Tidak seperti biasanya, hari itu aku pulang kantor lebih cepat. Matahari masih lumayan tinggi di ufuk barat. Sesampainya di rumah, istri bilang agar aku sekali-sekali menjemput anak yang setiap sore hari sekolah madrasah.
Memang kesibukanlah yang membuatku tidak pernah mengantar dan menjemput anak. Berangkat masih gelap pulang sudah gelap. Bertahun-tahun. Mengejar absensi yang tidak bisa kompromi.
Sore itu ku sempatkan untuk menjemput anak. Alangkah gembiranya ketika dia tahu Ayahnya datang menjemput. Tak lupa kusiapkan sekedar uang jajan untuknya. Maklumlah anak-anak tidak jauh dari jajan. Karna di halaman madrasahnya tukang jajanan berderet menanti dengan setia siswa-siswi madrasah pulang.
Yang membuat tertegun serta seakan melempar kenanganku ke 30 tahun silam adalah bangunan madrasah ini. Saat itu usia ku sama dengan usia anak ini. Almarhummah ibu yang mengantarkan diri ini sekolah di madrasah. Mulanya takut karna waktu itu aku sukar membaca Alqur'an. Tapi aku dirayu dan dibujuk oleh Ibu untuk mau sekolah madrasah. Kini setelah lama berlalu kiranya, tinggal doa yang bisa ku kirimkan pada almarhummah ibu. Wajahnya seakan ada di halaman madrasah ini, yang waktu itu menggandengku masuk bertemu kepala sekolah. Mendaftarkanku sebagai murid madrasah.
Mungkin ini hikmah aku pulang cepat dari kantor, bisa menjemput anak sekaligus membawa kenangan ke masa kecil saat dimasuk kan ke madrasah oleh almarhummah ibu. Tanpa ku sadari anak ku memanggil-manggil, untuk segera menghidupkan motor dan pulang.
Memang anak adalah asset yang sangat mahal, tidak saja di dunia bahkan ketika kita sudah berpulang pun, doa anak yang soleh sangatlah manjur. Biarpun secara materi anak kita berkecukupan namun bila tidak pandai mendoakan orangtuanya, tentu ironis sekali.
Maka melalui tulisan sederhana ini ku mengajak diri ini dan kita untuk mendidik dan mempersiapkan anak keturunan kita menjadi anak yang pintar disokolah serta rajin ibadah mendoakan ibu bapaknya. Semoga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar