakibat makin banyaknya para pendatang dalam gelombang urbanisasi.


Kehidupan perkotaan yang seakan menjanjikan 'angin sorga' banyak menghipnotis pemuda-pemudi desa untuk berangkat merantau ke kota-kota besar. Yang jika tanpa dibarengi dengan ktrampilan dan keahlian individu justru membuat mereka akan terlunta-lunta tak menentu hidup di kota.

Tradisi pulang kampung sesungguhnya bisa menjadi sarana untuk menceritakan kesuksesan perjuangan hidup di kota, bila dalam bercerita soal ini tidak disertai sesuatu yang fantastik dalam meraih kesuksesan. Semuanya mesti melalui tahap perjuangan.

Banyak pihak yang akan mengambil manfaat dari tradisi pulang kampung ini. dari para pebisnis hingga penjahat pun bergerntayangan untuk mengambil kesempatan dalam kesempitan. Menjaga kewaspadaan selama dalam perjalanan adalah kiat untuk menghindari terjadinya sesuatu yang tidak kita inginkan.

Ibadah sholat bagi musafir adalah sesuatu yang tetap harus dikerjakan, sayangnya ini banyak ditinggalkan oleh kaum muslimin. Islam memberi kemudahan dalam pelaksanaan sholat selama di perjalanan. Hanya sedikit yang faham tentang hal ini.

Begitu bersemangatnya hasrat untuk pulang kampung secara murah dan aman dan aman tak ayal tiket kereta api telah ludes jauh-jauh hari. Dan mereka rela berjejal-jejal dan berhimpitan manakala gerbong kereta penuh. Luar biasa sekali.


Di balik tradisi mudik ini terdapat kandungan filosofinya. Bahwa sebagai makhluk Allah swt kitapun suatu saat akan pulang kampung yang sebenarnya. Yaitu kampung akherat. Alangkah bersyukur dan bahagianya ketika kita pulang ke akherat membawa oleh-oleh amal kebajikan yang sangat banyak. Bekal taqwa adalah bekal utama ketika kita mudik nanti. Bila bekal taqwa ini cukup bahkan lebih insya Allah kita akan lancar dalam perjalanan. Laksana orang kaya pulang kampung tidak akan berdesakan di gerbong kereta api ekonomi yang pesing. Dia tidak naik mobil ke kampungnya. Karna mobil semahal dan sebagus apapun akan mengalami hal yang sama dengan mobil lainnya bila mengalami kemacetan parah di jalan. Melainkan memakai pesawat terbang nan nyaman.

Akhirnya melalui tulisan sederhana ini aku hanya berpesan kepadamu, agar berhati-hati di jalan. Tetap waspada dalam menjaga keselamatan pribadi, anak dan istri juga barang bawaannya. Teriring ucapan Selamat Merayakan Hari Raya Idul Fitri Mohon Maaf Lahir Bathin Dan Salam Hangat Buat Handai Taulan Di Kampung Halaman. Moga Allah Swt Melindungi Kita Dalam Perjalanan Amiiiin

Selasa, 24 Agustus 2010

Meneropong Isi Hati Obama


Saat tulisan ini dibuat, perhatian dunia sedang tertuju ke arah kebijakan Presiden Amerika Barack Hussein Obama. Kebijakan yang menimbulkan sikap pro dan kontra dikalangan warga negara Amerika Serikat.
Kebijakan MR Obama mengizinkan pembangunan Islamic Culture Centre di bekas lokasi tragedi WTC, menarik untuk dicermati.

Ketika masa kampanye pemilihan Presiden Amerika, Bapak Obama menyampaikan visi untuk merubah pola kebijakan negaranya terhadap dunia Islam. Dan seperti kita lihat, kini Obama telah dan sedang serta akan memulai hal itu.
Tentu bagi kita ummat Islam yang tinggal bukan di wilayah Amerika tidak akan buru-buru angkat topi terhadap pola pendekatan MR Obama itu. Namun marilah kita lebih bijaksana melihatnya dari sudut kepentingan saudara-saudara kita seiman yang bermukim dan juga menjadi warga negara Amerika Serikat.

Sesungguhnya Islam sebagai keyakinan Agama dengan berbagai tuduhan serta fitnah yang dipaksakan untuk disandangkan kepadanya, hari demi hari dalam satu dekade belakangan ini, telah memiliki pemeluk yang banyak di belahan dunia barat. Inilah fakta yang agaknya ingin di letakkan dalam bingkai kehidupan beragam yang harmonis oleh MR Obama di Amerika Serikat.

Kebijakan Presiden sebelum era Obama terhadap dunia Islam alih-alih membawa dunia pada tatanan yang damai dan harmonis dengan prinsip saling menghormati dan menghargai malah justru menciptakan situasi berbahaya karena Islam dituding bertanggung jawab terhadap berbagai aksi kekerasan. Yang jika tuduhan ini terus digelorakan maka yang paling merasakan adalah warga negara muslim yang hidup di negara-negara bukan Islam.

Sebagai agama Rahmattan Lil Alamin, Islam mengajarkan cinta damai kepada semua makhluk. Islam juga sangat menghargai toleransi. Kiranya pengalaman masa kecil Obama di Indonesia ikut menghiasi cara pandangnya. Di Indonesia relatif aman. Tidak ada perang yang terjadi lintas generasi. Lihatlah tidak sedikit rumah ibadah Islam bisa berdiri berdekatan dengan rumah ibadah agama lain. Dan ini pernah Obama kecil lihat di Indonesia.

Tulisan sederhana ini hanyalah ekspresi kekaguman kepada MR Obama dari seorang warga negara yang jumlah mayoritas muslimnya terbesar di dunia. Sekaligus ingin mengucapkan selamat kepada saudaraku seIman yang menjadi warga negara Amerika Serikat, karena memiliki Presiden yang toleran dan perhatian kepada warga minoritas muslim. Ditengah gelombang badai fitnah yang diarahkan kepada Islam.

Tentu saja kita masih sangat prihatin entah sampai kapan, terhadap kebijakan politik luar negeri Amerika terkait persoalan Palestina dan Israel. Kiranya kebiajkan MR Obama yang mendukung berdirinya Islamic Culture Centre di wilayah bekas WTC adalah
laksana Oase di padang pasir panas nan tandus, tempat istirahat sejenak, setelah kita menempuh perjalanan jauh dan menyeramkan. Semoga !!!

Rabu, 11 Agustus 2010

TAQWAKU TERBANG DI TANAH ABANG


Mulanya semangat beribadah begitu menyala-nyala saat Ramadhan datang. Ku targetkan amalan-amalan sunnah harian harus dikerjakan. Termasuk tilawah Alqur'an juga menjadi sesuatu yang tidak boleh terlewatkan.

Semangat ini terus bertahan meski Ramadhan datang di kala cuaca di Jakarta cukup terik. Kuanggap sebagai pelengkap ujian iman. Tidak ada kata menyerah. Begitupun saat di kantor ada oknum-oknum yang coba menawari main kotor, tidak mempan untuk menggoyang prinsip imanku di bulan Ramadhan.

Strategi 'menyerang' cukup efektif hingga lewat setengah bulan Ramadhan. Tibalah masa hitung menghitung THR. Aroma kue dan ketupat lebaran tanpa sadar begitu halus menyelinap dalam ruang kendali iman. Mestinya memasuki akhir Ramadhan strategi menyerang tetap dan harus lebih dilipatgandakan dengan memperhatikan godaan di sektor pertahanan.

Tapi itulah yang terjadi. Kosentrasi fokus ibadah buyar seiring sorak sorai anak istri menghitung baju baru bersama THR yang kutrima. Fokus menyerang dalam ibadah sedikit demi sedikit menjadi loyo oleh bunyi bising mesin blender yang menggiling adonan tepung dan telur cikal bakal kue lebaran.

Ajakan iktikaf yang semula sudah teragendakan dalam niatku, seperti angin lalu yang diusir canda tawa anak-anak yang tak sabar mencoba baju barunya. Belum lagi istri yang sibuk mengukur kain gorden baru membuat catatan tilawahku entah sampai mana.

Inilah yang terjadi saat kosentrasi semangat menyerang dalam ibadah sedikit demi sedikit mulai buyar disamping kurang waspada di sektor pertahanan, akibatnya sesuatu yang kusealkan sekali sepanjang hidupku. Terjadi !

Pagi itu sudah kusepakati untuk mencari dan membeli keperluan lebaran. Maka bersama istri dan anak-anak, mulailah menuju ke titik sasaran pusat perbelanjaan. Mulailah kaki kami menginjak ITC Cempaka Mas. Jalan dari sudut ke sudut. Memilih dan mencari. Menawar dan membandingkan. Tidak terasa hari pun makin siang. Belum puas !

Maka kami segera meluncur ke Pasar Pagi Mangga Dua. Dengan satu harapan ada model yang lebih bagus dari segi mode dan harga. Mulailah kaki kami menyusuri satu toko ke toko lain. Memilih dan mencari.....menawar dan membandingkan. Anak-anak mulai gelisah. Capeklah ...trasa lemeslah.....malu-malu bilang hauslah.....anakku yang paling kecil asyik menyedot air jus jeruk......adem tenan gumamku melihatnya. Hari pun siang.....ternyata belum puas berpatroli belanja di Mangga Dua.....segera Kami meluncur ke Tanah Abang.

Azan zhuhur sayup sampai di telingaku saat masuk ke gedung pusat perbelanjaan Tanah Abang. Tapi nafsu belanja menggelora yang kami derita sangat menghipnotis. Sholat zhuhur terlupa dan terlalaikan. Mulailah kami susuri lorong toko demi toko di Tanah Abang. Mencari memilih menawar dan membandingkan. Anak-anak tak kuat untuk jalan lebih jauh dalam acara lintas alam pertokoan ini. Istrikupun membujuk untuk istirahat di food court. Mulanya aku enggan karna malu takut ada teman yang tau. Tapi karna kasihan sama anak-anak yang lemes dan capek akupun tak segan melangkah.

Enak dan adem betul gumamku dalam hati...saat melihat anak-anak menyeruput es teller bersama butiran bakso. Mulailah pertahanan imanku digedor sekuat-kuatnya.....bersama kata-kata istri yang bertanya memanja.....gimana Mas ?? Kepengen ?? Kalo kepengen ya udah batal saja.....kan bisa dibayar nanti habis lebaran. Ucapan istriku telah merobek gawang imanku. Maka hancurlah........benteng pertahanan iman yang sejak awal Ramadhan bermain menyerang dan penuh semangat.

Pulang dari Tanah Abang dengan berbagai macam bungkusan lebaran di bagasi mobil. Tapi hatiku menangis......menyesal skali. Sholat zhuhur lewat...puasa pun batal.....semua gara-gara penyakit nafsu shoping.

Moga anda tidak termasuk orang sepertiku......moga kita ttap istiqomah ! Wallahu 'alam.

Tentang Saya


Namaku SENO WIDI HARDJO lahir 41 tahun lalu di desa Mbatil DOLOPO Madiun Jatim

Taman kanak-kanak di Surabaya

SD di Makassar tamat 1982

SMP di Dumai dan Jakarta

SMA s/d kuliah hingga Sekarang di Jakarta.

Selamat membaca Blog saya, semoga ada manfaatnya. Salam persaudaraan dari orang yang 1/4 jiwanya ada di Karebossi Makassar; 1/4 jiwanya lagi di Dumai, 1/4 jiwanya di Madiun, 1/4 jiwanya di DKI JKTA.