
Saat tulisan ini dibuat, pusat perhatian mass media internasional tertuju ke negeri matahari terbit Jepang. Adalah Tsu nami yang menyebabkan.
Berbicara tentang Tsunami sesungguhnya telah diisyaratkan dalam kitab suci ummat Islam Alqur'an. Hal ini sekali lagi merupakan bukti bahwa Alquran bukan karya cipta seorang yang bernama Muhammad saw, yang hidup 14 abad silam. Dan memang Muhammad bertempat tinggal jauh dari tepi pantai. Jadi sangat mustahil terpikirkan olehnya tentang Tsunami.
Dalam bahasa Jepang, Tsu berarti pelabuhan dan Nami berarti gelombang ombak. Jadi maksudnya gelombang ombak yang menghantam dan menerjang pelabuhan bahkan naik ke daratan atau dalam istilah lain disebut dengan ombak raksasa.
Allah swt berfirman tentang 'air laut yang meluap ke daratan' dalam surat At Takwir ayat 6 dan surat Al Infithaar ayat 3.
Demikianlah dalam Alqur'an, ummat Islam diyakinkan akan datangnya peristiwa kehancuran alam semesta saat terjadi hari qiyamat, dimana akan terjadi gempa bumi terdahsyat dan air lautpun akan meluap kedaratan. Dalam istilah modern disebut dengan Tsunami.
Jika di masa kini kita sering melihat fenomena alam berupa Gempa dan Tsunami, maka sesungguhnya hal itu barulah sesuatu yang kecil, jika dibandingkan peristiwa serupa yang lebih dahsyat bila hari qiyamat tiba sebagaimana ummat Islam sedunia meyakini.
Manusia tetaplah manusia, makhluk yang lemah. Meskipun dalam dunia modern manusia mencapai kemajuan yang sangat significant dalam ilmu pengetahuan dan tekhnology ternyata tiada daya saat menghadapi bencana alam seperti misalnya gempa bumi dan tsunami.
Segala fenomena alam yang terjadi merupakan tanda dari kemaha kuasaan Allah Swt di alam semesta yang selalu selaras dengan apa yang terdapat di dalam kitab suciNya yaitu Alqur'an. Dan sejarah telah membuktikan betapa Islam sangat menghargai kemajuan manusia dalam ilmu pengetahuan. Islam tidak pernah menyiksa atau membunuh cendikiawan.
Mestinya kemajuan peradaban manusia modern harus tetap dibarengi dengan nilai-nilai spritual yang tidak 'dogmatis'. Dan untuk ini Islamlah jawabannya.
Karena memang hidup di dunia hanyalah sementara bagai di atas panggung sandiwara. Ada kalanya kita bisa tertawa bahagia dan adakalanya kita menangis sedih pilu. Semogalah dengan terjadinya bencana Gempa Bumi dan Tsunami, para insan yang masih memiliki hati yang sehat dan sensitif mampu menerima isyarat dari sang pencipta alam semesta agar tidak sombong dan lupa dalam mentaati segala titahNYA. Trimakasih.