Jumat, 01 Oktober 2010

Pensiun : Tanda TanganKu Tak Lagi Sakti


Aku adalah seorang kepala bagian di sebuah kantor pemerintah. Sesuai jabatan dan tanggung jawab yang dipercayakan, akupun mendapat sejumlah fasilitas. seperti rumah dinas yang cukup besar. Kendaraan dinas yang cukup lux. Juga penjagaan security 24 jam.

Sejak lahir aku memang muslim, namun untuk menghayati nilai-nilai Islam memang belum terpikirkan. Sholat dan puasa hanyalah sebuah tradisi yang ku anggap warisan leluhur. Jika ada keinginan untuk menjalankan Islam secara sungguh-sungguh, ku tunda nanti saja setelah pensiun.

Sebagai seorang kepala bagian, tentu diriku sebagai penentu ya atau tidaknya kebijakan yang akan diputuskan.
Suatu hari pernah ada usulan dari para bawahan untuk memperbesar Musholla kantor namun kupersulit dengan alasan akan memakan anggaran kantor. Begitu pula saat ada usulan mengadakan pengajian di kantor pada bulan Ramadhan, aku tolak dengan alasan akan mengganggu jam kantor dan fokus kerja. Apalagi saat ada usulan untuk mengadakan sholat jum'at di kantor, proposalnya tidak aku setujui dengan alasan bisa sholat jum'at di luar. Sebab ku tahu pasti, bila jum'atan di kantor akan menyebabkan timbul usulan berikutnya yaitu pembangunan Masjid kantor yang mesti dihindari agar anggaran kantor tidak terpakai.

Alasan diplomatis yang selalu ku gunakan dalam menghadapi perundingan dengan perwakilan karyawan adalah bahwa, "Walaupun saya seorang Muslim tapi saya hanya kepala bagian, yang juga memiliki atasan lagi dan terikat dengan sejumlah aturan".

Mendengar alasanku ini para karyawan muslim tidak bisa berkata lagi. Akan tetapi untuk usulan rekreasi ke luar kota, atau membikin acara hiburan lainnya dapat dipastikan akan aku setujui dan proposalnya ditandatangani.

Waktu terus berlalu, saat tulisan ini dibuat, aku telah pensiun. Segala fasilitas yang dulu pernah kudapat sebagai kepala bagian telah hilang.

Kini setelah pensiun, aku habiskan waktuku untuk banyak beribadah di Masjid. Tinggal penyesalan, mengapa dulu tatkala masih menjabat, kekuatan tanda tanganku tidak digunakan untuk membela kepentingan Islam !? Penyesalan yang tiada guna diratapi. Maka melalui tulisan ini aku berharap padamu agar jangan meniru kesalahanku. Justru ketika masih memiliki power tanda tangan, gunakanlah untuk membela kepentingan perjuangan Islam. Semoga bermanfaat !

Kamis, 30 September 2010

Di Persimpangan Jalan Takdir


Masih dalam suasana lebaran, aku menemui seorang teman yang berkerja sebagai seorang karyawan penjara atau lembaga pemasyarakatan.
Pertemuan yang sekaligus reuni karena telah lama kami tidak pernah bertemu. Pertemuan dengannya di sebuah penjara. Hari itu kebetulan ia sedang tugas jaga.
Sambil ngobrol melepas rindu, aku diajaknya berkeliling penjara melihat ruang demi ruang tahanan penjara. Ada tahanan narkotika, ada pula tahananan bagi kasus yang lain. Seperti pembunuhan, penipuan, korupsi dan lain-lain.

Kucoba menatap wajah satu demi satu para tahanan itu. Kesan yang nampak adalah penyesalan. Penyesalan yang selalu datang terlambat berakibat fatal. Meski ada di antara mereka yang menjadi residivis atau penjahat kambuhan yang hobbynya berbuat jahat, dan keluar masuk tahanan namun kuyakin ada saatnya mereka menyesal.

Hari demi hari hidup mereka di balik jeruji besi dan tembok tahanan. Menanti kapan saat hari kebebasan tiba. Bagi yang insyaf mereka menggunakan waktu untuk banyak bertobat dan melatih diri dengan berbagai ketrampilan yang diajarkan dalam lembaga pemasyarakatan. Tapi bagi yang memang senang berbuat jahat, apa yang mereka alami digunakan sebagai pengalaman penambah jam terbang di dunia kelam kejahatan.

Oleh Allah Swt, diri kita diberi kebebasan memilih dua jalan. Dua jalan yang masing-masing ada resikonya. Jalan plus atau kebenaran adalah jalan yang pernah ditempuh oleh para Nabi dan Rasul juga orang Sholeh yang mereka dalah teladan yang baik. Sedang jalan ke kiri adalah jalan negatif kesalahan yang pernah ditempuh orang yang berbuat dosa. Jalan ini adalah jalan syetan bin iblis.

Gunakanlah akal pikiran kita juga panca indera kita dengan sebaik-baiknya agar tidak tertipu fatamorgana jalan negatif kesalahan yang menawarkan dan memanjakan hawa nafsu dunia yang tercela. Seperti sex bebas, narkotika, minuman keras, kemewahan hidup dan sebagainya.

Bila kita salah memilih dan salah masuk ke jalan negatif akibatnya akan fatal. Pada saat seperti ini penyesalan datang terlambat. Dan jangan salahkan Takdir !

Usai sholat zhuhur, akupun izin pulang kepada temanku. Demikian sekelumit pengalaman dari lembaga pemasyarkatan. Sermoga bermanfaat bagi kita yang membaca.

Selasa, 28 September 2010

Bukan Sekedar Doa Formalitas


Hari itu adalah hari yang berbahagia bagi kedua mempelai. Duduk bersanding di pelaminan laksana raja dan ratu sehari.

Pengantin pria berwajah ganteng nan rupawan.Berbusana khas pengantin. Begitupun penganten wanita berwajah cantik jelita, dalam busananya yang anggun lagi bersahaja berhiaskan manik-manik dan untaian putih bunga melati. Memberi kesan akan kesucian jiwa.

Resepsi pernikahan semakin meriah dengan hadirnya ratusan pasang undangan. Yang asyik menikmati berbagai macam sajian. Dari Es teller hingga makanan tradisional Indonesia dan masakan Eropah yang asyik di lidahku.

Goyangan lidah penyantap hidangan lezat makin lincah seiring alunan musik lembut namun dinamis. Suasana resepsi penikahan yang berkelas.

Demikian sekelumit suasana resepsi pernikahan yang berlangsung beberapa tahun yang lalu. Kini hanya tinggal kenangan yang tersimpan di album foto kenangan. Tinggal kenangan yang nyaris terlupakan karena falbum foto ini hampir saja dibakar oleh salah seorang bekas pelaku pernikahan itu.

Apa yang terjadi ? Pernikahan yang meriah dan berbiaya mahal itu ternyata hancur berkeping di hantam prahara badai pereceraian. Apa sebab ? Akupun tak tau. Yang pasti ada sebuah masalah. Dan pada setiap kehidupan rumah tangga di manapun pasti menghadapi masalah.

Yang sering menjadi ukuran keberhasilan resepsi pernikahan umumnya diukur dari kemeriahan dan jumlah tamu yang hadir dan pasti dari jumlah uang amplop sumbangan yang diterima oleh 'shohibul hajat'.

Dalam kehidupan pernikahan faktor materi memang perlu tapi bukan segalanya. Realita saat ini banyak pernikahan yang berpondasikan materi. Selama materi cukup dan banyak memang pernikahan akan aman stabil. Tapi harap diingat hidup manusia di dunia tidak selamanya enak dan di atas. Ada uang suami disayang tak ada uang suami silakan angkat koper.

Para undangan yang menghadiri resepsi pernikahan bukan orang yang semata-mata ingin makan enak dan minum lezat. Mereka datang dengan membawa pesan dan doa. Laksana pengiring yang mengiringi keberangkatan dua sejoli dalam pelayaran kapalnya. Kapal yang dimaksud di sini adalah kapal rumah tangga. Mereka membawa restu dan doa yang diucapkan di pinggir dermaga pelabuhan.

Selamat berlayar, ingatlah selalu tidak selamanya lautan itu tenang. Datangnya badai adalah hal yang niscaya pasti sebagai ujian ketahanan ikatan cinta suci dan lautan tidak selamanya pasang. Bisa juga surut. Bila pasang banyaklah bersyukur dan bila syurut banyaklah bersabar.

Doa kami para tamu undangan akan menyertai. Doa kami bukan sekedar doa formalitas basa-basi menjelang dipersilakannya kami menyantap hidangan dalam jamuan resepsi pernikahan.
Semoga bermanfaat bagi yang akan dan sudah menikah.

Senin, 27 September 2010

Bila Kasih Tanpa Sayang


Inilah yang terjadi bila rasa kasih tanpa sayang. Dalam bahasa sansekerta disebut dengan 'Welas Tanpo Asih'. Kasih Sayang dua kata yang tidak boleh terpisahkan. Bila terpisah, akan ada akibat negatif yang terjadi. Berikut sebagian kecil contohnya:

A. Seorang anak dibiarkan terus bermain tanpa pernah orangtua menegur untuk
membagi waktunya dengan belajar. Dengan alasan kasihan biarkan saja dia
bermain. Akibatnya si Anak mendapat nilai jelek di sekolah.

B. Seorang suami membiarkan saja istrinya yang tidak pandai mengatur keuangan
rumahtangga alias boros. Tanpa memberikan arahan dengan alasan kasihan biar
saja istriku asyik shoping. Akibatnya keluarga jatuh miskin.

C. Seorang komandan membiarkan prajuritnya tidak disiplin latihan tempur, dgn
alasan kasihan. Akibatnya terjadi kekalhan dalam pertempuran sesungguhnya.

D. Seorang Polisi membiarkan saja seorang pengendara motor tanpa memakai helm.
Dengan alasan kasihan. Biarkan saja dia begitu. Akibatnya bila terjadi kece-
lakaan akan fatal akibatnya.

E. Seorang istri membiarkan suaminya yang malas minum obat dengan alasan kasih
-an. Biarkan saja begitu. Akibatnya fatal.

F. Seorang mertua membiarkan menantunya yang malas sholat dan buta huruf
Al-Quran tanpa pernah memberi wejangan. Akibatnya ketika telah memiliki
anak, sang menantu tidak mampu membri pendidikan yang baik.

G. Seorang pimpinan perusahaan tidak menegur bawahannya yang tidak mematuhi
prosedur standard keselamatan kerja. Dengan alasan kasihan, akibatnya terjadi
malapetaka kepada si karyawan tersebut dan perusahaan.

H. Orang tua yang membiarkan anaknya bergaul dalam pergaulan bebas. Dengan
alasan biarkan saja kasihan dia kan sudah dewasa. Akibatnya si Anak ikut
Geng Narkoba, Free Sex dan akhirnya mati over dosis.


Demikian sekelumit contoh bila aktualisasi rasa Kasih Tanpa Sayang. Dengan menunjukkan rasa Kasih pada seseorang yang salah dan berlebihan berakibat fatal dan penyesalan tak berkesudahan.

Minggu, 26 September 2010

Harga Diri Ayah Yang Tergadai


Tersebutlah di pelosok negeri ini, seorang anak gadis. Dia sejak kecil disayang dan dimanja oleh kakak-kakaknya dan kedua orangtuanya.
Sebut saja nama gadis ini dengan nama Roxane. Ia anak bungsu dari empat bersaudara. Dari kecil anak ini memang mempunyai kepandaian dan prestasi di sekolahnya. Terbukti selalu ranking.
Pada saat ia berusia 11 tahun, ibunya wafat karena sakit. Singkat cerita anak gadis ini terus tumbuh dewasa. Berbeda dengan ketiga kakaknya, Roxane oleh sang Ayah disekolahkan hingga sarjana.
Sebagai anak yang cerdas Roxane, dapat menyelesaikan program sarjananya dalam bahasa Denmark. Bahkan ia sempat berkerja beberapa bulan di negara Denmark. Ayah dan kakak-kakaknya dengan berat hati melepas Roxane pergi jauh ke Eropah, mengingat dirinya seorang gadis sekaligus anak yang disayang. Pergi jauh ke luarnegeri tanpa ditemani muhrim sangatlah riskan dalam pandangan Islam. Apa yang terjadi dan apa yang ia lakukan di sana tidak ada yang tau. Hanya segenggam rasa percaya kepadanya, bahwa Roxane telah dewasa, sudah mengerti bagaimana menjaga kehormatan diri.
Sepulang dari kerja di Eropah, Roxanepun menikah. Seorang teman kakaknya berani melamar Roxane. Alangkah bahagianya keluarga mendengar anak sekaligus adik kesayangan akan menikah. Sayang seribu kali sayang, ternyata 'kegadisan' Roxane telah hilang dimakan seorang Big Bos. Menggemparkan sekaligus menyedihkan. Tapi Ayah Roxane tidak menunjukkan expresi marah. Seakan melindungi bahkan menganggap hal itu sebagai suatu yang wajar di zaman jahiliyah modern ini.
Alhasil meski pernikahan tetap berlangsung dengan lelaki yang makan getahnya, bukan dengan Big Bos yang mengambil kesucian Roxane, umur pernikahan itu hanya beberapa bulan saja dan hancur lebur, diterpa perceraian.

Dan sang Ayah sekali lagi melindungi anaknya, sekaligus menyalahkan suami Roxane. Dengan penilaian negatif.
Waktu terus berlalu. Tahun berganti tahun. Roxane tinggal dengan sang Ayah yang seorang pensiunan. Untuk keperluan hidup sehari-hari seperti biaya listrik dan air di rumah mereka , menjadi tanggungan pembiayaan Roxane.
Apa yang Roxane berikan pada Sang Ayah berupa sedikit uang belanja, uang listrik, telpon seakan menghipnotis dan membius Ayahnya untuk tidak memberikan wejangan dan nasehat tentang kehidupan. Apalagi mampu untuk memarahi Roxane.
Dan akhirnya berita yang sangat menghancurkan martabat harga diri keluarga adalah, ketika Roxane telah hamil di luar nikah dengan seseorang yang beda keyakinan.Pada saat seperti ini Sang Ayah tidak bisa berkata apapun kecuali menyuruh Roxane keluar dari rumah demi menutupi aib keluarga.
Semoga kisah nyata ini bisa kita jadikan i'tibar dalam mendidik keluarga. Semoga ! Tolong anda berikan komentar.