Senin, 31 Mei 2010

Sepak Bola Mengajarkan Kita Filosofi Kehidupan



Olah raga yang satu ini seakan memiliki kekuatan 'magis' karna mampu menghipnotis jutaan pasang mata yang bahkan rela begadang hanya sekedar melihat si kulit bundar ditendang kesana -kemari selama 90 menit atau lebih.

Sesungguhnya sepak bola sebagaimana semua cabang olah raga memiliki kandungan ajaran filsafat kehidupan bagi manusia, sayangnya tidak banyak orang yang mau tau tentang hal ini. Yang ada pada benak kebanyakan orang hanyalah bagaimana kesebelasan yang mereka dukung menang seiring dengan tebakan judinya yang tepat.

Melalui tulisan sederhana ini aku mencoba merenungi ajaran filosofis yang terkandung dalam sepak bola.

1. Sabar, dalam permainan ini diajarkan untuk sabar dalam bertahan dan menyerang. Ketika sedang menyerang harus pantang menyerah, dalam menanti lengahnya lawan. Dan jika sudah ada peluang di depan mata, jangan emosi dalam menendang bola atau menyundul bola kegawang lawan. Sabar dalam bertahan. Ketika sedang diserang semua pemain mesti sabar jangan emosi, tetap cermat dan disiplin memperhatikan pergerakan pemain lawan yang menyerang. Bila emosi bisa berbahaya bila terjadi pelanggaran di kotak pinalti. Maka sabar dalam kehidupan sangatlah penting.

2. Disiplin waktu. Tiap babak 45 menit harus di gunakan seoptimal mungkin jangan buang waktu. Apalagi jika kita harus memenangkan pertandingan. Ketika unggul sedikit sementara di atas lawan jangan membuang-buang waktu. Ini artinya kita tidak boleh cepat merasa puas, sedang waktu yang tersisa masih sangat panjang.

3. Fokus. Jangan terjebak permainan dengan umpan-umpan manis saja. Tujuannya mencetak gol sebanyak-banyaknya di gawang lawan.

4. Kerjasama tim. Sepak bola adalah permainan sebelas orang. Jangan mementingkan diri sendiri hanya untuk cari nama.

5. Stategi mengecoh. Trik-trik 'diving' memang kadang diperlukan walopun resikonya cukup besar. Karna pertandingan sepak bola merupakan 'pertempuran' maka lazimnya pertempuran harus memiliki 'daya tipu'.

6. Tidak takut cemoohan. Sepak bola selalu akrab dengan mulut lebar supporter baik yang memuji apalagi yang memaki. Maka diperlukanlah mental baja.

7. Postif illution. Ketika skor tertinggal, jangan cepat putus asa. Terus berusaha pantang menyerah jaga kekompakan sesama teman tidak saling menyalahkan.

8. Dengar nasehat pelatih yang obyektif serta minta saran. Sepak bola mengajarkan kita untuk tidak segan minta nasehat dan pendapat dari orang yang lebih pengalaman.

9. Bantu sesama walo beda tim kesebelasan. Ketika ada pemain yang jatuh kesakitan harus dibantu oleh pemain terdekat meski beda tim, dalam hidup ini kita harus saling menolong sesama meski beda suku, agama dan ras nya.

10. Wasit yang adil obyektif. Menjadi dan mencari wasit yang mumpuni dan bijak bukan perkara mudah. Maka ini menjadi PR bersama bagi pribadi kita masing-masing.

11. Siap kalah Siap Menang, apa pun keputusan wasit harus kita terima dengan ikhlas lapang dada. Dalam hidup pun kita harus siap menerima suratan takdir.

12. Jangan mabuk sanjungan manakala tim kesebelasan kita dianggap tim favorit yang di atas kertas bakal menang karna akan menjadi bumerang sebagai akibat beban mental. Seperti saat Brazil melawan Belanda.

Moga kita dapat mengambil pelajaran hidup dari sepak bola, yang sering ternoda oleh ulah pemain yang tidak dewasa jiwanya juga oleh ulah supporter yang bringas karna nafsu yang tidak disertai nalar yang sehat. Selamat menikmati Piala Dunia.

Sabtu, 29 Mei 2010

Belajar Dari Musibah




Suasana di sebuah galangan kapal cukup meriah oleh pengunjung maupun musik yang mengiringi peresmian sebuah kapal pesiar. Siapa pun akan tergiur untuk bisa ikut pelayaran perdana kapal ini. Maklumlah kapal ini merupakan kapal termewah di zamannya. Segala fasilitas hiburan yang memanjakan para penumpang tersedia di dalamnya.
Dalam sambutan peresmian kapal ini, sang arsitek dengan sangat yakin sesumbar bahwa kapal ini dirancang sedemikin rupa untuk tidak bisa tenggelam. Maka para calon penumpang yang akan mengikuti pelayaran perdana kapal ini makin meluap-luaplah nafsu untuk mengejar kesenangan hidup layaknya akan masuk sorga yang mengapung di laut.
Dalam pelayaran perdana nya ternyata kapal ini tenggelam setelah menabrak gunung es. Itulah nasib kapal pesiar Titanic. Yang beberapa tahun yang lalu kisahnya telah dicoba diangkat ke layar lebar. Dan seperti dalam catatan sejarah, musibah kapal ini menelan ribuan orang yang tewas.

Masih ingat pula kenangan kita, tatkala pesawat ulang-alik Chalengger (baca: klenger) artinya si "penantang", hancur berkeping -keping tanpa bentuk. Padahal pesawat ini dilengkapi peralatan sangat canggih. Memiliki apa yang disebut 'Early Warning System'. Sistem peralatan dini, yang mampu menditeksi segala kerusakan yang terjadi secara dini. Namun suratan takdir berkata lain, pesawat ini luluh lantak meledak di udara. Tentu semua awaknya tewas hancur lebur.

Dari dua kisah di atas dapat kita ambil suatu hikmah, bahwa secanggih apapun hasil karya manusia tetap saja memiliki kelemahan. dan bukankah,manusia memang makhluk yang lemah. Ada suatu kekuatan yang Maha segalanya di balik alam semesta ini. Dia lah Allah swt, yang Maha mengetahui segalanya. Hanya sayangnya manusia sering lupa dan merasa serba cukup dengan apa yang dimilikinya. Seperti harta, ilmu, kesehatan dsb. Yang sejatinya itu hanyalah titipan dari sang Khaliq.

Sehebat apapun ilmu manusia hingga kapanpun tidak pernah akan tahu kpan terjadinya gempa bumi, kapan seorang wanita akan hamil, kapan seseorang akan menemui ajalnya, mengapa orang miskin , mengapa orang sakit, mengapa orang mati, dan kalo mati rohnya kemana ?
Itu sebabnya tidak ada fakultas rizki yang ada fakultas ekonomi. Tidak ada fakultas kesehatan yang ada fakultas kedokteran, tidak ada pula fakultas jodoh.

Maka yang terbaik kita harus selalu 'melibatkan Allah swt' dalam segala gerak usaha atau ikhtiar kita, kiranya usaha ikhtiar kita mendapat curahan rahmat petunjuk dari kasih sayangNya pada kita. Mulailah dengan Basmallah dan akhiri dengan hamdallah, di setiap usaha kita.

Moga bermanfaat,

Jumat, 28 Mei 2010

Muhammad Ali Sang Legenda Tinju


Suasana belajar mengajar di kelas kami tiba-tiba terhenti, tatkala Pak Kepala Sekolah masuk. Setelah berbisik sebentar dengan Pak guru wali kelas, ia mengumumkan, bahwa sekolah diliburkan para siswa boleh pulang cepat, dikarnakan pagi ini ada pertandingan tinju Muhammad Ali akan naik ring.
Kisah ini sekelumit kenangan saat aku masih kelas 2 SD tahun 1977 di desa Dolopo Madiun Jawa Timur. Demikian besar pengaruh Muhammad Ali sebagai sosok petinju, sehingga sekolah pun saat itu diliburkan. Padahal masa itu televisi masih sangat sedikit orang yang memilikinya. Dan kalo pun ada, adalah televisi hitam putih dengan ukuran kecil.

Dan benar saja, sesampainya aku di rumah, rumah tetangga ku yang memiliki pesawat Tv hitam putih, telah dipenuhi penonoton yang berjubel. Ada yang kebetulan sedang lewat di jalanpun berhenti atau menghentikan kendaraannya untuk nonton bareng. Dalam waktu singkat rumah itu, penuh orang berdesakan, tidak imbang dengan ukuran televisi yang kecil.

Muhammad Ali pun bermain dengan gaya nya yang khas. Bercelana putih, garis hitam dipinggir. Bagai penari lincah yang memainkan ke dua kakinya dengan lincah, seiring pukulan-pukulan jeb, huk, atau uppercut memang menawan dan tidak membikin bosan kita melihatnya.Juga tidak terlalu cepat selesai seperti Mike Tyson. Ali seakan mempertunjukkan seni bertinju yang memadukan kecepatan pukulan tangan dengan kakinya yang lincah menari.

Yang mesti kita teladani dari seorang Muhammad Ali adalah ia tegolong muslim yang taat dan juga tidak malu memperlihatkan identitas keIslamannya. Memakai nama Islam di tengah masyarakat yang asing bahkan membenci Islam seperti di Amerika, bukanlah persoalan yang mudah. Tapi justru ini dilakukan oleh seorang Muhammad Ali. Sorak sorai penonton riuh di dalam stadion yang memanggil-manggil namanya .....Ali.....Ali ......Ali....sungguh membikin kita hanyut dalam emosi dari kharismanya.

Banyak Masjid maupun sekolah Islam telah mendapat suntikan dana dari Muhammad Ali, tidak saja di Amerika tapi juga di luar Amerika.

Kalo saja para pejabat muslim mau meneladani Ali tentu akan semakin mengharumkan ummat Islam. Kenyataan nya berbeda di negeri yang mayoritas Islam seperti Indonesia, para pejabat muslim alih-alih mengharumkan nama Islam, fenomenanya banyak yang tersangkut praktek KKN yang sejatinya menjadi pengkhianat negara.

Di sisi lain, ketika para pejabat itu bila di tanya mengapa tidak memperjuangkan kepentingan ummat Islam, berdalih, bahwa meskipun ia muslim tapi kan ia seorang menteri, ia kan seorang gubernur, ia kan seorang bupati. Mestinya ia berprinsip, walopun ia seorang Presiden sekalipun atau menteri apapun, tapi ia tetaplah seorang muslim yang kan memperjuangkan Islam dan ummatnya melalui kekuatan 'tanda tangan' yang ia miliki.

Tentu tidak semua pejabat memiliki karakter seperti apa yang ku tulis di atas. Masih ada pribadi pejabat yang istiqomah memperjuangkan kepentingan Islam dan Ummatnya. Walo jumlahnya mungkin sedikit.

Akhirnya aku mengajak dirimu untuk memeperjuangkan Islam sesuai kemampuan yang kita miliki di segala level kehidupan. Karna kecintaan kita pada Islam harus terbukti dalam bentuk memperjuangkannya. Semogalah. Wallahu 'alam

Rabu, 26 Mei 2010

Bang Imad Dalam Kenangan











Ahad pagi yang cerah. Jam 09.00. Kaum muslimin/muslimat berdiri rame di depan pintu kaca toko buku Walisongo Kwitang senen, yang belum di buka. Mereka menanti dengan sabar bahkan dari pagi-pagi. Harapan nya agar dapat duduk di saf depan.

Ada yang datang dari tangerang, bogor, bekasi selain yang dari dalam kota Jakarta. Ada apa gerangan ??? Hari itu adalah hari ahad ke 3, acara pengajian ahad pagi yang menjadwalkan bang Imad atau Immaduddin Abdurrahim, sebagai pembicara. Akupun berdiri persis di depan kaca, wajahku menempel habis di kacanya. Sementara tubuhku serasa ditekan dari belakang oleh pengantri yang lain. Persis seperti antrian tiket kereta api. Aku tak mau peduli, saking ngeFans nya sama Bang Imad. Dan suasana semakin rame menjelang pintu dibuka oleh pegawai toko. Dan begitu di buka, berhamburanlah pengunjung ke dalam toko buku wali songo. Bukan mau beli buku tapi segera ke Masjid Al A'Raaf yang terdapat di belakang atas toko ini. Akupun segera bergegas wudhu dan mengambil posisi saf depan agar fokus.

Usai solat Tahiyyatul Masjid, jamaah menanti dengan sabar akan kedatangan Bang Imad. Dan mendekati jam 10 pagi beliau memasuki Masjid Al A'Raaf ini. Di dahului pembukaan oleh Mc, lalu tilawah qur'an, sambutan dari tuan rumah, Haji Mas Agung yang selalu hadir. Maka Bang Imad pun memulai kajiannya hingga kira2 jam 11. 25 dilanjutkan tanya jawab.

Di antara materi aqidah Tauhid yang menjadi tema kajiannya, ada yang hingga kini melekat diingatanku. Kaum muslimin yang telah bersyahadat adalah manusia yang paling merdeka, karna ia tidak terikat menjadi hamba apa pun kecuali hamba Allah swt. Demikian kutipan pemikiran beliau.

Di masa orba masih berkuasa, kebebasan bicara sangat dikekang. Tapi Bang Imad berani mengkritik kebijakan2 pemerintah. Misalnya tentang Pemilu, undang-undang bikinan manusia, menyindir Sudomo, Benny Murdani dsb. Maka bagi ummat yang merindukan 'perubahan' sekaligus yang ingin aspirasinya terwakili melalui sindiran atau kritikan dari Bang Imad, kehadiran beliau sangat dinanti-nanti dan menjadi buah bibir di kalangan aktivis dakwah. Masa itu belum ada HP atau pun internet.

Buku kuliah Tauhid hasil karya beliaupun laris manis. Dan saking ngeFans nya aku pada Bang Imad, di awal tahun 1989 beliau kami undang ceramah di sebuah Masjid dekat rumahku. Alhamdulillah beliau hadir. Meski sebelumnya kami ditentang habis oleh ketua Masjid yang 'ngeper' duluan, takut dipanggil pihak yang setia dengan rezim orba. Kecuali berbicara tentang Tauhid, Bang Imad berpandangan bahwa Islam adalah The Complete System/ sistem yang lengkap dan menyeluruh. Universalitas Islam.

Sosok Bang Imad tidak bisa dipisahkan dengan ICMI, Republika, Salman ITB, karena beliau yang memberikan inspirasi bagi kelahirannya. Walau beliau telah tiada tapi sosok nya yang istiqomah, tegar dan tawadhu akan selalu dikenang. Walaupun sudah tentu sebagai manusia biasa, tetap memiliki kekurangan. Moga anak-anak muda generasi muda Islam siap menerima tongkat estafeta dakwah dari para pendahulu kita seperti Bang Imad. Moga Allah swt, menempatkan arwahnya di golongan hamba-hamba Allah swt, yang Muttaqin. Amin

Selasa, 25 Mei 2010

Menempa Mental Di Galangan Kapal


                Perjalanan hidup manusia  sering bertentangan dengan keinginan manusia itu sendiri.  Bekerja sebagai kuli kasar di galangan kapal tidak pernah terlintas dalam cita anganku. Tapi suratan nasib lah yang membawa diri ini  'terdampar'  sebagai kuli kasar di galangan kapal.

                Oleh karna 'kepepet'  atau terpaksa setelah kesana-kemari tidak menemukan pekerjaan yang diharapkan, maka  menjadi kuli kasar pun tak mengapa.  

                Suasana kerja di galangan kapal cukuplah berat untuk fisik dan mental. Apalagi lokasi kerjanya di alam terbuka.   Bila panas badan ini bagai terbakar karena atas bawah, depan belakang, kanan kiri kita di kepung oleh plat-plat baja sebagai bahan pembuat kapal.  Belum lagi suara palu godam yang  memukul plat baja sangat memekak kan telinga. Belum cukup itu, disini nada bicara orang-orangnya kasar dan keras sebagai akibat suasananya yang panas.  Bila kebetulan ada cewek yang lewat suasana menjadi riuh.  Maklumlah tidak ada kuli kasar wanita yang bekerja disisni.

                 Malampun  tiba saat mau istirahat tidur. mata ini  sering terasa perih akibat terkena sinar las di siang hari. Belum lagi pundak dan sekujur tubuh terasa pegal-pegal.  Sebab di galangan kapal besi-besi sering minta gendong.  Belum lagi perasaan hati yang hampir-hampir luka mendengar triakan atau  bentakan sang mandor, ataupun  ocehan teman yang mengejek.

                  Di galangan kapal tidak butuh ijasah tinggi atau ketrampilan canggih, yang sangat dibutuhkan hanyalah mental dan fisik haruslah tahan banting.  Kalopun memiliki ketrampilan yang dibutuhkan adalah ahli las/ welder  dan ahli potong plat besi.

                  Masa itu  para motivator belum bermunculan dengan seminar-seminirnya yang bertaraf lux di hotel mahal.    Tapi  bekerja di galangan kapal ternyata merupakan proses pembentukan kepribadian diriku agar memiliki mental kuat sekuat baja-baja di galangan kapal. Semuanya merupakan skenario sang Khalik Allah Swt  yang telah menentukan langkah hidupku untuk berteman kan ujian hidup di galangan kapal.

                   Yang slalu harus kita miliki   adalah positif thinking / husnuzhon terhadap suratan ketentuan Robbul 'Alamin  baik itu suka maupun duka.  Wallahu 'alam