Tampilkan postingan dengan label bom.. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label bom.. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 April 2011

Di Sini Bukan Negeri "Pengantin".


Aku mendapat inspirasi untuk menulis artikel ini saat melintas di jalan Sultan Hasanuddin. Oleh penjajah Belanda sosok pribadi Hasanuddin mendapat gelar "Ayam Jantan Dari Timur". Hal ini disebabkan prinsipnya yang pantang menyerah.

Tidak terhitung jumlah pusara dari para kusuma bangsa yang telah gugur mengusir kaum kolonial. Di antara mereka bahkan ada yang tak dikenal identitasnya. Yang pasti apa yang mereka telah korbankan hanya dan untuk kebahagiaan generasi penerus dalam wadah negara Indonesia yang merdeka.

Dari album sejarah kita dapat menyimpulkan betapa para pejuang Indonesia yang namanya banyak diabadikan sebagai nama jalan, adalah sosok pemberani nan gigih dalam memperjuangkan cita dan cintanya untuk negeri ini. Segala pahit getir perjuangan ditempuh dengan sabar dan ketabahan jiwa yang tinggi. Bahkan jika nyawa harus berpisah dengan badan dilaluinya dengan cara jantan ksatria.

Kita merasa prihatin sedih karena sifat kepahlawanan dari para kusuma bangsa itu, ternyata tidak dapat diwarisi oleh sebagian dari kita.

Di negeri kita ada dua prilaku terkutuk. Keduanya adalah prilaku teroris. Yang satu memakai jubah agama dan yang satu memakai dasi atau bergincu tebal. Demi memperjuangkan apa yang diyakini, teroris berjubah agama tidak segan untuk menghancurkan diri, tidak peduli orang tak berdosa terkena akibatnya. Baginya yang penting telah menjadi seorang 'pengantin' yang akan disambut bidadari sorga.

Sedangkan bagi teroris berdasi atau bergincu tebal, harta kekayaan dunia adalah sesuatu yang utama, tak peduli dengan cara korupsi dsb. Baginya yang penting kaya, masa bodoh rakyat kecil yang terugikan karena perangainya.

Melalui tulisan sederhana ini, aku mengajak kepada mereka para simpatisan teroris berjubah agama untuk beradu kebolehan atau kepintaran (Fastabiqul Khairat) dalam merebut simpati hati rakyat Indonesia. Untuk melihat "tatanan samawi" terpraktekkan secara nyata memang perlu waktu bahkan lintas generasi. Justru dengan menebar nafsu menjadi "penganten" akan menimbulkan antipati tak berkesudahan terhadap keagungan "tatanan samawi" itu sendiri.

Di sisi lain memang negeri ini bukan negeri para "penganten". Negeri ini adalah negeri para pahlawan kebenaran yang gigih nan jantan dan slalu menyatu dengan rakyat. Siapa yang tidak membuat hati rakyat terluka itulah pemenang sejati. Maka urungkan niat menjadi "penganten" jika akan hanya menyakiti rakyat. Mengapa tidak kau siapkan dirimu berkerja untuk rakyat Indonesia dengan kejujuran dan profesionalitas !?

Trimakasih Moga Ada Manfaatnya.