Rabu, 11 Agustus 2010

TAQWAKU TERBANG DI TANAH ABANG


Mulanya semangat beribadah begitu menyala-nyala saat Ramadhan datang. Ku targetkan amalan-amalan sunnah harian harus dikerjakan. Termasuk tilawah Alqur'an juga menjadi sesuatu yang tidak boleh terlewatkan.

Semangat ini terus bertahan meski Ramadhan datang di kala cuaca di Jakarta cukup terik. Kuanggap sebagai pelengkap ujian iman. Tidak ada kata menyerah. Begitupun saat di kantor ada oknum-oknum yang coba menawari main kotor, tidak mempan untuk menggoyang prinsip imanku di bulan Ramadhan.

Strategi 'menyerang' cukup efektif hingga lewat setengah bulan Ramadhan. Tibalah masa hitung menghitung THR. Aroma kue dan ketupat lebaran tanpa sadar begitu halus menyelinap dalam ruang kendali iman. Mestinya memasuki akhir Ramadhan strategi menyerang tetap dan harus lebih dilipatgandakan dengan memperhatikan godaan di sektor pertahanan.

Tapi itulah yang terjadi. Kosentrasi fokus ibadah buyar seiring sorak sorai anak istri menghitung baju baru bersama THR yang kutrima. Fokus menyerang dalam ibadah sedikit demi sedikit menjadi loyo oleh bunyi bising mesin blender yang menggiling adonan tepung dan telur cikal bakal kue lebaran.

Ajakan iktikaf yang semula sudah teragendakan dalam niatku, seperti angin lalu yang diusir canda tawa anak-anak yang tak sabar mencoba baju barunya. Belum lagi istri yang sibuk mengukur kain gorden baru membuat catatan tilawahku entah sampai mana.

Inilah yang terjadi saat kosentrasi semangat menyerang dalam ibadah sedikit demi sedikit mulai buyar disamping kurang waspada di sektor pertahanan, akibatnya sesuatu yang kusealkan sekali sepanjang hidupku. Terjadi !

Pagi itu sudah kusepakati untuk mencari dan membeli keperluan lebaran. Maka bersama istri dan anak-anak, mulailah menuju ke titik sasaran pusat perbelanjaan. Mulailah kaki kami menginjak ITC Cempaka Mas. Jalan dari sudut ke sudut. Memilih dan mencari. Menawar dan membandingkan. Tidak terasa hari pun makin siang. Belum puas !

Maka kami segera meluncur ke Pasar Pagi Mangga Dua. Dengan satu harapan ada model yang lebih bagus dari segi mode dan harga. Mulailah kaki kami menyusuri satu toko ke toko lain. Memilih dan mencari.....menawar dan membandingkan. Anak-anak mulai gelisah. Capeklah ...trasa lemeslah.....malu-malu bilang hauslah.....anakku yang paling kecil asyik menyedot air jus jeruk......adem tenan gumamku melihatnya. Hari pun siang.....ternyata belum puas berpatroli belanja di Mangga Dua.....segera Kami meluncur ke Tanah Abang.

Azan zhuhur sayup sampai di telingaku saat masuk ke gedung pusat perbelanjaan Tanah Abang. Tapi nafsu belanja menggelora yang kami derita sangat menghipnotis. Sholat zhuhur terlupa dan terlalaikan. Mulailah kami susuri lorong toko demi toko di Tanah Abang. Mencari memilih menawar dan membandingkan. Anak-anak tak kuat untuk jalan lebih jauh dalam acara lintas alam pertokoan ini. Istrikupun membujuk untuk istirahat di food court. Mulanya aku enggan karna malu takut ada teman yang tau. Tapi karna kasihan sama anak-anak yang lemes dan capek akupun tak segan melangkah.

Enak dan adem betul gumamku dalam hati...saat melihat anak-anak menyeruput es teller bersama butiran bakso. Mulailah pertahanan imanku digedor sekuat-kuatnya.....bersama kata-kata istri yang bertanya memanja.....gimana Mas ?? Kepengen ?? Kalo kepengen ya udah batal saja.....kan bisa dibayar nanti habis lebaran. Ucapan istriku telah merobek gawang imanku. Maka hancurlah........benteng pertahanan iman yang sejak awal Ramadhan bermain menyerang dan penuh semangat.

Pulang dari Tanah Abang dengan berbagai macam bungkusan lebaran di bagasi mobil. Tapi hatiku menangis......menyesal skali. Sholat zhuhur lewat...puasa pun batal.....semua gara-gara penyakit nafsu shoping.

Moga anda tidak termasuk orang sepertiku......moga kita ttap istiqomah ! Wallahu 'alam.

Tentang Saya


Namaku SENO WIDI HARDJO lahir 41 tahun lalu di desa Mbatil DOLOPO Madiun Jatim

Taman kanak-kanak di Surabaya

SD di Makassar tamat 1982

SMP di Dumai dan Jakarta

SMA s/d kuliah hingga Sekarang di Jakarta.

Selamat membaca Blog saya, semoga ada manfaatnya. Salam persaudaraan dari orang yang 1/4 jiwanya ada di Karebossi Makassar; 1/4 jiwanya lagi di Dumai, 1/4 jiwanya di Madiun, 1/4 jiwanya di DKI JKTA.

Kamis, 22 Juli 2010

Marhaban Yaa Ramadhan 'Saatnya Hawa Nafsu Bersujud'


Di sebuah rumah mewah tempat kediaman pejabat kerajaan. Berkumpulah para istri pembesar kerajaan, sambil bersenda-gurau mereka mengupas dan menikmati buah-buahan yang dihidangkan.

Para nyonya pembesar kerajaan sering bertemu dan berkumpul untuk saling curhat tentang apa saja. Maklumlah mereka adalah istri-istri pejabat yang dimanja dan bergelimang harta.

Kala itu sang pengundang jamuan kongkow-kongkow adalah istri seorang menteri. Dalam obrolannya sang nyonya besar ini bercerita tentang ketampanan nan rupawan pembantu lelakinya. Begitu bersemangatnya dan sangat meyakinkan sang nyonya ini dalam bertutur tentang paras rupawan sang pembantu, membuat para nyonya yang lain yang mendengarkan terkesima dan tak sabar ingin melihatnya.

Maka segeralah sang pembantu dipanggil keluar untuk sekedar mengantarkan segelas minuman. Alangkah terkejut penuh takjub para nyonya yang sedari tadi menanti. Melihat wajah ganteng rupawan berpadu dengan badan tegap semampai. Hidungnya mancung, alis matanya bak semut hitam berbaris rapih. Pendek kata ketampanannya sulit di ungkap dengan kata-kata. Wajah ganteng pemuda ini telah menghipnotis para nyonya besar yang melihatnya. Yang tanpa terasa jari jemari para nyonya itu ikut teriris pisau buah. Karena sambil menikmati ketampanan wajah ganteng pemuda rupawan ini, para nyonya besar itu sedang mengupas buah. Subhanallah !

Di lain waktu sang nyonya besar istri menteri itu, mengajak pemuda tampan tersebut untuk berselingkuh. Tapi gagal.

Apa yang ku ceritakan di atas adalah penggalan kisah Nabi Yusuf As, yang patut kita ambil hikmahnya di saat kita akan memasuki bulan suci Ramadhan.

Betapa penting dan sangat penting kehadiran bulan suci ini bagi insan yang beriman, karena dalam kehidupan kita sehari-hari ternyata hawa nafsu sangatlah mendominasi kehidupan manusia. Hawa nafsu tentu tidak kita hancurkan tapi yang tepat adalah kita 'kendalikan'. Yang mampu mengendalikannya hanyalah keimanan kita.

Laksana mobil yang perlu servis berkala, ternyata iman perlu pula diupgrade.
Bila tidak , hawa nafsu akan membawa kita ke jalan dosa dan malapetaka, mungkin di dunia apalagi di akherat.

Rajinnya kita menonton televisi yang menyuguhi hiburan yang penuh tawa canda atau hingar bingar musik, tanpa kita sadari telah membawa pola pikir serta pola hawa nafsu
mengidolakan kehidupan glamour hedonis nan pragmatis. Yang dicari dan dikejar hanyalah harta, tahta, wanita. Uang dan sex semata.
Sebagai rakyat jelata kita hanya bisa mengelus dada menyaksikan keserakahan oknum2 pejabat yang menumpuk harta haram sebagai akibat nafsu yang diagungkan.
Bila dalam sholat badan kita rukuk dan sujud, pertanyaannya sudahkah hawa nafsu kita turut rukuk dan sujud pula ?
Maka momentum Ramadhan adalah saat tepat mensujudkan hawa nafsu kita. Semoga !

Selasa, 13 Juli 2010

Kenangan Tak Terlupakan : SURABAYA 1975


Apa yang kutulis di bawah ini, sejatinya merupakan rekaman kejadian saat aku masih usia Taman Kanak-Kanak di kota Surabaya tahun 1975. Hal ini perlu kuungkapkan moga menjadi pelajaran bagi diriku dan dirimu khususnya bagi setiap laki-laki normal akan bahaya fitnah wanita yang kian hari sangat luar biasa..... terlebih bila kita hidup di kota besar. Pemandangan aduhai nan seronok dari penampilan kaum wanita sangat menggoda iman.

Pagi menjelang siang aku yang di jemput seorang pembantu tiba di ujung jalan di daerah Tanjung Perak Surabaya. Harinya aku lupa yang ku ingat saat itu hari sekolah bukan hari libur. Nampak olehku ada bendera palang merah dikibarkan di ujung jalan, menandakan ada yang meninggal. Akupun bertanya kepada si Mbak pembantu rumah kami, siapa gerangan yang meninggal. Terrnyata tetangga sebelah. Persis di sebelah tembok rumah kami.

Kami tinggal di perumahan perhubungan laut karna Bapak ku seorang pelaut. Di komplek itulah para pegawai kantor hubla tinggal.

Betapa kagetnya aku ! Mendengar bahwa ayah teman mainku meninggal. Wajar ikut sedih.....karna tetangga dekat. Bapak ku dan almarhum sebelumnya pernah kerja satu kapal. Bahkan pernah sama-sama mengambil kapal di Jepang. Tapi menjelang akhir hayatnya mereka berpisah kapal.

Tamu-tamu yang melayat kian banyak jumlahnya....mobil-mobil berderet, terparkir di sepanjang jalan depan rumah kami. Sementara jenazah belum datang, karna konon meninggalnya di luar jawa, jadi mesti di bawa memakai pesawat, dan di angkut ambulan dari Juanda Airport.

Menurut kesaksian ibuku, saat jenasah tiba Ayah almarhum pingsan tak kuasa melihat jenasah anaknya. Bahkan Ayah almarhum meminta agar jenazah anaknya di urus sesuai tata cara Islam, padahal almarhum konon telah keluar Islam ikut Agama istrinya.

Ketika di samping rumahku sedang berduka, oleh ibuku aku dilarang keras ikut melayat. Jadi cukup ibu dan bapak ku yang mondar-mandir sibuk.

Setelah hampir sebulan almarhum meninggal, oleh anak-anaknya kami diperlihatkan foto-foto jenazahnya. Betapa tercengangnya aku, karna almarhum meninggal tidak wajar. Di wajahnya penuh luka-luka. Serem. Bahkan menurut penuturan ibuku, beberapa tahun setelah itu. Ternyata ada darah yang mengalir (Naudzubillah) dan menetes di celana panjang jenaszah. Oleh pihak keluarga dikatakan bahwa Almarhum meninggal karna kecelakaaan.

Begitu dekatnya ibuku almarhum denganku, pernah bercerita ulang tentang peristiwa ini saat ku sudah usia SMP ataupun SMA, bahwa sebenarnya almarhum meninggal (Naudzubillah) karna faktor BEREBUT CEWEK !!! Ini sesuatu yang sangat rahasia yang pernah Bapakku katakan secara bisik-bisik kepada almarhum Ibuku.

Tentu info ini layak ku percaya karna sebagai temannya Bapak ku tahu persis, siapa dan bagaimana almarhum. Tentu juga tidak semua pelaut nakal, pasti ada yang baik.
Jadi bila sekarang orang ribut tentang prilaku artis yang doyan sex liar bagai binatang sebenarnya bukan sesuatu yang mengherankan bagiku.

Hanya aku sangat teringat betapa memilukannya peristiwa di atas yang terekam hingga kini saatku usia 41 tahun. Terlebih wanti-wanti Rosul SAW akan bahaya Fitnah wanita di akhir zaman yang saat ini bisa kita rasa dan saksikan bersama. Wallahu alam moga bermanfaat.......

Sabtu, 03 Juli 2010

Komentator Nonton Bareng Di Pos Rw


Dari pagi hari pak RW berkali-kali menelponku, berpesan agar jangan lupa malam ini menjadi komentator sepakbola di lapangan sepak bola depan pos RW.

Entah dari siapa info tentang diriku yang mampu bicara tentang sepakbola. Nyatanya pak RW sangat mengharap kehadiranku. Tidak mungkin undangannya ku tolak. Selain untuk menyalurkan hobby kesempatan ini pun akan ku manfaatkan untuk sedikit memasukkan nilai-nilai ajaran Islam.

Lepas Isya setelah makan malam, seorang panitya penjemput telah menunggu di depan pagar rumahku. Maka kusegerakan makan malam itu. Bagai seorang tamu penting akupun diantar langsung ke lokasi. Di lokasi acara sudah penuh warga yang menanti. Layar lebar yang di pasang menutupi kantor pos RW kami, sangatlah terang gambarnya sebagai akibat pantulan dari infocus.

Mulailah saya di persilakan menyampaikan komentator pertandingan antara Brazil dan Belanda. Di sela-sela analisaku sebelum pertandingan, tanpa malu kuingatkan agar menghindari judi karna akan membuat penyesalan dan rasa penasaran tak berkesudahan.

Betapapun sepakbola hanyalah sebuah permainan pasti ada yang kalah dan menang.
Jadi sikap kita hanya sebatas hiburan. Juga ku sisipkan pesan filosofi moral yang terkandung dalam olah raga sepak bola itu.

Kalo pemain luar yang profesional sangat menghormati wasit. Tidak berani memprotes wasit secara kasar apalagi memukulnya seperti yang kita lihat dalam pertandingan antar kecamatan di negeri kita.

Sabar dan tidak memandang enteng lawan adalah modal dasar bila ingin menang. Dan ternyata Belanda memiliki hal itu, dibanding Brazil yang terkesan jumawa alias sombong dan kehilangan kesabaran.

Maka kusampaikan hal ini mumpung yang nonton bareng ada unsur ibu2 rumah tangga, maklumlah sekarang kita akan menghadapi kenaikan harga2 menjelang bulan Ramadhan. Siapa yang sabar tahan uji pantang menyerah serta percaya diri merekalah yang akan menang. Dan kenyataannya Belanda memiliki hal ini.

Apapun agama dan kepercayaan yang dimiliki oleh pemain sepak bola, mereka adalah manusia yang meyakini bahwa yang dapat dilakukannya hanyalah usaha dan usaha karna toh hasil akhirnya hanyalah Allah swt Sang Maha Kuasa yang Maha menentukan. Maka disinilah pentingnya doa dalam setiap usaha.

Menjelang babak kedua berlangsung tak lupa ku ingatkan kepada para hadirin agar jangan sampe kesiangan sholat subuhnya meski apa yang kukatakan ini bagai angin yang berlalu tanpa bekas.

Demikian tulisan ini kubuat dari pandangan mata menjadi komentator sepak bola pertandingan pertama. Untuk pertandingan keduanya sebenarnya pak RW memintaku pula. Tapi kutolak secara halus karna takut tidak berjamaah di Masjid kala sholat subuhnya. Trima Kasih