Sabtu, 02 Oktober 2010

Indahnya Kerjasama Dan Kebersamaan


Hari senin pagi, hari pertama kerja setelah libur lebaran. Seperti biasa aku selalu masuk kantor lebih pagi daripada bawahan.
Belum lima menit aku duduk di ruang kerja, tiba-tiba pintu diketuk seseorang, ternyata Mas Muazin. Dia adalah Muazin Mushola kantor kami sekaligus Office Boy. Seperti tahun sebelumnya ia karyawan kedua setelah security yang mengucapkan Selamat Hari Raya kepadaku.

Katanya mumpung suasana kantor masih sepi ia ingin menyampaikan sesuatu kepadaku. Setelah dipersilahkan, ia menyampaikan maksud akan melepas masa bujangnya dengan segera menikah sebulan setelah lebaran. Namun secara polos ia memohon bantuan dari karyawan kantor, karena keterbatasan keuangan yang ia miliki, begitu pula calon istrinya bukanlah dari keluarga orang berada.

Setelah kupahami apa yang Mas Muazin sampaikan, siang itu juga setelah sholat zhuhur dan makan siang aku mengundang sejumlah karyawan untuk rapat kilat menyikapi persoalan dan persiapan pernikahan Mas Muazin.

Lalu kami bersepakat untuk membantu pernikahan Mas Muazin sepenuhnya. Dengan catatan resepsi pernikahannya tentu sederhana namun tetap sedap bila dipandang mata juga tetap menjaga cita rasa sajian hidangannya.

Maka kami membagi tugas dan tanggung jawab kepanitiyaan sbb;

1. Ketua Panitia Saya Sendiri.
2. Seksi Acara Bapak N
3. Seksi Rias Penganten Ibu F
4. Seksi Dekorasi dan Sound System Mas D
5. Seksi Transportasi Pak M
6 Seksi Konsumsi Ibu K dan Ibu W
dengan sub seksi Ibu K menyumbang Nasi Dan Buah
Ibu W menyumbang Minuman air
mineral dan krupuk.
Istriku menyumbang Soto Dan 5
ekor ikan bakar dan Siomay plus Es
krim secukupnya.

Sedang untuk perlengkapan katering kami menyewa dari tetanggaku yang memiliki usaha katering.
Alhamdulillah pernikahannya berlangsung lancar dan banyak tamu yang hadir. Bagi kami para atasan Mas Muazin ada kebehagiaan tersendiri melihat acara itu berlangsung dengan baik. Demikian pula Mas Muazin dan istri tidak sanggup menyembunyikan rasa haru dan trima kasihnya.

Apa yang kuceritakan di sini merupakan contoh betapa dalam hidup ini perlu saling membantu dan berkerjasama. Suatu kebajikan yang tidak terorganisir dengan baik dan rapih akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir dengan rapih.

Gotong royong atau Amal Jama'i adalah ajaran mulia yang kian hari kian dilupakan orang yang hidupnya telah tertipu oleh kepalsuan materi dan uang. Semoga bermanfaat !

Di Istiqlal Sukmaku Melayang


Hidup di Jakarta memang berat dan keras bagiku. Sebagai sales marketing sudah menjadi resikonya keliling jalanan masuk keluar gang kecil menawarkan barang dagangan. Peluh keringat banting tulang tak kurasa asalkan anak istri perutnya terisi makanan yang halal.
Siang itu di saat cuaca panas Jakarta, kaki ini mengayun ke sana kemari tapi hingga menjelang zhuhur belum satupun barang dagangan laku. Rasa haus dan lapar makin memberatkan langkahku.

Seperti ada yang memberitahu, akhirnya kaki ini mengantarkan ke Masjid Istiqlal. Niat hati ingin membeli makanan yang dijual di halaman Masjid, ternyata uang yang tersisa di dompet sangat minim. Pikir punya pikir akupun memilih sholat bejama'ah terlebih dulu, bersama ratusan orang di dalam Masjid ini.

Usai sholat akupun duduk berdoa sambil termenung. Harus kemanakah lagi kaki ku melangkah ? Aku mencoba memandang wajah-wajah soleh yang sedang duduk bersimpuh di dalam Masjid. Seakan ada energy positif yang terpancar dari wajah mereka yang dapat menguatkan bathin jiwaku. Hidup memang penuh tantangan perjuangan. Kecuali kekuatan fisik diperukan pula kekuatan mental spritual.

Aku menghampiri seorang jama'ah yang sedari tadi kuamati pandangan matanya menerawang sambil duduk bersender di tembok Masjid, kamipun berkenalan mengobrol tukar pikiran. Bapak ini sedang mengalami masalah, anaknya hamil di luar nikah. Lelaki yang menghamili anaknya meskipun kaya tapi beda keyakinan. Anaknya sekarang pergi entah kemana dan dimana .Karena menutup malu anaknya harus pergi dan keluar dari rumah. Bapak ini mengaku salah mendidik anak. Anaknya terlalu dimanja.

Usai mendengar kisah sedih dari Bapak Tua ini, mataku mengajak terpejam untuk tidur sejenak. Maka ku rebahkan badan ini tepat di bawah Qubah Masjid yang besar melingkar. Angin yang berhembus sepoi dan menghantam tembok batu marmer granit Masjid menambah sejuknya suasana jiwa dan raga ini. Sebelum terlelap aku berkesimpulan, semua manusia menghadapi ujian dan masalah. Dan tak terasa sukmaku melayang bersama kedamaian hati terlelap nikmat di Masjid Istiqlal.

Usai istirahat sejenak di Masjid Istiqlal, jiwa dan raga ini serasa segar dan tegar dalam menghadapi kerasnya kehidupan.
Dan akupun mengayun langkah pasti bersama doa....

Jumat, 01 Oktober 2010

Pensiun : Tanda TanganKu Tak Lagi Sakti


Aku adalah seorang kepala bagian di sebuah kantor pemerintah. Sesuai jabatan dan tanggung jawab yang dipercayakan, akupun mendapat sejumlah fasilitas. seperti rumah dinas yang cukup besar. Kendaraan dinas yang cukup lux. Juga penjagaan security 24 jam.

Sejak lahir aku memang muslim, namun untuk menghayati nilai-nilai Islam memang belum terpikirkan. Sholat dan puasa hanyalah sebuah tradisi yang ku anggap warisan leluhur. Jika ada keinginan untuk menjalankan Islam secara sungguh-sungguh, ku tunda nanti saja setelah pensiun.

Sebagai seorang kepala bagian, tentu diriku sebagai penentu ya atau tidaknya kebijakan yang akan diputuskan.
Suatu hari pernah ada usulan dari para bawahan untuk memperbesar Musholla kantor namun kupersulit dengan alasan akan memakan anggaran kantor. Begitu pula saat ada usulan mengadakan pengajian di kantor pada bulan Ramadhan, aku tolak dengan alasan akan mengganggu jam kantor dan fokus kerja. Apalagi saat ada usulan untuk mengadakan sholat jum'at di kantor, proposalnya tidak aku setujui dengan alasan bisa sholat jum'at di luar. Sebab ku tahu pasti, bila jum'atan di kantor akan menyebabkan timbul usulan berikutnya yaitu pembangunan Masjid kantor yang mesti dihindari agar anggaran kantor tidak terpakai.

Alasan diplomatis yang selalu ku gunakan dalam menghadapi perundingan dengan perwakilan karyawan adalah bahwa, "Walaupun saya seorang Muslim tapi saya hanya kepala bagian, yang juga memiliki atasan lagi dan terikat dengan sejumlah aturan".

Mendengar alasanku ini para karyawan muslim tidak bisa berkata lagi. Akan tetapi untuk usulan rekreasi ke luar kota, atau membikin acara hiburan lainnya dapat dipastikan akan aku setujui dan proposalnya ditandatangani.

Waktu terus berlalu, saat tulisan ini dibuat, aku telah pensiun. Segala fasilitas yang dulu pernah kudapat sebagai kepala bagian telah hilang.

Kini setelah pensiun, aku habiskan waktuku untuk banyak beribadah di Masjid. Tinggal penyesalan, mengapa dulu tatkala masih menjabat, kekuatan tanda tanganku tidak digunakan untuk membela kepentingan Islam !? Penyesalan yang tiada guna diratapi. Maka melalui tulisan ini aku berharap padamu agar jangan meniru kesalahanku. Justru ketika masih memiliki power tanda tangan, gunakanlah untuk membela kepentingan perjuangan Islam. Semoga bermanfaat !

Kamis, 30 September 2010

Di Persimpangan Jalan Takdir


Masih dalam suasana lebaran, aku menemui seorang teman yang berkerja sebagai seorang karyawan penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Pertemuan yang sekaligus reuni karena telah lama kami tidak pernah bertemu. Pertemuan dengannya di sebuah penjara. Hari itu kebetulan ia sedang tugas jaga.
Sambil ngobrol melepas rindu, aku diajaknya berkeliling penjara melihat ruang demi ruang tahanan penjara. Ada tahanan narkotika, ada pula tahananan bagi kasus yang lain. Seperti pembunuhan, penipuan, korupsi dan lain-lain.

Kucoba menatap wajah satu demi satu para tahanan itu. Kesan yang nampak adalah penyesalan. Penyesalan yang selalu datang terlambat berakibat fatal. Meski ada di antara mereka yang menjadi residivis atau penjahat kambuhan yang hobbynya berbuat jahat, dan keluar masuk tahanan namun kuyakin ada saatnya mereka menyesal.

Hari demi hari hidup mereka di balik jeruji besi dan tembok tahanan. Menanti kapan saat hari kebebasan tiba. Bagi yang insyaf mereka menggunakan waktu untuk banyak bertobat dan melatih diri dengan berbagai ketrampilan yang diajarkan dalam lembaga pemasyarakatan. Tapi bagi yang memang senang berbuat jahat, apa yang mereka alami digunakan sebagai pengalaman penambah jam terbang di dunia kelam kejahatan.

Oleh Allah Swt, diri kita diberi kebebasan memilih dua jalan. Dua jalan yang masing-masing ada resikonya. Jalan plus atau kebenaran adalah jalan yang pernah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul juga orang Sholeh yang mereka dalah teladan yang baik. Sedang jalan ke kiri adalah jalan negatif kesalahan yang pernah ditempuh orang yang berbuat dosa. Jalan ini adalah jalan syetan bin iblis.

Gunakanlah akal pikiran kita juga panca indera kita dengan sebaik-baiknya agar tidak tertipu fatamorgana jalan negatif kesalahan yang menawarkan dan memanjakan hawa nafsu dunia yang tercela. Seperti sex bebas, narkotika, minuman keras, kemewahan hidup dan sebagainya.

Bila kita salah memilih dan salah masuk ke jalan negatif akibatnya akan fatal. Pada saat seperti ini penyesalan datang terlambat. Dan jangan salahkan Takdir !

Usai sholat zhuhur, akupun izin pulang kepada temanku. Demikian sekelumit pengalaman dari lembaga pemasyarkatan. Sermoga bermanfaat bagi kita yang membaca.

Selasa, 28 September 2010

Bukan Sekedar Doa Formalitas


Hari itu adalah hari yang berbahagia bagi kedua mempelai. Duduk bersanding di pelaminan laksana raja dan ratu sehari.

Pengantin pria berwajah ganteng nan rupawan.Berbusana khas pengantin. Begitupun penganten wanita berwajah cantik jelita, dalam busananya yang anggun lagi bersahaja berhiaskan manik-manik dan untaian putih bunga melati. Memberi kesan akan kesucian jiwa.

Resepsi pernikahan semakin meriah dengan hadirnya ratusan pasang undangan. Yang asyik menikmati berbagai macam sajian. Dari Es teller hingga makanan tradisional Indonesia dan masakan Eropah yang asyik di lidahku.

Goyangan lidah penyantap hidangan lezat makin lincah seiring alunan musik lembut namun dinamis. Suasana resepsi penikahan yang berkelas.

Demikian sekelumit suasana resepsi pernikahan yang berlangsung beberapa tahun yang lalu. Kini hanya tinggal kenangan yang tersimpan di album foto kenangan. Tinggal kenangan yang nyaris terlupakan karena falbum foto ini hampir saja dibakar oleh salah seorang bekas pelaku pernikahan itu.

Apa yang terjadi ? Pernikahan yang meriah dan berbiaya mahal itu ternyata hancur berkeping di hantam prahara badai pereceraian. Apa sebab ? Akupun tak tau. Yang pasti ada sebuah masalah. Dan pada setiap kehidupan rumah tangga di manapun pasti menghadapi masalah.

Yang sering menjadi ukuran keberhasilan resepsi pernikahan umumnya diukur dari kemeriahan dan jumlah tamu yang hadir dan pasti dari jumlah uang amplop sumbangan yang diterima oleh 'shohibul hajat'.

Dalam kehidupan pernikahan faktor materi memang perlu tapi bukan segalanya. Realita saat ini banyak pernikahan yang berpondasikan materi. Selama materi cukup dan banyak memang pernikahan akan aman stabil. Tapi harap diingat hidup manusia di dunia tidak selamanya enak dan di atas. Ada uang suami disayang tak ada uang suami silakan angkat koper.

Para undangan yang menghadiri resepsi pernikahan bukan orang yang semata-mata ingin makan enak dan minum lezat. Mereka datang dengan membawa pesan dan doa. Laksana pengiring yang mengiringi keberangkatan dua sejoli dalam pelayaran kapalnya. Kapal yang dimaksud di sini adalah kapal rumah tangga. Mereka membawa restu dan doa yang diucapkan di pinggir dermaga pelabuhan.

Selamat berlayar, ingatlah selalu tidak selamanya lautan itu tenang. Datangnya badai adalah hal yang niscaya pasti sebagai ujian ketahanan ikatan cinta suci dan lautan tidak selamanya pasang. Bisa juga surut. Bila pasang banyaklah bersyukur dan bila syurut banyaklah bersabar.

Doa kami para tamu undangan akan menyertai. Doa kami bukan sekedar doa formalitas basa-basi menjelang dipersilakannya kami menyantap hidangan dalam jamuan resepsi pernikahan.
Semoga bermanfaat bagi yang akan dan sudah menikah.