Tampilkan postingan dengan label nabi muhammad saw. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nabi muhammad saw. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 26 Februari 2011

Dakwah Santun Yang Berbudaya


Mendengar kata-kata dakwah, sering kita terjebak ke dalam pengertian yang sempit. Dakwah hanya dipahami sebagai penyampaian pelajaran agama Islam di mimbar Masjid saja.

Partai Keadilan Sejahtera dalam rangkaian acara Mukernasnya di Yogyakarta telah menyuguhkan suatu bentuk Dakwah yang Santun dan Berbudaya. Sesungguhnya dakwah tidak boleh terbelenggu dalam penampilannya yang kaku.

Kemajuan alat komunikasi seperti radio,televisi, internet dapat dijadikan sarana penyampaian dakwah. Demikian pula seni budaya jika kita pandai memilah dan memilih serta trampil dalam mengemasnya sudah tentu menjadi sesuatu yang manis dan sedap untuk dinikmati yang pada gilirannya akan mudah merasuk ke hati si obyek dakwah kita.

Ambil contoh, sebuah arsitektur masjid di negeri tiongkok. Secara penampilan sepintas sangatlah mirip dengan kelenteng, namun ternyata itu adalah bangunan Masjid.

Disini diperlukan kearifan dan keluwesan dalam memahami dakwah sebagai sarana yang mampu membangun jembatan rasa. Guna membuka jendela hati obyek dakwah kita. Sarana boleh memakai apa saja tentu dalam batas yang dibolehkan secara syar'i agar substansi ataupun esensi dakwah dapat mengena secara halus ke sasaran dakwah.

Allah swt mewanti-wanti Nabi Musa As tatkala hendak menghadap Firaun durjana agar menggunakan budi bahasa yang halus dalam dakwahnya. ( Qaulan Layyinan) Meski Firaun adalah manusia durhaka namun Allah Swt tetap memerintahkan dakwah yang santun kepadanya.

Nabi Muhammad saw, tatkala berhasil kembali ke kota Makkah dalam peristiwa Fathul Makkah, tidak lantas melakukan balas dendam secara sadis kepada kaum kafir Quraisy. Barangkali peristiwa ini layak disebut dalam istilah sekarang sebagai 'Rekonsiliasi Nasional' ataupun amnesti massal.

Adalah menjadi tugas para juru dakwah sepanjang masa untuk pula memikirkan capaian 'kualitas' yang sering tak sebanding dengan capaian 'kwantitas'.

PKS sebagai partai dakwah telah bermanuver secara ganda. Manuver politik dakwah sekaligus dakwah yang dikemas dalam budaya.
Semoga di masa datang rakyat Indonesia yang memiliki warisan budaya yang adhi luhung, akan semakin nyaman berada di dalam wadah Partai Keadilan Sejahtera.
Selamat Berbakti/Berkerja untuk ibu pertiwi Indonesia. Sukses !

Sabtu, 19 Februari 2011

Rayap-Rayap Pondasi


Setiap bangunan tentu memiliki pondasi. Semakin besar atau tinggi bangunan tentu semakin dalam dan kokoh pondasinya yang menghunjam kedalam tanah.
Bangunan rumah kecil kekuatan pondasinya tentu berbeda dengan kekuatan pondasi gedung bertingkat.

Ada sebuah bangunan yang untuk membangun pondasinya saja perlu waktu 13 tahun lamanya. Dapat dibayangkan betapa kokoh dan kuatnya bangunan itu. Karena bangunan ini dirancang bukan untuk sekedar tahan berapa puluh tahun lamanya, melainkan selama hidup manusia di bumi ini ada. Alhasil sampai kapanpun manusia tidak akan mampu menghancurkannya meski dengan kekuatan bom atom.

Bangunan itu bernama Islam. Arsiteknya bernama Muhammad SAW. Beliau membangun pondasi berikut bangunan yang menjulang diatasnya berdasarkan 'suara dari langit'. Muhammad SAW berhasil merampungkan keseluruhan proyek besar itu selama 23 tahun.

Kaum imperialis yang menjajah negeri Islam berusaha memadamkan perlawanan dari bumiputera dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya adalah membikin 'boneka Nabi'.
Sebab kaum imperialis tahu persis, yang menjadi dinamo penggerak perlawanan itu adalah ajaran Islam. Maka dengan Nabi hasil ciptaan dan orbitannya, kaum imperialis berusaha memadamkan api perlawanan.

Kalau kaum imperialis berani menciptakan boneka Nabi, tentu mereka juga berani memunculkan ulama atau ajaran-ajaran yang seakan dari Islam, namun kesemuanya hanyalah rayap-rayap pondasi keyakinan Islam yang muaranya agar ummat Islam menjadi 'kambing congek' yang akan menurut tuan dan nyonya imperialis.

Maka yang terbaik kita harus berpegang teguh kepada orisinalitas ajaran Islam serta selektif dalam mencerna setiap ajaran Islam yang disampaikan. Jangan sampai kita ikut rayap-rayap pondasi. Wallahu 'alam